Gelap

2030 Kata
Evelyn, Diego dan juga Larissa telah melakukan perjalan memasuki hutan pantangan. Mereka berempat sangat nekat tanpa berpikir panjang resiko yang akan menimpa mereka. Dengan petunjuk mimpi Jeff, Diego,Larissa dan Evelyn yakin bisa menemukan di mana Profesor Casey berada. Mereka memasuki hutan yang sangat menyeramkan. Begitu banyak rintangan yang menghadang, terkadang ingin rasanya Evelyn menyerah. Mereka terlalu muda untuk menghadapi berbagai rintangan di hutan larangan. Mereka terjebak di suatu tempat yang tidak tahu ini tempat apa. Mereka harus menerima akibat dari kesalahan yang telah dilakukan. Mereka melakukan sesuatu yang membuat marah penghuni hutan. Sementara di tempat Profesor Casey terlihat gelap gulita. Di temani gelapnya malam dengan membawa lilin, seorang kakek berjalan pincang menuju bangunan tua. Rumah yang sekilas terlihat seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Halaman yang berlantai dedaunan kering. Atap rumah penuh dengan tanaman merambat. Teras rumah yang bertembok tanaman menjalar menyentuh langit-langit ruangan. Sepertinya semak-semak belukar dan berduri sengaja di tanam sebagai pagar untuk menutupi bangunan tua itu. Di sebelah kanan agak sedikit jauh ada bangunan ada rumah kecil, di mana menjadi tempat tinggal seseorang. Dengan pelan ia berjalan, menembus kegelapan malam. Dari belakang yang terlihat hanya punggung. Tidak begitu jelas wajahnya seperti apa. Minimnya pencahayaan, hanya ada sorot dari lilinnya yang ia pegang, redup dan remang-remang. Entahlah apa yang ia lakukan di tempat itu. Sambil berjalan ia komat-kamit, entahlah dia sedang doa atau berbisik. Suasananya terlihat hening, mencekam. Seolah-olah tak ada seorang pun yang bisa melihat dan mendengarnya. Sekilas terlihat menyeramkan, ketika di tengah hutan ada penghuni misterius. Seorang kakek yang berambut putih dan panjang dengan ekspresi wajah yang garang. Jenggotnya berwarna putih dan juga panjang, membuat tampilan wajahnya nyaris tertutup sempurna dengan bulu-bulu tuanya. Ia adalah Profesor Casey Julian yang sudah berumur seratus tiga belas tahun. Seorang Profesor yang sekilas sederhana namun unik, yang menggabungkan dua dunia dalam penelitiannya. Ia merupakan kakeknya Diego. Kakek yang jenius karena bisa menciptakan alat canggih untuk menembus dimensi lain. Inilah yang membuat dirinya mengasingkan diri ke hutan. Ia tak mau menuruti orang-orang tak bertanggung jawab. Ia tak mau menciptakan alat jika hanya untuk merusak peradaban makhluk lain. Profesor Casey percaya selain kehidupan manusia juga ada kehidupan ghaib. Sebagian menyebut jika mereka adalah alien. Profesor Casey Julian, lebih memilih untuk menghempaskan diri dari hiruk pikuk dunia. Kehilangan putra serta cucu membuatnya memilih tinggal di sebuah rumah tua yang juga merupakan laboratorium rahasia. Ia melakukan penelitian terhadap jiwa-jiwa yang sering berteriak meminta bantuannya. Jiwa-jiwa yang berasal dari tempat yang sulit untuk dijelaskan logika. Krtekkktekkkk ... rektekkteekk, terdengar suara pintu tua. Profesor Casey keluar dari rumahnya. Memperhatikan langit, serta sekelilingnya. Ia melangkah menuju sebuah gerbang. Membuka pintu dari pagar besi yang tergembok. Menuruni sebuah tangga untuk menuju kesebuah ruangan. Profesor Casey meniup lilin untuk mematikan cahaya. Ia menaruh lilin yang ia bawa di tangga paling atas. Berjalan dengan pelan menuruni setiap tangga. Profesor Casey sampai pada sebuah ruangan yang sangat gelap. Ia melemparkan sesuatu ke arah ruang seperti penjara. Gelap tak ada cahaya lilin, cahaya lampu, cahaya matahari atau cahaya bulan. Uqhqhqhuhhqh ...eqhehehmhmmhmhhh, suara menyeramkan keluar dari ruangan gelap. Profesor Casey mendekati suara itu. Dari balik jeruji ia menyentuh pelan di bagian atas, seperti kepala yang memiliki tanduk. "Mau pulang atau tetap di sini. Jiwa yang belum baik akan tetap terpenjara di dinding hitam ini. Selesaikan tugas yang aku berikan, maka aku akan melepaskan mu." Kata-kata yang terucap sedikit kencang, tentu saja jika ada telinga yang berada di situ pasti bisa mendengarnya. Namun, anehnya tak ada sahutan dari makhluk itu lagi. Makhluk-makhluk yang berada di tempat itu seketika terdiam, setelah mendengar ucapan Profesor Casey. Sepertinya mereka bukan dari golongan manusia atau bisa juga mereka adalah alien. Entahlah tempat itu sangat gelap, hanya terlihat wujud yang tidak begitu jelas. Tak ada tanda manusia yang bisa di ajak berkomunikasi dengan nyambung di tempat itu. Entahlah kakek itu tadi melemparkan apa dan siapa yang di ajaknya berbicara. Apakah iblis atau alien tak begitu terlihat dengan jelas wujudnya di ruangan yang gelap. Makhluk itu tidak bisa terlihat jelas. Masih terlihat misteri yang belum bisa di pecahkan jika hanya dengan sekilas penglihatan seperti itu. Ini adalah rahasia Profesor Casey. Setelah selesai melakukan sesuatu, Profesor Casey melangkah keluar meninggalkan tempat itu. Langkahnya yang tidak sempurna membuat dia harus tetap berjalan pelan dan hati-hati. Sepertinya sudah lama Profesor Casey tidak keluar dari tempat persembunyiannya. Matanya yang sipit dengan kulit keriput, menatap bunga-bunga serta pohon-pohon yang rindang. Angin berhembus kencang, membuat dedaunan itu jatuh. Bunga-bunga Kamboja putih juga ikut bertaburan. Aroma wangi dari bunga cempaka, mawar putih dan juga melati, berpadu menjadi satu. Menciptakan aromaterapi alami dari suguhan bumi hutan pantangan. "Uhmm, ummhhhh huuuffftt ...." Memejamkan matanya, menarik napas dan menghembuskan berulang kali. Profesor merasakan dadanya mengembangkan. Oksigen segar dan bersih masuk ke dalam paru-parunya. "Aku lebih tenang tinggal di sini. Tak ada berisik dari para manusia yang berebut posisi. Tak mendengar ocehan-ocehan antara saudara sendiri, demi sesuap nasi. Tak mencari ketenaran dengan menjual bahkan menggadaikan kejeniusan demi materi. Di sinilah aku akan menikmati akhir usia ku." Professor Casey berkata dengan lirih. "Prof angin di luar sangat kencang. Sebaiknya masuk saja," seru Kane. Sosok berwujud anak kecil usia sembilan tahun datang mendekat ke Profesor Casey. Ia adalah jiwa jahat pembantu jin Efrodh yang telah diselamatkan Profesor dan di ubah menjadi baik. Kane berambut panjang sebahu berwarna hitam kecoklatan. "Kamu saja yang masuk. Aku sedang menikmati udara yang segar dan bersih," balas Profesor. "Iya Kane sebaiknya kita masuk saja. Biarkan Profesor menikmati keindahan dan segarnya udara di sini!" seru Raus. Raus berasal dari tempat yang sama dengan Kane. Mereka berdua lebih memilih ikut Profesor Casey. Jiwa yang dari awal dibentuk jahat kini bisa berubah menjadi baik berkat cinta dan kasih sayang Profesor Casey. Raus memiliki rambut panjang dengan mata yang indah. Tampilan anak-anak usia sembilan tahun. Kane dan Raus sebenarnya bukan anak-anak lagi, karena dalam dunia mereka memiliki kehidupan yang lebih cepat. Umur Kane dan Raus sudah lebih dari lima ratus tahun. "Sepertinya akan ada yang ke sini. Aku minta kalian masuk dan jangan menunjukkan wajah kalian." Profesor Casey memperhatikan dua jiwa yang