Meminum ramuan Suci

2411 Kata
Kakek ini sudah sekian lama tak bertemu dengan cucunya. ia tak lupa dengan wajah Diego, hanya saja jika bertemu lagi tentu saja wajah Diego tak sama seperti dulu lagi. Mendengar cerita dari Kane dan Raus namun tak paham jika yang dibicarakan itu adalah cucunya sendiri. Profesor bahkan bingung dan asing dengan nama cucunya sendiri. Ini dikarenakan Profesor memiliki panggilan berbeda untuk cucunya itu. Profesor memiliki nama panggilan yang berbeda dari nama asli cucunya. Itu merupakan nama panggilan sang ayah di waktu kecil. Kakek bahkan tidak hapal dengan nama lenghkap cucunya sendiri. Dari Diego lahir sangat jarang Pofersor memanggil dengan nama asli. "Kane! Siapa itu Larissa dan Diego?" Profesor Casey bertanya karena memang sedari tadi tak paham dengan orang-orang yang sedang di bahas Raus dan Kane. "Mereka itu kakak dan adik dari Jeff. Kenapa Profesor bisa lupa?" jawab Kane. ''Entahlah, apa karena aku sudah tua dan pikun,'' sahyt kakek ini. ''Aku tak berpikir jika Profesor sudah pikun,'' kata Kane. ''Buktinya aku tak ingat siapa mereka, tapi aku agak tak asing dengan nama itu,'' kata Profesor. "Seharusnya memang seperti itu. Mereka bertiga melakukan perjalanan untuk mencari Profesor yang memiliki ramuan jiwa-jiwa suci. Dengan ramuan itu, maka Jeff, Larissa dan Diego akan menjadi manusia normal," kata Raus. "Perjalanan itu mendapatkan restu dari Cha Cheon, ibu dari ketiga anak itu,'' lanjut Kane. ''Cha Cheon. Aku ingat dia,'' sahut Profesor Casey. ''Jadi mereka itu cucu-cucu Profesor. Diego itu, kan cucu kandung Profesor sedangkan Jeff dan Larissa itu adik tirinya Diego. Mereka telah kompak melakukan perjalanan untuk memasuki hutan ini atas petunjuk mimpi mereka. Jadi selain Diegp, Jeff dan Larissa masih ada satu lagi yaitu Evelyn. Ev ini gadis normal yang memiliki, tapi seoarang indigo. Mereka berempat bersahabat dan kompak untuk menemui Profesor Casey. Jadi Ev yang menuntun mereka bertiga. Satu lagi yang perlu Profesor tahu, jika adik-adiknya Diego juga autsm.'' Kane menceritakan dengan detail kepada Profesor Casey. Ia ingin kakek itu bisa mundur dan mengingat masa lalu. Profesor sudah sangat lama meninggalkan hiruk pikuk dan gemerlap dunianya dan sangat wajar jika ia secara perlahan mengubur kenangannya. Ia sudah mengabdikan hidupnya untu semesta, tinggal di dalam hutan untuk mendapatkan ketenangan. "Jadi mereka tahu aku, mereka masih mengingatt ku? Oh, ternyata benar aku sudah sangat tua, aku sudah pikun. Aku bahkan tadi sempat berpikir bagaimana mungkin mereka yang terbelakang mental bisa datang ke hutan pantangan ini? Sekarang aku mulai mengerti, aku mulai sedikit-sedikit mengingatnya lagi. Cucuku yang kau panggil Diego, memang itu nama asli yang diberikan oleh keluarga Cha Cheon. Tapi, aku tak pernah memanggil Dia Dengan Diego. Aku merasa nama itu tak cocok untu cucuku. Aku lebih suka memanggil dia dengan nama kecil ayahnya. Aku menyukai nama itu dan nama itu mebuat ku merasa bahagia, seolah dekat dengan putra ku. Aku merasa dia lahir kembali dalam kehidupan cucuku.'' "Buktinya mereka bisa ke sini, artinya mereka cerdas. Kane jadi paham kenapa Profesor sempat bingung dan tak kenal dengan nama Diego. Ternyata Profesor memiliki nama panggilan khusus untu dia. Profesor merasakan kebahagian tatkala memanggil nama sanga yah untuk putranya. Profesor telah menghidupkan ayahnya Diego dalam tubuh putranya. " kata Kane. ''Tentu saja, aku merasa bahagia. Tapi, sebenarnya aku sangat sadar jika aku hanya menipu diri ku sendiri. Putra ku sudah meninggal dan aku tak bisa menyelamatkannya. Aku sangat menyesal dan aku nyaris putus asa. Aku bahkan tak bisa memafkan diri ku sendiri. Kenapa bodohnya aku sehingga memberikan dia izin untuk menikah dengan Cha Cheon. Putra ku telah jatuh dalam lubang derita. Bahagia dibalik harta berlimpah yang membinasakan.'' Prosor Casey tertunduk lemas mengingat luka lama. Ia sangat terluka dengan kehilangan putra satu-satunya. Ia tak bisa menerima jika putranya meninggal dalam kecelakaan. Sampai kapanpun ia sulit untuk memberikan maaf. Karena Cha Cheon dan keluarganya sudah sangat keterlaluan. ''Apa Profesor tak tahu jika Cha Cheon dan keluarganya pemuja iblis?'' tanya Raus. ''Tahu tapi sudah terlambat, karena putraku sudah menjadi bagian dari kelaurga mereka. Sudah di masukkan dalam perjanjian tumbal,'' sahut Profesor. ''Apa ayahnya Diego tak tahu jika keluarga istrinya pemuja?'' Kane ikutan bertanya. ''Jika saja Jack tahu, tentu saja tak akan mau menikah dengan wanita itu!'' sahut Profesor. ''Jack?'' ''Siapa itu Jack?'' Kane dan Raus tampak terkejud mendengar Profesor menyebut nama itu. Sekian lama tinggal bersama kakek ini, tapi baru kali ini mereka mendengar Profesor menyebut nama itu. Kane dan Raus beradu pandang dan tak menyangka jika ada rahasia yang Pofesor sembunyikan. ''Jack Frich Caseyan, itu nama lengkapnya. Ia adalah putra tunggal ku! Harta paling berharga yang aku miliki di dunia ini. Aku mendapatkan dia dengan berurai air mata. Aku merasa separuh hidupku telah mati, ikut mati bersama istriku. Ia meninggal dunia ketika melahirkan Jack. Aku tak akan lupa sampai kapanpun! Dia wanita yang sangat aku cintai harus mati saat memperjuangkan kehidupan putranya. Ia melahirkan Jack dengan cara normal dan terjadilah pendarahan hebat hingga membawa nyawanya. Aku butuh waktu lama untuk pulih dari luka itu, aku berjuang setengah nyawa untuk membesarkan Jack. Hingga ia tumbuh dewasa dan siap jatuh cinta. Aku jelas meberikan dukungan untuk hubungan mereka, karena aku melihat sikap wanita itu baik. Ia sangat peduli terhadap Jack dan juga aku. Hingga aku memberikan izin untu mereka menikah. Satu tahun pernikahan Jack mendapati istrinya hamil anak kembar, tapi belum sampai lahir bayi itu sudah meninggal dunia. Aku mendapati dua cucu laki-laki yang sangat tampan dan gemuk, aku bahkan tak berpikir cucu-cucu ku memiliki kelainan. Aku sempat berkonsultasid engan dokter kandungan yang menangani menantuku, kebetulan aku berteman baik jadi bisa mendapatkan informasi yang akurat.'' ''Prof aku tercengan, maaf jika kami membuat Profesor membuka luka lama,'' kata Kane penuh penyesalan. ''Iya, aku juga menyesal telah bertanya tentang siapa itu Jack. Sekarang kami sudah tahu jika Jack adalah ayahnya Diego,'' sambung Raus. ''Tidak apa-apa dan tak perlu kalian menyesal telah bertanya. Aku juga lega jika bercerita tentang kisah yang sudah aku pendam sangat lama. Aku pikir aku sudah sembuh, aku pikir aku sudah lupa, ternyata aku tak pernah sembuh dari rasa sakitnya kehilangan iastri, anak, cucu-cucuku. Aku tidak bisa lupa hingga napasku di sisa satu hembusan.'' ''Kisah itu terlalu menyakitkan buat Profesor, aku pun sanggup merasakannya,'' kata Kane. ''Sama, aku juga sedih mendengar cerita Profesor,'' lanjut Raus. ''Aku tak bisa begitu saja bisa berdamai dengan Cha Cheon. Bayangkan, tidak hanya putraku, ada dua cucu laki-laki kembar ku tapi anak mereka yang lahir selanjutnya juga di ajdikan tumbal. Sebelum lahir Frich atau yang biasa kalian sebut Diego, itu ada kakak perempuan yang juga mengalami nasib yang sama, meninggal di menjelang melahirkan. Itu masih belum cukup! Frich pun juga di incar. Aku sempat melakukan banyak cara untuk membuat cucu ku aman dari tumbal, tapi yang jadi pertaruhan adalah ia harus kehilangan jiwa aslinya. Aku sangat marah dan ingin sekali membunuh wanita itu, tapi tak adsa gunanya, maka tak aku lakukan itu. Cha Cheon mati pun tak akan membuat anak-anaknya selamat, mereka sudah masuk tumbal semuanya. Dulu siapa saja yang di sodorkan untuk tumbal, maka seketika akan mati. Mereka mati dengan banyak cara, ada yang mati karena kecelakaan, ada yang mati karena sakit dadakan dan ada yang lenyap begitu saja.'' ''Tapi, kenapa Diego, Jeff dan Larissa tak mati?'' tanya Kane. ''Karena Cha Cheon sudah memperbarui perjanjian.'' ''Prtukaran jiwa, itu yang dilakukan ibunya Jeff, benarkan?'' ''Apa yang kamu katakan memang benar, Raus,'' sahut Profesor. ''Oh, jadi inilah yang menyebabkan mereka tumbuh tidak normal?'' ''Iya, Kane. Jadi Cha Cheon menikah dua kali dan memiliki anak kembar yang terlahir sehat tapi di usianya yang pertama, bayi-bayi itu diberikan kepada raja Efrodh. Bayi-bayi itu anak terakhir Cha Cheon. Mereka yang menjadi pagar agar anak-anak Cha Cheon tidak mati seperti yang lain. Sebenarnya ini hanya menunda saja, mereka pada kahirnya akan di ambil oleh raja Efrodh.'' ''Jadi karena mengetahui alasan ini mereka nekat menemui Profesor?'' tanya Raus. ''Iya, mereka ingin menolong ibunya dan membebaskan diri mereka dari perjanjian tumbal. Jeff ingin menolong anak-anak yang tak berdosa supaya tak di jadikan tumbal orang tua mereka,'' sahut Kane. "Siapa yang sudah berani masuk ke hutan ini, akan sulit untuk bisa keluar. Meskipun mereka punya niat yang baik tapi jika lancang akan mendapatkan hukuman. Tak akan semudah itu bisa menemui ku. Harus lolos dengan tes yang aku berikan. Aku bahkan ragu jika mereka tahu di mana keberadaan ku," ucap Profesor Casey. "Tentu saja mereka tahu Prof, mereka sebenarnya cerdas." "Terus?" "Memiliki kelebihan dari keterbatasan fisik itu berguna di saat seperti ini. Segala resiko sudah mereka ketahui, resiko itu kalah dengan niat mereka yang sudah sangat kuat," jawab Kane. "Aku lupa, sehingga tidak berpikir sampai ke situ," kata Profesor. "Memangnya apa yang Profesor pikirkan?" tanya Kane. "Aku pikir mereka hanya anak cacat mental yang dibuang keluarganya," lanjut Profesor Casey. "Bukan!" sahut Kane. "Entahlah aku sudah cukup tua, sepertinya aku pikun." "Kami yang akan mengingatkan jika Profesor lupa." "Terima kasih, Kane! Terima kasih Raus," kata Profesor Casey. "Iya," sahut Kane. "Aku sering lupa!" "Profesor! Jadi jiwa mereka sudah kami isi. Tentu saja Jeff bisa masuk ke sini," lanjut Kane. "Oh, iya!" Profesor Casey manggut-manggut, dirinya mulai mengerti kenapa Jeff yang memiliki keterbatasan bisa masuk ke tempat ini. "Maaf Profesor, jika kami berani lancang mengajak mereka ke sini," ungkap Raus. "Perjalanan mereka tidak mulus, belum mendapatkan ramuan harus tertangkap oleh Profesor. Jeff di tangkap begitu juga dengan Evelyn dan Diego. Mereka telah membangunkan macan tidur," ucap Kane. "Benar Kane, Profesor tidak menyukai anak nakal yang suka mencuri," ucap Raus. "Tapi mereka bukan anak-anak!" ucap Kane. "Memang benar tapi mereka seperti anak-anak," sahut Raus. "Hahahaha, kalian jangan merasa lebih pintar dari ku. Ingatlah jiwa kalian dulu juga jahat. Siapa yang membebaskan? Siapa yang menggembleng kalian, hingga menjadi jiwa suci? Jangan lupa." Profesor Casey tertawa menyaksikan Kane dan Raus yang tertipu lagak pura-pura banyak tanya. Profesor Casey sengaja pura-pura bodoh. "Pantas saja, saat kita menyebut Evelyn tak membuat Profesor penasaran. Di situlah aku mulai curiga," ucap Kane. "Aku juga agak merasa aneh, kenapa Profesor tidak bertanya, kenapa tidak penasaran. Sedangkan saat kita menceritakan tentang Jeff, Larissa dan Diego, bisa membuat Profesor mengajukan pertanyaan. Giliran Evelyn, kok gini," sambung Raus. "Hahahaha ...." Suara khas dari kakek tua. "Baru kali ini aku melihat tawa yang renyah," ucap Kane. "Iya, setelah belasan tahun tak ada tawa dari kakek tua ini," sambung Profesor Casey. "Ada baiknya kita membawa Jeff dan kawan-kawannya," lanjut Kane. "Professor bahagia, aku juga ikut bahagia." "Aku juga Raus," ucap Kane sambil memeluk professor Casey. "Sini," tangannya Profesor Casey terbuka lebar siap menampung pelukan dari jiwa-jiwa suci. Raus terharu sambil memeluk tubuh kakek tua itu dengan erat. Matanya berkaca-kaca, terharu akhirnya bisa melihat sang Profesor Casey bisa tertawa lagi. Kane dan Raus beradu pandang. Akhirnya mereka tersenyum dan tertawa. Ruangan yang tadinya seram berubah menjadi riuh dengan tawa. Kane dan Raus baru menyadari jika mereka sedang dikerjain sama kakek tua. Kakek yang sudah menolong mereka dari perangkat iblis dan raja Efrodh. Dulu Kane dan Raus juga memiliki jiwa tidak baik tapi dengan pertolongan Profesor Casey, akhirnya mereka terbebas. Sang Profesor, sebenarnya sudah tahu jika ia akan kedatangan tiga tamu, sang Profesor juga tahu jika mereka ingin mencuri ramuan itu. Karena caranya salah yaitu dengan mencuri, meskipun tujuan baik tetap itu tidak bisa di benarkan. Akhirnya sang Profesor memberikan hukuman untuk ketiga orang ini. "Aku tidak jahat kan?" Profesor Casey bertanya kepada Kane dan Raus. "Tidak, berkat Profesor, aku bisa menjadi baik," jawab Kane. "Bayangkan jika kami tidak bertemu Profesor, maka kami akan tetap menjadi b***k iblis. Tersekap dalam kekuasaan raja Efrodh," Raus menjawab. "Profesor tolong bantu Jeff, berikan ia ramuan dari jiwa-jiwa suci," pinta Kane. "Aku tahu Profesor hanya mengetes, Jeff, Evelyn dan juga Diego, ucap Raus. "Ehmmm, aku ingin jiwa dari Delloy bisa dikalahkan," jawab Profesor Casey. Jeff, Evelyn dan Diego saat ini memang masih terperangkap bersama jiwa-jiwa yang tidak baik. Delloy masih menguasai jiwa mereka. Profesor ingin mengetes kesabaran serta kecerdasan mereka dalam menghadapi jiwa yang tidak baik itu. "Aku juga sudah bilang ke Jeff untuk bisa tenang. Maka dengan sendirinya Delloy akan tidak betah menempel pada raganya," ucap Kane. Jeff yang di beritahu Kane untuk bersikap tenang dan tidak terpancing dan mengikuti jiwa yang jahat. "Tapi belum waktunya Jeff lepas. Dia harus tangguh untuk bisa lolos dari tempat itu," ucap Profesor Casey. Profesor Casey berdiri berjalan ke dekat jendela. Memperhatikan bangunan tua, di mana ada Jeff dan temannya yang tersekap bersama makhluk astral yang menakutkan. Aaqrrhhrr ... arrghhrqhhh, suara erangan terdengar dari balik penjara. "Aku takut, aku mau pulang. Tolong ... keluarkan aku dari tempat ini. Ampun Professor," Evelyn terlihat histeris, merasa ketakutan berada dalam penjara gelap gulita. Ia menggebrak dan menendang pintu agar bisa terbuka." "To-to-long ... ke- ke-luar kan ak- uuh da-ri tempat ini," suara Jeff berteriak dengan kencang. Di susul suara Larissa yang terbata-bata. "Ughhr, to-toh .. tohlong." "Aku mau pulang!" Evelyn kembali berteriak. "Help me! Diego didn't want to be in hell. Mother please! We want to get out of this dark place. Mom listen to me!" Diego screamed for help and continued to look for his mother. Mendengar rengekan Jeff membuat Raus tidak tega, ia berusaha memohon kepada Profesor Casey agar mau melepaskan Jeff. "Profesor, tolong lepaskan Jeff," rengek Raus sembari memegangi baju Profesor Casey. "Aku hanya akan melepaskan satu orang, entah Jeff, entah Evelyn, entah Diego. Tergantung siapa yang bisa lulus dari ujian yang aku berikan," kata Profesor Casey. "Masih berapa lama lagi Profesor?" Raus bertanya. "Tergantung mereka! Bukankah aku sedang mengujinya, seperti kalian dulu juga merasakan ujian dariku," sahut Profesor. "Bolehkah aku menengoknya?" Kane tidak tega mendengar teriakkan. Ingin menghampiri Jeff dan menenangkannya. "Aku juga," lanjut Raus. "Aku ingin Jeff bisa mengalahkan iblis di dalam penjara itu. Begitu juga Delloy, harus bisa Jeff tundukkan. Pergilah dan sampaikan pesan ku ini, ingat hanya untuk Jeff." ucap Profesor Casey. "Lantas bagaimana dengan Evelyn dan Diego?" tanya Raus kepada Profesor Casey. "Mereka akan tetap di situ. Mereka tidak boleh menemani Jeff pergi menemui raja Efrodh." "Baiklah jika itu keinginan Profesor. Kane akan berbicara dengan Jeff tanpa sepengetahuan Evelyn dan Diego." "Pergilah!" Profesor Casey menyuruh Kane dan Raus untuk menyampaikan pesan kepada Jeff. "Baik, Prof." Raus dan Kane segera melaksanakan tugas yang diberikan Profesor Casey. Mereka menuju gua, dimana Jeff dan kawan yang lain di sekap. Sang Profesor memang belum ingin mengeluarkan Jeff dari penjara dan tidak akan memberikan ramuan jiwa suci sebelum Jeff bisa mengalahkan iblis dan Delloy. Untuk bisa masuk kerajaan jin dan menemui raja Efrodh, maka Jeff harus bisa lolos dari segala ujian yang diberikan Profesor Casey. Di sinilah kesabaran, ketenangan harus bisa Jeff temukan. Jiwa dan raga yang lemah harus menjadi kuat, mental yang payah harus terasah menjadi hebat dan tangguh. Maka ramuan jiwa-jiwa suci akan Profesor Casey berikan untuk Jeff.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN