Katarina segera membuka pintu untuk melarikan diri. Tapi ketika ia mencoba membukanya, oa sadar bahwa pintu tidak bisa didorong, padahal Katarina sudah membuka kuncinya.
“Ayolah, terbuka! Terbuka!” Sambil berseru, ia berusaha mendorong pintu itu, Tapi pintu tetap tidak bisa terbuka. Sepertinya batang pohon yang runtuh di samping menahan pintu untuk terbuka. Meski begitu, ia tetap berusaha untuk membuka pintu mobil.
“Perempuan kurang ajar, berani sekali kau melakukan ini padaku. Kau akan membayar ini.” Dalam rasa sakit yang kuat, Erick sempat melontarkan kata-kata kemarahan pada Katarina. Entah dia sudah lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya atau mungkin dikarenakan kemarahan yang memuncak, ia melontarkan kata-kata itu tanpa berpikir.
“Aku tidak berniat melukaimu, kau yang memaksaku untuk melakukannya. Salahkan dirimu sendiri.” Katarina membalas menolak dituduh sebagai penyebab ini semua terjadi.
“Kau akan menyesal.”
“Tidak akan,” balas Katarina yang menyempatkan diri untuk menendang wajah pria itu satu kali.
Katarina melihat kaca depan yang telanjur rusak. Maka ia menepiskan tangan kanannya lalu seketika saja seluruh kaca itu menyebar terempas menjauh, jalan keluar sudah terbuka untuknya. Kaca yang rusak tidak memerlukan telekinesis untuk membuat benar-benar hancur, pukulan biasa saja sudah lebih dari cukup.
Sebelum ia keluar dari sana, ia menolehkan kepala ke arah pria itu. “Terima kasih tumpangannya, aku harus pergi sekarang.”
“Kau penyihir! Akan kubunuh dirimu!” seru Erick tanpa berpikir bahwa begitu mudah bagi gadis muda itu untuk membunuh dirinya saat ini juga.
“Jangan terlalu berharap, aku tidak mudah dibunuh.” Katarina segera merangkak keluar dari mobil. Tangan Erick mencengkeram kakinya berusaha menahan agar gadis itu tidak pergi, sepertinya karena marah, ia tidak memedulikan rasa sakitnya, pria itu berusaha menarik Katarina.
“Lepaskan!” teriak Katarina yang langsung mengentakkan kakinya sampai mengenai wajah pria itu. Terkena tendangan kuat, Erick terdorong ke belakang lalu meludahkan satu lagi gigi yang tanggal. Erick langsung mengerang kesakitan, ia memegangi wajahnya menggunakan kedua tangan. Dua kali tendangan membuat keadaannya parah.
Karena sudah tidak ada yang menariknya, Katarina buru-buru merangkak lalu melompat turun dari atas mobil. Ia kemudian berdiri menepuk kedua tangan sambil berbalik badan untuk menyaksikan kondisi Erick, ia tidak berdiam diri karena kedua kakinya berjalan mundur untuk menjauh dari mobil.
“Oh, astaga, wajahnya semakin menyeramkan dengan darah seperti itu.” Katarina melihat bahwa pria itu tampak berusaha keluar dari dalam sana. Dalam keadaan ini, ia memang masih bisa membunuh pria jahat itu, ada banyak waktu dan kesempatan untuknya melakukan semua itu, tapi ia memilih untuk tidak mengakhiri nyawa pria ini meski kemungkinan nantinya akan timbul masalah.
“Ya ampun, bukan saatnya aku berdiam diri seperti ini, aku harus segera pergi.”
Katarina segera berbalik badan lalu berlari kecil menuju jalan utama yang tampak masih kosong. Tapi entah kebetulan atau apa, dari kejauhan sana ia melihat ada lampu mobil menyala. Arah mobil itu sangat kebetulan juga sedang mengarah ke Kota Coldwater.
Sesaat Katarina menoleh ke arah di mana Erick yang masih terjebak, ia kemudian mengalihkan tatapannya lagi pada jalan di mana mobil itu sudah semakin dekat.
“Aku selamat, aku selamat!” Ia berteriak dalam benaknya, merasa sangat senang saat mendapati adanya kendaraan lain yang menuju tepat ke arahnya.
Katarina segera berada di tengah jalan untuk menghalangi mobil yang kemungkinannya akan melewati dirinya begitu saja seperti sebelumnya, ia tepat berdiri di tengah jalur untuk menghentikan mobil itu. Kedua tangannya melambai-lambai sambil berteriak meminta berhenti.
“Hei! Berhenti! Tolong hentikan mobilnya!” seru Katarina keras sambil terus melambai-lambaikan kedua tangannya untuk mendapatkan perhatian dari pengendara mobil itu. Ia terus melakukan itu sampai mobil yang awalnya masih jauh semakin mendekat saja. Dikarenakan kabut di sekitar sana sudah tipis bahkan hampir menghilang, keberadaan Katarina yang tidak mau diam terlihat jelas oleh si pengemudi, hasilnya adalah pengemudi mobil itu menurunkan kecepatan lalu berhenti sekitar dua meter di hadapan gadis itu.
“Akhirnya berhenti juga,” gumam Katarina. “Hei, tolong aku, kumohon!” seru Katarina pada pengendara yang belum dirinya lihat. Ia tidak belajar dari pengalaman untuk memilah mencari tumpangan yang cocok dan sesuai.
Saat itu, kaca dari pintu samping kemudi segera terbuka lalu muncul setengah tubuh seorang pria muda yang dari wajahnya pasti seusia dengan Katarina, mungkin sedikit lebih tua darinya.
“Apa ada yang bisa kami bantu? Kenapa kau berdiri di tengah jalan?” seru seorang pria yang mengemudi, ia terlihat tidak senang saat berbicara, tampangnya juga tampak waspada seolah ia takut bahwa Katarina kemungkinan merupakan bagian dari komplotan penjahat yang sengaja menghalangi jalan untuk melakukan perampokan.
“Oh astaga, lihat di sana. Ada yang kecelakaan.” Seseorang lain berseru, yang ini adalah perempuan di mana ia menunjuk ke arah di mana Erick berada. Katarina yang melihat perempuan itu segera berlari menghampirinya.
“Hei, tolong aku.” Ia meminta pada si wanita yang juga tampak seusia dengannya.
“Apa dia keluargamu? Kalian mengalami kecelakaan?” tanya perempuan itu yang hendak keluar, si perempuan mengira bahwa Katarina meminta bantuan karena mobil itu kecelakaan, ia juga mengira bahwa Katarina memiliki hubungan dengan pria itu. Katarina langsung menggelengkan kepalanya. “Dia terluka parah, kita memerlukan bantuan ambulans secepatnya sebelum dia mati.” Perempuan itu lanjut berbicara, ia tampak khawatir terhadap keadaan Erick yang memang memprihatinkan.
“Tidak, dengarkan aku, dia adalah penjahat yang tak sengaja ku tumpangi. Dia mau merampokku.” Katarina menunjuk Erick tanpa menoleh, ia masih bertatap muka dengan perempuan itu.
“Merampokmu?” ulang si wanita muda, ia kemudian memandang Erick seperti ingin memastikan apakah apa yang Katarina katakan memang benar atau hanyalah kebohongan.
Katarina langsung mengangguk menanggapi. “Pokoknya tolong bawa aku dulu menjauh dari sini. Dia mau membunuhku.”
“Bukannya dia cukup mencurigakan, sebaiknya kita tinggalkan saja.” Pria yang mengemudi itu segera berseru mengutarakan ketidakpercayaan pada Katarina. Wajar saja apabila ia tidak percaya, tindakan kejahatan dari orang yang pura-pura menumpang bukan sesuatu yang satu atau dua kali terjadi, hal seperti itu sudah sering dialami oleh pengendara baik yang mengalami kesialan karena perbuatannya dibalas dengan kejahatan.
“Tidak! Kumohon jangan, aku tidak bisa berlari lebih jauh lagi.” Katarina langsung memohon, ia merasa bahwa ini adalah mobil terakhir yang melintas di daerah sini, apabila tidak bisa menumpang, maka sepertinya tidak akan ada kendaraan lain yang bisa dirinya tumpangi. “Hanya kalian satu-satunya yang bisa menyelamatkan hidupku.” Katarina berusaha memohon pada mereka.
“Nona, bukannya kami jahat atau tega padamu, tapi menurutku kau juga mencurigakan.” Pria itu kembali berbicara. “Aku tidak bisa begitu saja ....”
“Ayo masuk.” Si perempuan muda malah seenaknya memberi izin pada Katarina untuk masuk ke dalam mobil, ia benar-benar mengabaikan perkataan pria itu.