Mencium Aroma Tak Sedap?

1126 Kata
“Oh. Sebenarnya, saat seseorang nekat, kadang rasa takut juga hilang.” Katarina menanggapi dengan nada setengah bercanda. “Aku tahu, tapi melewati jalan kosong di tengah hutan, itu adalah sesuatu.” Pria itu malah menanggapi berbeda, bahkan tidak sesuai seperti yang Katarina harapkan. “Yah, dan aku tidak ingin melakukannya untuk kedua kalinya. Hanya kali ini saja pertama dan terakhir kulakukan.” Katarina membalas agak bersungut, ia sengaja memasang nada bicara seolah dirinya menyesal telah melakukan perjalanan yang berbahaya itu. “Kau punya nama?” tanya pria itu. Katarina menoleh sesaat pada pria itu. Tanpa menjeda dab tanpa berpikir terlebih dulu, Katarina langsung menjawab pertanyaan pria itu dengan jujur. “Katarina. Ya, itu namaku.” Entah mengapa, Katarina malah mengatakan nama yang sebenarnya, tidak pura-pura atau mengambil nama samaran. Padahal, untuk berjaga-jaga seharusnya dia menyamarkan namanya, apalagi orang ini tampak tidak terlalu meyakinkan. “Hanya itu?” tanya si pria yang sebenarnya menanyakan nama lengkap Katarina. Gadis itu mengangguk pelan. Ia paham maksud dari pertanyaan pria itu. “Hanya itu namaku, soalnya Aku tidak punya keluarga.” “Namaku Erick. Teman-temanku biasa memanggilku ....” Tiba-tiba pria bernama Erick itu tidak melanjutkan ucapannya. Katarina sontak menoleh ke arah pria yang bernama Erick itu. “Ya?” ujar Katarina yang meminta Erick untuk menyelesaikan kata-katanya. Tapi pria itu malah menggeleng pelan seolah hal itu bukan sesuatu yang tepat untuk dikatakan pada Katarina. “Sebaiknya kau tidak tahu.” Ia menolak untuk memberi tahukan selengkapnya. “Kenapa?” “Karena mungkin kau akan ketagihan memanggil nama panggilanku.” Perkataan Erick yang sebelumnya terdengar serius malah berubah menjadi candaan membuat suasana berubah seketika. Katarina benar-benar tak menyangka akan jawaban itu, padahal ia sudah serius mendengarkan. “Kau terlalu berlebihan.” Erick langsung tertawa. “Aku hanya bercanda.” Ia menambahkan. Padahal Katarina sendiri tahu akan hal itu, ia sama sekali tak tertawa, rasa hya hal itu tidak lucu. Setelah beberapa detik tak berbicara, Katarina memperhatikan jalan lurus yang tampak losing, di depan sana sama sekali tak terlihat ada kendaraan yang muncul. Entah karena terlalu pagi atau jalan ini memang jarang digunakan. Yang jelas, selama Katarina berjalan sebelumnya, sidak ada tanda-tanda akan adanya kendaraan, hanya pagi ini saja ada kendaraan yang ia lihat. “Sepertinya sangat jarang ada kendaraan yang menuju Kota Coldwater. Apa itu kota yang tidak terkenal?” tanya Katarina yang memulai pembahasan baru. Seharusnya ia tidak melakukan itu, bungkam jauh lebih baik. “Sejak aku jalan kaki menyusuri jalan, aku tak melihat adanya kendaraan yang melintas di sekitar sini, susah sekali mencari tumpangan.” Katarina menambahkan. Untuk yang kali ini ia agak penasaran, ini adalah pertama kalinya ia bepergian dan pertama kalinya juga pergi menuju Kota Coldwater, kota yang sebenarnya tidak dirinya ketahui sama sekali seluk-beluk nya. Katarina agak penasaran dengan suasana nya, ia tidak melihat adanya kendaraan sejak memasuki wilayah hutan menggunakan sepeda motor curian, bahkan ketika ia diserang sampai ia berjalan kaki selama beberapa waktu, tidak ada kendaraan yang melintas, hanya ketika langit mulai cerah saja baru ada kendaraan yang melintas di daerah ini. Sebenarnya ini adalah sesuatu yang tidak seharusnya dia katakan, akan jauh lebih bijak lagi apabila ia bungkam saja sehingga tidak ada hal-hal yang tak perlu dikatakan. Katarina merasa bahwa ia terlalu banyak curiga dan terlalu waspada, pria ini ternyata sedikit lebih ramah. Mungkin saja dia bukan orang jahat, tapi siapa yang tahu. “Tidak juga, meski tidak ramai tapi setiap harinya ada sekitar lima puluh sampai seratus kendaraan yang keluar masuk Kota Coldwater. Kenapa kau tak melihatnya? Karena ini masih terlalu pagi untuk melakukannya. Aku sendiri agak heran karena kau ada di tengah hutan dalam cuaca sepagi ini.” Erick menjelaskan, tatapannya tampak fokus memandang jalan raya. “Seperti itu rupanya. Aku benar-benar kabur pada waktu yang salah.” Katarina masih berpura-pura bahwa dirinya baru saja melarikan diri, padahal nyatanya ia sudah beberapa lama melakukan perjalanan. “Memang, lain kali janjian dulu dengan pengendara agar kau bisa menumpang pada waktu yang tepat saat kau melarikan diri dari rumahmu.” Erick lagi-lagi melontarkan candaan, setelahnya ia langsung tertawa dengan candaannya. Padahal Katarina sendiri merasa bahwa candaan yang pria ini keluarkan sama sekali tidak mengundang tawa. Selama beberapa detik lamanya mereka tidak lanjut saling berbicara lagi sampai kemudian Katarina kembali mencium bau busuk yang benar-benar menyengat mengganggu indra penciuman. Ini adalah bau bangkai yang benar-benar kuat seolah di dalam bangkai itu banyak belatung yang sedang berpesta menikmati daging busuk super bau itu. “Omong-omong, kenapa bau di dalam sini seperti ini?” Tiba-tiba saja tanpa sadar Katarina menanyakan kalimat ini, ia melontarkan pertanyaan itu sambil mengibaskan tangan di depan hidung, bermaksud untuk menyingkirkan bau yang masuk ke dalam indra penciuman nya. Pertanyaan yang memang ia ingin ajukan karena sejak memasuki mobil ia mencium bau yang tidak sedap. Ini adalah pertanyaan biasa, tapi pertanyaan inilah yang akan mengubah keadaan di mana awalnya normal dan baik-baik saja secara mengejutkan jadi bertolak belakang. “Aku merasa bahwa ada sesuatu yang .....” Katarina sengaja menggantung kalimatnya. “Bau kotoran?” ujar Erick yang menebak apa yang dipikirkan oleh wanita muda di sampingnya. Katarina sendiri tidak mengiyakan atau menyangkal, ia sama sekali tak memberi jawaban apa-apa, sudah jelas tanpa harus dibicarakan sekalipun, keadaan mobil ini terlalu bau. “Yah, aku tahu kalau di sini baunya tak sedap. Maaf soal itu.” “Aku tidak bermaksud menyinggung atau apa, hanya saja ....” Kali ini Katarina disela sehingga lagi-lagi tak melanjutkan ucapannya. “Aku lupa membersihkan mobilnya, lagi pula ini bukan milikku, aku tak mau repot-repot membersihkan barang orang lain.” Erick memberikan penjelasan singkat dan sederhana untuk memberi tahu alasan mengapa mobil itu terlalu bau. “Pantas saja.” Katarina bergumam, ia masih mengipas di depan e hidung sebelum kemudian menoleh memandang pria itu. “Tapi kau tahu, kalau sebau ini, sedikitnya bersih-bersih tidak apa-apa, itu membuatmu nyaman saat mengemudi juga.” Saat selesai berbicara, Katarina segera sadar bahwa ucapannya berlebihan, maka ia menggeleng lalu buru-buru menambahkan. “Ini bukan berarti aku menasihatimu, hanya mengusulkan saja.” Jelas saat ini Katarina takut dikira bahwa ia tidak lancang karena mengajari dan mengatakan kalimat itu. “Laki-laki bukan tipe yang suka nyaman ketika mengemudi.” Erick terlihat tidak memedulikan ketidaknyamanan Katarina, ia malah menjawab seadanya. Katarina merasa agak nyaman. Ia malah tanpa sadar melanjutkan percakapan yang seharusnya tidak terjadi. “Aku tahu, hanya saja, bau ini seperti … ini seperti kau menyimpan mayat di belakang sana yang mulai membusuk.” Sebenarnya ia melontarkan kalimat ini untuk sekadar candaan, bahkan ekspresi wajah dan nada bicaranya juga dimaksudkan untuk candaan juga. “Kenapa kau bisa tahu?!” tanya Erick yang nada bicaranya agak keras. Ia seperti ketahuan telah melakukan kejahatan, ia tampak begitu serius saat ini. Katarina sendiri langsung kaget karena ia tak berharap bahwa Erick akan menanggapinya seperti ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN