“Eh?” Aroha mengerjap, masih berusaha mencerna ke arah mana terima kasih yang suaminya itu tuturkan untuknya. “Iya berterima kasih.” Mereka terpaksa harus menghentikan percakapan mereka sejenak, karena keduanya harus masuk ke dalam mobil dan berhenti bicara sambil berjalan dengan menatap satu sama lain karena itu cukup berbahaya. Alvar membukakan pintu mobil untuk Aroha dan mempersilakannya masuk terlebih dulu sebelum kemudian Alvar menduduki kursi kemudianya. Baru setelahnya mereka kembali bersitatap dan mengagumi wajah satu sama lain dengan tatapan syukur yang mereka lempar pada masing-masing. “Terima kasih untuk apa?” Pancing Aroha, karena suaminya bukannya bicara malah terlihat menikmati raut wajah Aroha yang menunggu. “Untuk semuanya tentu aja.” Dahi Aroha berkerut semakin dalam.

