“Kenapa kamu diam saja?” tanya Hasan. “Aku harus apa?” tanya Kemala tenang. “Nggak ingin marah atau memaki atau apa pun?” pancing Hasan. “Aku mau marah-marahin siapa? Aku mau memaki siapa?” Kemala menatap Hasan dan mengangkat alis seakan bertanya dengan bahasa tubuhnya itu. “Dia itu sudah aku anggap TIDAK ADA. Kalau dia tidak ada, tak perlu dimarahin kan? Kalau dia tidak ada nggak perlu dimaki kan? Aku anggap dia tak lagi ada. Jadi ya sudah. Itu saja sih prinsip aku. Sakit yang teramat sakit itu tidak akan pernah bisa aku obati, karena itu obatnya adalah aku anggap dia tidak ada. Itu prinsip aku tentang dia.” “Kalau misalnya, misal ya, aku bilang misal kita jadian. Kita menikah lalu bagaimana, sedang aku sahabatan sama dia.” Pancing Hasan. Dia sangat ingin tahu bisakan dia menyusun la

