Senyum Adnan melebar ketika kakinya menginjak kota Bandung di pagi menjelang sore. Wajah yang tadi mengantuk di kereta kini berseri-seri. Adnan tidak pernah menyangka Aileena benar-benar mengirim tiket kepadanya. “Asek jadi ini mah simulasi bulan madu jilid satu,” celetuk Adnan. Dia sedang ada di tempat penyewaan motor. Bukan motor dengan harga selangit karena Adnan tidak memiliki banyak uang untuk itu tapi motor ini lebih baik dari pada si Rea yang sering ngambek di tengah jalan entah karena businya ke masukan air, mesinnya yang ke panasan atau Rea yang mendadak dehidrasi karena Adnan lupa memberikan minum tapi di hati Adnan Rea tetap yang teratas setelah Aileena tentunya. “Helmnya saya minta dua ya, Pak!” seru Adnan pada bapak yang memiliki usaha penyewaan motor. “Baik

