“Dan di bawah pengasuhanmu anakku selalu kamu intimidasi. Anakku selalu kamu buat bahan untuk mengemis ke mana pun, bahwa semuanya adalah demi anakku. Kamu selalu menjual nama anakku bila meminta sesuatu pada semua kerabat. Aku masih diam.” “Terakhir ketika anakku kamu jadikan korban untuk mengeruk harta sahabatmu itu titik kulminasiku. Aku harus bangkit untuk anakku!” geram perempuan itu. “Teganya kamu menjual anakku menjadi istri seorang lelaki yang ssudah punya istri dengan ancaman kamu akan membunuhku bila dia tidak menikah dengan pria beristri.” “Kamu ingat? Kamu ingat? Aku saat itu kamu ikat dan kamu tutup lakban mulutku. Bagaimana anakku tidak mau menikah bila aku diancam seperti itu?” “Kamu yang bi4dab! Kamu yang tak punya hati. Kamu yang tega dan saat ini aku harus bangkit. Ak

