Hampir Tertabrak

1219 Kata
Katarina hanya ingin menjalani kehidupannya sebagai manusia normal, ia ingin melakukan kegiatan layaknya gadis berusia enam belas tahun pada umunnya. Bangun pagi untuk sarapan lalu berangkat sekolah, memiliki teman-teman yang asyik untuk mengobrol dan jalan-jalan, menyukai seorang pria secara diam-diam atau lebih baiknya ia memiliki pacar yang baik hati dan amat memedulikannya. Mengerjakan tugas-tugas sekolah yang berat dan memusingkan, lalu jalan-jalan malam bersama teman-teman, ditambah berkencan ketika akhir pekan tiba. Bayangan itu benar-benar mainstream dan sangat biasa, kehidupan yang Katarina idamkan sejak lama. Tapi ternyata, hal sesederhana itu tidak bisa dirinya wujudkan. Setelah kepergiannya, orang-orang dari laboratorium tidak membiarkannya lepas begitu saja, mereka malah mengejar dirinya ke mana pun pergi. Maka permainan kejar-kejaran tak bisa terhindarkan, begitu juga dengan pertumpahan darah yang mengiringi permainan ini, pertumpahan darah yang tidak bisa terelakkan lagi. Seingatnya, ia juga pernah memiliki kehidupan normal, tapi semua tiba-tiba berubah ketika tiba-tiba saja ia menjadi seorang esper. Kekuatan yang dirinya miliki adalah yang paling langka dari esper lainnya, maka dari itu, hidupnya langsung berubah seketika. Ketika berada dalam lamunannya, Katarina tidak sadar bahwa saat itu tepat di belakangnya muncul cahaya lampu dari lampu depan sebuah mobil. Ketika jaraknya masih jauh, kendaraan itu belum terlihat jelas karena masih ada sedikit kabut tersisa, tapi setelah beberapa detik kemudian di mana mobil itu sudah lebih dekat lagi, maka terlihat bahwa itu adalah sebuah mobil pribadi yang sedang melaju cukup kencang menuju tepat ke arahnya. Tak berselang lama, mobil itu membunyikan klakson tatkala si sopir melihat bahwa ada seorang perempuan muda yang dengan bodohnya berjalan di tengah jalan raya seolah sengaja melakukan itu untuk membiarkan dirinya tertabrak. Katarina masih belum juga tersadar dengan keberadaan kendaraan itu, padahal dalam jarak sedekat itu, seharusnya suara mesin mobil sudah dapat terdengar dengan baik. Ketika klakson mobil berbunyi untuk kedua kalinya dan kali ini memiliki bunyi panjang, maka barulah pada saat itu Katarina langsung sadar dari lamunannya, ia sontak memutar tubuh lalu mendapati bahwa di depannya sudah ada satu unit mobil yang berjarak cukup dekat hendak menabraknya. Sebenarnya, Katarina bisa menggunakan telekinesis-nya untuk menghentikan laju mobil itu. Tapi ia melupakan bahwa dirinya memiliki kekuatan gara-gara rasa terkejut akibat kemunculan mobil yang tidak dirinya sadari. Ia hanya terpaku di sana dalam keadaan terkejut, ia ingin berteriak tapi mulutnya malah terkunci. Bunyi klakson diiringi decitan keras rem yang ditekan mendadak beserta bunyi roda yang menggesek aspal begitu jelas. Suara itu tak kalah bisingnya dari suara hutan di sana. Ketika mobil itu sudah sekitar lima meter di hadapannya, naluri bertahan hidupnya langsung mengambil alih, secara refleks ia mengeluarkan telekinesis-nya. Ketika mobil tinggal sejengkal lagi tepat di hadapannya, benturan kekuatan dengan kendaraan terjadi, Katarina mundur satu langkah lalu jatuh ke atas aspal dalam posisi duduk, mobil benar-benar berhenti sebelum sempat menabraknya. Mobil berhasil berhenti dengan mesin yang masih menyala. Sedetik kemudian, kaca dari pintu samping di mana posisi si pengemudi terbuka, seorang pria yang berusia pertengahan empat puluh tahun tampak memperlihatkan dirinya. Pria itu memiliki kumis dan janggut lebat, rambutnya pendek agak kecokelatan. “Apa yang dilakukan orang gila di tengah hutan sepagi ini.” Pria itu langsung menggerutu kesal saat itu juga karena Katarina yang hampir saja dirinya tabrak. Sementara Katarina yang mendengar ucapan pria itu langsung tahu bahwa yang disebut sebagai orang gila adalah dirinya langsung benar-benar sadar dari keadaan. Tentu saja ia tak senang saat dianggap gila oleh orang yang bahkan tidak dirinya kenali. Pria itu benar-benar tidak sopan bahasanya, padahal ini masih pagi dan sudah seperti itu saja cara bicaranya. Katarina buru-buru berdiri lalu menepuk kedua tangannya seolah itu kotor, nyatanya tidak sedikit pun ada noda. Ia langsung bertatap muka dengan si pemilik mobil tanpa beranjak dari posisi nyaーyang sebenarnya seperti seseorang yang sengaja menghalangi jalan. “Aku bukan orang gila.” Katarina buru-buru menyangkal kata-kata seenaknya pria itu. Si pria juga segera tahu bahwa perempuan yang menghalangi jalan memang tampak waras dan penampilannya tidak terlalu buruk, tidak lusuh dan cukup rapi. “Oh, lalu kau sepertinya sangat depresi dan frustrasi sehingga memutuskan untuk bunuh diri.” Pria itu langsung berasumsi pada hal lain yang mana hal ini adalah kemungkinan yang paling tepat apabila menilai dari kondisi dan penampilan gadis muda di depannya. Sebelum Bevrlyne berbicara untuk menyangkal perkataan nya, pria itu sudah lebih dulu melanjutkan. “Biar kuberi tahu, cara itu tidak efektif, banyak cara untuk membuatmu mati lebih cepat dan lebih efektif. Dan itu tidak perlu melibatkan orang lain.” “Astaga, sepertinya dia menganggapku sedang depresi dan saat ini aku seperti sedang berusaha untuk bunuh diri. Yah, melihat bahwa aku membawa tas, sudah seperti anak yang melarikan diri dari rumah orang tuanya. Itu tidak sepenuhnya benar, meski tetap saja aku bukan orang yang tidak waras.” Katarina langsung menggerutu dalam benaknya. Ia memaklumi apabila pria itu beranggapan sedemikian rupa, sepertinya di kota banyak pemuda yang berlaku seperti itu. “Sebenarnya aku tak berniat bunuh diri.” Ia kembali menyangkal sambil menggelengkan kepalanya. “Kupikir, karena jalannya kosong, aku bisa bebas berjalan di tengah jalan.” Katarina lanjut dengan menjelaskan alasan mengapa ia berjalan di tengah jalan. “Yah, kau tetap harus berjalan di pinggir jalan, Nona, meski sepi, ini tetap jalan raya umum, bukan milik keluargamu.” Nada ejekan dan teguran menyertai kalimat yang pria itu lontarkan. Si pria kemudian mengulurkan tangan kanannya. “Lihatlah, beberapa inci saja terlambat, maka kau mati.” Pria itu terdengar seperti seorang polisi yang sedang menindak anak muda yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Katarina melirik ke arah jarak tubuhnya dan mobil, sebenarnya ia memang sudah tertabrak, untunglah mobil mengerem dan ia secara refleks mengeluarkan kemampuan telekinesis miliknya. “Aku beruntung.” Katarina membalas begitu entengnya. Ia entah tak tahu arti dari ucapan pria itu atau pura-pura tak mengerti. “Bukan itu intinya, maksudku kau harusnya tidak berada di tengah jalan. Oh sudahlah.” Pria itu tidak mau melanjutkan pembahasannya. Ia kemudian melanjutkan perkataannya. “Lagi pula, kalau kau tak berniat bunuh diri, kenapa tak segera menyingkir?” tanyanya, ia sadar tadi ketika ia sudah menyalakan klakson, gadis muda di hadapannya ini malah terus bergeming, bahkan ketika sudah berbalik badan juga, ia masih pada tempatnya, tidak sesegera mungkin menyingkir dari jalan. Katarina berpura-pura seperti kebingungan sebelum ia buka suara untuk menjawab. “Aku tidak mendengar suara mobil ini datang. Tahu-tahu sudah ada di depanku, itu terlambat bagiku untuk menyingkir.” Katarina menjelaskan mengapa ia malah diam saja seolah sengaja menyambut kedatangan mobil itu. Si pria mengerutkan kening sebagai reaksi perkataan itu. “Apa telingamu memiliki gangguan? Kupikir mesin ini berbunyi cukup keras, ditambah aku juga sudah menyalakan klakson.” Pria itu melontarkan kalimatnya begitu seenaknya. Tentu saja itu terdengar bagai sebuah penghinaan. Untungnya Katarina bisa menahan diri dan memaklumi sehingga ia tidak tersulut kemarahan. “Telingaku baik-baik saja, sepertinya ... sepertinya aku sedang melamun, maka dari itu aku tidak mendengar semuanya.” Katarina kembali menyangkal memberi alasan. “Dasar anak muda. Apa kau benar-benar sedepresi itu?” “Aku tidak benar-benar memiliki beban hidup. Hanya sedikit sebenarnya.” Gadis muda itu menjawab seolah dia ahlinya menyangkal dan membela diri. “Aku tidak peduli, anak muda memang seperti itu.” “Sepertinya dia salah membayangkan masalahku.” Katarina bergumam pada dirinya sendiri, ia tidak menyangka ada seseorang yang seperti ini di tempat lain. Katarina agak malas jadinya menanggapi dan membahas setiap perkataan pria ini, apalagi percakapan mereka tidak ada gunanya dan hanya buang-buang waktu saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN