“Aku tidak membawa ponsel. Sedang diisi daya.”
“Kau boleh meminjam punyaku.” Leslie hendak merogoh ponsel yang ia taruh di dalam saku celananya, tapi Tristan segera melarang menolak tawarannya.
“Tidak, terima kasih, kau sudah berbuat lebih. Aku akan segera pulang.” Ia memberi alibi yang terdengar meyakinkan dan cukup masuk akal. Leslie mengurungkan niatnya lalu kembali menatap Tristan.
“Kau tinggal di daerah sini?” tanya Leslie lagi.
“Anggap saja seperti itu, meski bukan tempat tinggal tetap.”
“Mengontrak?” tebak Leslie.
“Ya.”
“Oh, kalau begitu, apa ....”
Leslie tidak sempat melanjutkan dan menyelesaikan kalimat pertanyaannya karena kala itu, Lindsay yang bosan dengan kelihayan saudari perempuannya langsung menyela.
“Apa kau tidak bisa membiarkan seseorang makan? Dari tadi kau terus bertanya seolah kau adalah jurnalistik yang mewawancarai narasumber, lagi pula kau juga belum makan banyak. Habiskan itu sebelum menjadi dingin.” Lindsay yang dari tadi terus makan tanpa mengikuti percakapan kali ini ia buka suara untuk menegur adiknya. Rasanya benar-benar tidak sesuai karena mereka sedang menikmati sarapan saat ini, sementara Leslie benar-benar menjadi tukang interogasi yang terdengar menyebalkan.
Leslie segera memandang kakaknya itu dengan tatapan tak senang.
“Apa urusanmu? Dia juga tidak keberatan aku tanyai.” Ia keberatan ditegur oleh Lindsay. Ia mengangguk pada Tristan yang tersenyum canggung. Gadis ini tidak melihat bahwa Tristan sendiri mau bercerita karena ingin menghargai dirinya, seharusnya dia cukup sadar dan mengerti untuk tidak mengganggu seseorang yang sedang makan.
“Habiskan saja makananmu.” Lindsay hanya mengatakan itu sebagai balasan. Akan percuma rasanya mengatakan ini itu untuk membuat adik perempuannya ini bisa mengerti, yang ada malah mereka akan berdebat lagi seperti yang sudah terjadi.
Leslie memanyunkan bibir pada Lindsay sebelum kemudian ia kembali memandang ke arah Tristan. Meski begitu ia setengah menuruti apa yang saudara laki-lakinya itu katakan, ia tidak melanjutkan topik percakapan.
“Oh iya, kita akan lanjut perjalanan, kau masih mau menumpang?” tanyanya karena ia mendengar Tristan tinggal di daerah sini, maka ia mengajukan pertanyaan ini.
Tristan segera menggeleng sambil tersenyum, ia masih mengunyah makanannya ketika Leslie mengajukan pertanyaan itu sehingga ia tidak bisa langsung memberikan jawaban.
“Aku tidak perlu, hanya tinggal jalan kaki sedikit saja sudah sampai.” Akhirnya ia menjawab memberitahu.
“Oh, padahal tidak apa-apa. Kita tidak keberatan jika kau masih ingin ikut.”
“Aku keberatan.” Lindsay berucap ketus membuat Leslie menoleh padanya.
“Lindsay!” Leslie menegur seolah ucapan saudara laki-lakinya sangat tidak pantas untuk diucapkan di depan Katarina dan Tristan.
“Kita bukan tukang antar, lagi pula paman John akan marah kalau kita tidak datang tepat waktu.” Lindsay segera memberi alibi yang mana sepertinya mereka harus buru-buru pergi ke tempat tujuan. Ternyata sepasang adik kakak itu tidak sedang bersantai, mereka sedang tergesa. Entah hanya alasan atau memang sungguhan itu yang terjadi.
“Kau menyebalkan.” Leslie mencibir, Lindsay tampak tak memedulikannya.
Leslie sendiri tidak memiliki pembelaan soal itu, mereka memang harus bergegas pergi.
Leslie kemudian beralih memandang Katarina. “Lalu bagaimana denganmu, Kat?”
Katarina langsung mengangkat wajah lalu menghentikan aktivitasnya saat mendapatkan pertanyaan itu.
“Aku merasa malu kalau ikut lebih lama lagi dengan kalian, lagi pula mungkin setelah di sini, arah perjalanan kalian tidak akan sama denganku. Aku akan di sini sedikit lebih lama sambil memikirkan rencana selanjutnya.” Katarina menjawab memberi alibi untuk tidak melanjutkan perjalanan bersama dua orang itu.
“Kau yakin? Apa kau tidak mau ikut bersama kami ke camp?” tanya Leslie yang terlihat memasang raut wajah yang agak kecewa saat mendengar penuturan Katarina.
Katarina menggeleng pelan sebelum kemudian ia mengelap bibirnya menggunakan tisu. Setelah dirasa bersih, ia kemudian buka suara untuk membalas. “Untuk saat ini masih belum terpikirkan olehku, tapi jika kita nanti bertemu lagi, aku mungkin akan ikut.”
Untuk sesaat, Leslie seperti memikirkan sesuatu. Ia tampak tidak mau membiarkan Katarina pergi, ia memikirkan solusi terbaiknya. Beberapa detik kemudian ia mengambil kertas dan pena, dengan dilihat oleh Tristan dan Katarina, ia menulis sesuatu yang merupakan alamat dan nomor ponsel. Lindsay dan Katarina memperhatikannya sementara Tristan buru-buru melahap makanannya sebelum ia kembali ditanyai.
Setelah selesai, ia mengulurkan tangan memberikan kertas itu pada Katarina lalu berpesan pada gadis itu. “Begini saja, kau selesaikan urusanmu di kota ini, lalu pergi ke alamat ini jika kau berubah pikiran. Aku akan menyambutmu kapan pun kau datang.”
“Terima kasih.” Katarina tampak senang menerimanya.
“Kita pergi, ada orang yang akan marah-marah apabila kita terlalu terlambat.” Lindsay yang merasa bahwa semuanya sudah selesai segera berdiri, ia mengeluarkan beberapa lembar uang untuk melakukan pembayaran lalu pergi tanpa mengucapkan apa-apa, seolah ia sedang tergesa.
“Sampai berjumpa lagi, Kat.” Leslie melambai sebelum kemudian menyusul. Katarina tidak mengatakan apa-apa, ia hanya membalas lambaian tangan Leslie sambil tersenyum.
Katarina dan Tristan memandangi kepergian kedua orang itu tanpa berbicara apa-apa, mereka menyaksikan ketika Lindsay dan Leslie memasuki mobil, ketika kendaraan itu berbunyi lalu meninggalkan halaman parkir restoran itu.
Sekarang, hanya tinggal Katarina dan Tristan saja yang ada di sana. Karena mereka sama-sama merupakan esper, keduanya tidak perlu bersandiwara dan tidak perlu menyembunyikan sesuatu seperti ketika sedang berhadapan dengan sepasang saudara itu.
“Mereka orang-orang baik rupanya, aku jadi sedikit menyukai mereka,” ucap Tristan yang pertama kali membuka suara. Katarina memutar kepala, ia mengalihkan perhatiannya pada pria itu.
“Jadi, apa alasanmu melakukan semua ini? Apa kau salah satu orang yang mencariku?” tanya Katarina yang kini memasang ekspresi yang serius. Tristan hanya tersenyum nakal menanggapinya.
“Mencarimu? Apa kau orang penting sampai harus dicari? Kulihat kau seperti gadis nakal yang melarikan diri dari rumah.” Tristan membalas dengan sedikit cibiran.
“Anggap saja seperti itu karena memang itulah faktanya, aku baru saja kabur dari rumah.” Katarina membalas tanpa peduli dengan cibiran yang pria itu lontaran. Ia menyilangkan tangan di d**a sambil duduk bersandar di tempatnya.
Melihat bahwa saat ini Katarina sedang serius, pada akhirnya Tristan juga bersikap serius. Ekspresi wajah ramah dan baik yang pria itu tampakkan di hadapan Leslie dan Lindsay sudah hilang sepenuhnya.
“Aku sebenarnya tidak memiliki tujuan khusus. Sebelumnya aku memiliki masalah dengan beberapa esper lain sehingga aku harus melarikan diri ke hutan, tapi di luar perkiraanku, mereka malah terus mengejar.” Tristan akhirnya mengungkapkan kejadian yang sebenarnya pada Katarina. Entah itu cerita jujur atau tidak, yang jelas hal inilah yang menurut Katarina jauh lebih sesuai apabila dihubungkan dengan beberapa esper yang sebelumnya mengintai mereka di antara pepohonan ketika Tristan tertabrak.