berdiri di depannya. Ada sesuatu yang membuat kakek jenius ini khawatir. Raus dan Kane memiliki batu yang sangat berharga. Batu itu terhias menjadi liontin yang di gantungan ke sebuah tali yang terbentuk menjadi kalung. Liontin ini dipakai Raus dan Kane di kepala mereka. Liontin itu melingkar di tengah pelipis kanan dan kiri. "Siapa?" Kane bertanya. "Siapa lagi kalau bukan Dale Clifd," sahut Profesor. "Kenapa dia tidak pernah bosan datang ke sini?" tanya Kane. "Karena belum mendapatkan keinginannya," sahut Profesor Casey. "Memang nekat, sudah sering di tolak tapi masih tetap tidak mau menyerah," kata Raus. "Profesor harus hati-hati menghadapi penyihir itu," lanjut Kane. "Kalian tidak perlu khawatir. Sihir Dale tidak bisa bekerja di tempat ini. Aku sudah melakukan pagar ghaib sehingga tidak ada yang bisa menggunakan kesaktiannya di hutan ini," lanjut kakek itu. "Syukurlah, kami ikut lega mendengarnya," kata Kane. "Masuklah, jangan sampai Dale melihat kalian!" seru Profesor. "Ayo Kane sebaiknya kita masuk saja!" seru Raus. Raus menarik lengan Kane bermaksud untuk mengajaknya masuk ke dalam. Ini akan lebih baik buat keselamatan Raus dan Kane. Jika saja Dale tahu Kane dan Raus telah menyamar menjadi anak-anak. Maka Dale akan mengajak mereka kembali ke tempat asalnya. "Iya masuklah. Aku minta lepaskan liontin itu dan taruh di laci tempat kerja ku. Ini demi kebaikan kalian." "Memangnya kenapa dengan liontin yang kami pakai? Bukankah ini pemberian dari Profesor?" "Memang Kane. Aku yang memberikannya untuk kalian tapi aku rasa sudah cukup waktu untuk memakai liontin itu. Ada yang perlu aku benahi dari tali pengikatnya," lanjut Profesor. "Baiklah Prof. Aku dan Kane akan menaruh liontin ini di laci tempat kerja Profesor," lanjut Raus. "Bagus. Sekarang masuklah!" "Baik Prof," sahut Raus. "Iya Prof," jawab Kane. Kane dan Raus melanjutkan langkahnya menuju bangunan tua. Di tempat itulah mereka merasakan ketenangan. Profesor Casey menjaga dan mendidik jiwa-jiwa jahat yang berasal dari negeri jin. Mereka adalah dua sosok yang sudah terlepas dari belenggu jahat. Semua ini berkat kakek tua ini. "Aku tahu jika liontin itu akan menjadi bahaya bila jatuh ke tangan yang salah. Meskipun aku sudah menutup energinya tetap saja suatu saat nanti akan kembali terbuka dan bisa dirasakan getarannya," ucap Profesor dengan lirih. Profesor berjalan mengitari tempat di mana iya mengolah tanah di sekitar hutan. Di atas tanah ini ada beberapa tanaman herbal. Profesor Casey menanam beberapa tanaman obat untuk keperluan dirinya serta beberapa penghuni hutan larangan. Kretetktktttteekkkkk Terdengar langkah kaki menginjak dan mematahkan ranting kering. Ada seseorang yang datang. Langkahnya yang pelan tetap terdengar di telinga kakek berambut panjang dan berjenggot tebal. Langkah itu terdengar semakin dekat. Profesor tahu ada tamu yang tak di undang. Laki-laki tua ini memilih untuk tidak menghiraukan. Ia menyibukkan diri dengan mengamati dan sesekali menyentuh daun tanaman obat-obatan. "Prof!" Seseorang memanggil Profesor Casey. Ia berjalan pelan ke arahnya. Seorang wanita berjubah hitam. Kepalanya yang tertutup kain tudung, membuat wajahnya terlihat hanya di sedikit. Ia sebenarnya sangat cantik untuk usia yang tidak muda lagi. Wanita ini tidak hanya sekali dua kali datang ke tempat ini. Ia mengincar sesuatu yang ada di hutan ini. Tapi wanita ini tidak bisa berbuat kasar di tempat yang bukan bagian dari kekuasaannya. Hutan larangan adalah tempat yang dilindungi seluruh penghuni hutan. "Apa yang kamu lakukan di tempat ku?" tanya Profesor Casey kepada wanita itu. "Terserah aku, ini tempat bebas kan!" Seseorang menjawab dengan nada keras dan sinis. "Pergilah!" Professor Casey mengusir tamu yang tidak di undang itu. "Tidak!" Ia tetap kekeh dengan pemikiran yang ingin mengajak Profesor Casey bekerjasama. "Aku bilang sekali lagi, pergilah!" Kakek berjenggot putih berulang kali menyuruh wanita itu pergi dari tempat ini. "Aku juga akan bilang, tidak ingin pergi dari sini." Masih menyahut dengan nada keras. Ia tak mau meninggalkan tempat ini. "Jangan mengusikku lagi." Profesor Casey berdiri dengan tenang, sesekali memejamkan matanya, menghirup udara segar. Melepaskan pelan lewat mulut, udara yang dia hirup. Ia tidak mau terusik dengan kedatangan seorang yang tidak di undangnya. "Aku tidak mengusik." Berdiri dan berbicara dengan santai. Ada raut muka masam serta senyum kesombongan dan keangkuhan. "Datang tanpa aku suruh dan langsung berbicara tanpa salam pembuka. Bagiku kamu terlalu lancang!" kata Profesor Casey. Profesor Casey berusaha untuk tenang agar jiwa buruk tidak menguasai dirinya. "Aku ada urusan." "Aku tidak ingin berurusan dengan wanita sihir seperti mu." "Aku bukan wanita sihir." "Mungkin julukan itu masih terlalu apik untuk mu. Entahlah julukan apa yang pantas untukmu." "Aku ahli nujum!" Wanita itu berteriak dan menjuluki dirinya dengan sebutan seperti itu. "Oh, itu kamu," ucap Profesor Casey. "Iya." "Kalau begitu pergilah, aku tidak cocok dengan kamu. Aku seorang yang berpikir menggunakan logika tetapi aku juga menggunakan hati untuk merasakan baik dan buruk dari seorang manusia. Aku berharap hatimu yang keras bisa kembali lunak," ucap Profesor. "Apa? Coba ulangi lagi. Hahahaha, seorang Profesor yang gagal, apakah pantas menggunakan logika dan hati? Seorang yang menjadikan darah dagingnya sebagai kelinci percobaan, itu lucu sekali ketika anak dan cucu harus mati konyol!" Wanita itu berkata dengan lantang dan kasar. "Jaga perkataan mu!" Profesor Casey marah. Suasana malam berubah menjadi semakin mencekam. Suara binatang-binatang terdengar bersahutan. "Tua-tua bisa berteriak juga," ucap wanita itu. "Pergilah sebelum binatang malam memangsamu!" seru Profesor Casey. "Jangan mengancam! Binatang buas akan takut kepada ku." "Itu bukan ancaman tapi peringatan!" seru Profesor Casey. "Peringatan! Oh kamu sombong, aku tahu ini wilayah mu. Aku berusaha berbicara baik-baik tapi kamu mulai meradang," lanjut wanita itu. Berbicara dengan santai namun ada nada meledek dan memancing kemarahan Professor Casey. "Ingat kamu tidak bisa menggunakan sihir mu di wilayah ku. Hutan ini berada di atas kekuasaan ku. Seluruh makhluk yang berada di sini, tahu siapa aku. Mereka tunduk kepada ku. Siapapun yang datang ke sini, maka akan sulit keluar dari hutan larangan. Kecuali satu orang, kamu yang bebas keluar masuk." "Tenang, sabar." "Pergilah!" "Prof! Aku datang menawarkan sesuatu untuk mu." Perkenalkan ia adalah Dale Clifd. Dukun yang menjadi pembantu iblis dan memiliki tugas untuk mencari jiwa-jiwa dan di serahkan kepada Efrodh. Dale mendatangi tempat Professor Casey untuk menawarkan misi. Berulang kali Dale datang namun belum pernah berhasil membuat Profesor Casey tunduk. Awalnya Dale Clifd memiliki hati yang baik, namun ada suatu kejadian yang menyebabkan wanita ini murka. Ia kehilangan putri satu-satunya. Karena belum bisa menerima kenyataan maka membuat Dale menyalahkan semesta. Berawal dari situ Dale berubah menjadi sangat kasar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN