Hanyalah Mimpi

1091 Kata
Setelah itu seseorang masuk sambil membawa apel. Seorang pria yang benar-benar tidak ingin Katarina lihat. Tentu saja Katarina langsung marah bahkan ketika pria itu baru saja satu langkah masuk ke dalam ruangan itu. Pria itu tampak masih muda, mungkin saja usianya tidak jauh dari Katarina sendiri. “Kau! Enyah dari sini!” teriak Katarina lantang, ia teramat sangat marah saat melihat wajah pria itu. “Apa kabar, Kat.” Pria itu menyapa tanpa rasa bersalah sama sekali, ia mengabaikan teriakan Katarina yang jelas-jelas membenci dirinya. “Jangan bicara padaku! Aku tidak ingin melihatmu lagi! Keluar sana!” teriak Katarina amat murka. Katarina langsung berdiri membuat pria itu tampak sangat kaget dan mulai ketakutan. “Hei, aku tidak bermaksud buruk padamu.” “Diam! Kau b******n, aku membencimu, pergi sana!” Katarina membentak keras, ia benar-benar tampak sangat marah dan membenci pria itu, entah seperti apa masa lalu yang pernah terjadi di antara mereka sehingga membuat Katarina menjadi seperti sedemikian rupa bencinya pada si pria. “Aku ingin berdamai denganmu, tidak bisakah kau memaafkanku? Aku akan melakukan apa pun untukmu.” Pria itu mulai tampak ketakutan, ia berusaha membujuk Katarina dengan kata-kata. “Tidak ada maaf bagimu. Enyah kau dari hadapanku sebelum kubunuh.” Katarina tampak memandang pria itu dengan emosi tak tertahan. “Dokter, ada aktivitas kuat yang menjadi gejala dari kemunculan kekuatan subjek. Ini menumpuk dalam jumlah yang besar. Tekanan darah, pernapasan dan kinerja tubuh sudah berubah seketika.” Pria yang bekerja mengawasi kondisi Katarina langsung memberi tahu bahwa terjadi perubahan emosi yang signifikan yang mana itu juga memengaruhi kekuatan yang Katarina miliki. “Aku tak menyangka bahwa pengaruh darinya akan sebesar ini.” Dokter Thompson bergumam pelan, ia kemudian meraih mikrofon untuk berbicara pada Katarina. “Katarina, tenangkan dirimu.” Dokter Thompson buka suara, meminta gadis itu untuk bisa menenangkan dirinya. Katarina mengalihkan pandangan ke arah Dokter Thompson. “Dokter, kau bilang aku tidak akan mendapatkan provokasi apa-apa? Kenapa kau membawa pria berengsek ini ke hadapanku?” sergah gadis itu penuh kemarahan. “Katarina, kau harus menenangkan dirimu. Ini adalah bagian dari pengendalian diri juga.” Dokter Thompson menjelaskan hal yang menjadi alasan mengapa pria yang paling Katarina benci bisa ada di sana. “Aku tidak peduli, pokoknya jauhkan dia dari hadapanku!” teriak Katarina penuh kemarahan. “Katarina.” “Jangan bicara padaku! Pergi sana ke neraka! Manusia busuk sepertimu layak berada di sana!” Katarina tampak semakin marah membuat si pria mulai gemetaran dikarenakan rasa takut sudah menyelimuti seluruh tubuhnya. “Dokter, biarkan aku pergi, aku merasa ini tidak baik,” pinta si pria sambil memandang Dokter Thompson. “Katarina, jangan memberontak, tenangkan dirimu.” Dokter Thompson masih berusaha meminta agar Katarina mengendalikan kemarahannya. “Ini adalah salah satu pelatihan untukmu, kau harus membuat dirimu tenang.” Pada saat itulah mendadak Katarina menjadi tenang, ia menunduk lalu bergeming dalam posisi berdiri. Alat pendeteksi tubuhnya juga menghentikan aktivitas. Semua tampak kembali normal selain satu hal, yaitu pendeteksi sinyal dari kekuatannya memindai perubahan besar. Bunuh, bunuh lelaki berengsek itu. Hancurkan kepalanya, keluarkan semua darahnya. Bunuh, bunuh dia sekejam mungkin. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang memerintahkan Katarina untuk membunuh pria yang ada di hadapannya. “Dokter, sepertinya ada yang aneh dengan subjek. Tiba-tiba saja kinerja aktivitas otaknya berubah, ada perubahan kepribadian yang signifikan dan tingkat kekuatannya muncul lagi.” Seseorang yang mengambil tugas memantau statistik langsung menginformasikan. “Ini sangatlah berbahaya.” “Katarina, kau hanya perlu fokus pada apel itu. Ingat dengan pengendalian diri.” Dokter Thompson segera memerintahkan setelah mendengar apa yang terjadi. Katarina menyeringai. Ada sesuatu yang misterius muncul secara tiba-tiba. “Kat.” Pria yang tampak masih gemetaran ketakutan itu mencoba memanggil gadis itu. “Dokter, ada anomali aneh. Ini harus dihentikan.” Seseorang langsung mengusulkan. “Katarina, dengarkan aku, jangan melakukan hal konyol.” Dokter Thompson berseru keras sambil memukul dinding kaca sementara si pria sudah menempelkan punggung ke dinding dengan tubuh yang gemetaran. “Kat, aku ....” “Mati kau!” Katarina bergumam lalu memandang tajam pada pria itu, suara letupan terjadi diikuti darah yang memuncrat. *** Katarina membuka matanya saat adegan itu terjadi. Ia terbangun dari tidurnya. Mobil masih bergerak dengan santai, kaca pintu terbuka sehingga angin dingin masuk ke dalam sana membuat Katarina agak kedinginan. Mimpi, hal yang sebenernya telah dirinya alami beberapa waktu yang lalu malah kembali terbayang, sekarang ingatan itu malah teraplikasi menjadi mimpi yang bisa dikatakan menyeramkan untuk diingat. “Kau sudah bangun? Ini bahkan belum setengah jam.” Leslie menyapa saat mendengar suara Katarina yang terbangun. Ia menoleh agar bisa bertatapan langsung dengan Katarina. “Kita masih ada di kawasan hutan?” tanya Katarina sambil memandang ke luar jendela yang mana pemandangan masih sama seperti sebelumnya, yaitu hanya pohon-pohon besar menjulang di pinggir jalan. Perbedaannya adalah cuaca yang sudah lebih cerah, sebentar lagi mungkin matahari akan terbit. Leslie beralih memandang kakaknya lalu mencubit bahu kiri pria itu. “Si bodoh ini mengemudi terlalu pelan. Maka dari itu kita masih belum juga tiba.” Leslie bisa dikatakan menyalahkan keterlambatan ini pada suadara laki-lakinya itu. “Jika tidak ingin celaka, kau bilang kita harus melaju pelan.” Lindsay yang disalahkan tentu tidak terima akan hal itu, ia memprotes dengan memberikan alasan, membalikkan kesalahan pada gadis itu. “Tapi tidak sepelan ini juga. Lebih kencang sedikit.” Leslie tidak mau kalah. “Ini permintaanmu, jangan menyalahkanku kalau terjadi apa-apa.” “Lakukan saja!” Leslie memerintahkan tanpa memikirkan apa yang mugkin terjadi. Lindsay yang disuruh untuk melaju lebih kencang segera mengoper gigi lalu menginjak gas lebih dalam lagi. Saat Katarina menutup kaca pintu, ia mengalihkan tatapan ke depan memandang tingkah sepasang saudara itu. Ia sedikit tersenyum sambil mengingat masa-masa di mana ia juga pernah mengalami keadaan yang damai dan tenang, ia bisa bercanda dan mengobrol sesukanya bersama dengan teman-teman baiknya. Mobil dibuat melaju lebih cepat menyusuri jalanan sepanjang hutan. Katarina tidak berbicara lebih setelah mengalami mimpi itu, mimpi yang merupakan kilas balik dari kejadian masa lalunya. Suatu masa lalu kelam yang benar-benar ingin dirinya kubur dalam-dalam, ini adalah salah satu alasan ia memutuskan untuk melarikan diri, ia ingin membuang semua kenangan buruk itu, ingin membuang segalanya lalu memulai lagi dari awal. Sayangnya hal yang terdengar mudah itu teramat sulit untuk dilakukan. Terlalu banyak kendala yang menghadangnya, salah satunya adalah ingatan yang terus muncul tanpa mampu dirinya buang, hal lainnya adalah para pengejar yang menginginkan dirinya kembali. Ini memang sulit, tapi Katarina sudah siap menghadapi semuanya, ia sudah ambil risiko untuk melarikan diri, ia tahu apa yang akan terjadi ketika dirinya pergi dari tempat tinggalnya. Inilah yang saat ini dirinya hadapi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN