Kaisar Zhang sedang duduk di singgasananya sambil mendengarkan ocehan para Perdana menteri.
"Kaisar, di daerah barat ada sebuah kekaisaran baru. Saya sarankan agar anda menaklukkan kekaisaran tersebut dan membuat mereka menjadi sekutu kita. " Perdana menteri Yu menatap kaisar.
"Benar yang mulia, sekutu kita akan bertambah jika anda menaklukkan kekaisaran tersebut. " perdana mentri lainnya menyetujui usulan perdana mentri Yu.
"Sudah berapa lama kekaisaran tersebut berdiri? " kaisar Zhang bertanya.
"Kurang lebih dua tahun yang mulia. " Perdana menteri lainnya menjawab.
"Baiklah, panggilkan jenderal Yong! Aku akan mendiskusikan lebih dulu dengannya dan membuat rencana." Kaisar Zhang tentu saja menyetujui usulan tersebut. Jika ia bisa menaklukan kekaisaran tersebut maka wilayah kekuasaannya akan bertambah.
"Yang mulia, apakah putra mahkota akan ikut berperang? " Perdana menteri Yu bertanya. Matanya memancarkan harapan.
"Bisa saja, tapi aku akan memikirkan kembali. Permaisuri tidak akan mengijinkan chang untuk ikut. Aku akan mendiskusikannya. "
"Tapi yang mulia, pangeran Chang adalah putra mahkota. Bukankah sudah sebaiknya ia belajar tentang tugas negara? Ia nantinya akan menggantikan anda memimpin kekaisaran. Lagi pula putra mahkota sudah sangat mahir menggunakan berbagai macam senjata. " perdana menteri Yu mendesak kaisar.
"Itu memang benar. Chang sudah seharusnya belajar urusan tentang negara. Tapi aku harus tetap mendiskusikannya bersama permaisuri. "
"Ta-" ucapan perdana mentri Yu terpotong.
"Rapat sudah selesai, Kalian semua bubar! " kaisar berdiri dari singgasananya dan berjalan pergi.
Muka perdana mentri Yu berubah semerah tomat. Ia sangat kesal dengan jawaban kaisar barusan. Sebiknya ia memberi tahu putrinya.
*****
Saat ini emua anggota kerajaan sedang berkumpul makan siang bersama. "Kaisar, saya dengar anda akan menaklukan kekaisaran yang baru berdiri. " Fengying membuka suara.
"Itu benar. " kaisar hanya menjawab sekilas lalu kembali memakan makanannya.
Fengying tiba-tiba menjadi kesal, ia tidak suka di abaikan oleh kaisar. "Lalu apakah putra mahkota akan ikut berperang yang mulia? "
Sumpit milik Jianheeng berhenti di tengah jalan, ia memandang Fengying dengan tatapan membunuh tapi tidak mengatakan apapun.
"Ayahanda apakah itu benar? " Chang menaruh sumpitnya dan menatap ayahnya. Ia yakin ibunya akan menentang dengan keras.
"Itu benar, Chang apa kau tidak keberatan? " kaisar Zhang pun berhenti makan. Pembicaraan mereka mulai serius.
"Jika kakak ikut aku akan ikut Ayahanda. Ibunda apakah Genji boleh ikut?" Genji ikut-ikutan.
"Tentu sayang kau boleh ikut. " Fengying menjawab dengan tenang.
Jianheeng semakin melebarkan matanya. Semua orang yang ada di meja ini gila! Bagai mana mungkin mereka melibatkan anak-anak dalam perang?
"Tenanglah, kita bisa memikirkan cara agar mereka tidak ikut. " ibu suri mengelus punggung Jianheeng.
"Chang bagai mana pendapatmu?" kaisar kembali bertanya.
Chang melirik ibunya, ibunya akan marah jika ia pergi. Walaupun selama ini ibunya tidak pernah memerahinya, mungkin hanya beberapa kali.
"Ibunda. " Chang mencicit.
"Tidak, kalian berdua tidak boleh ikut! Ibunda tidak mengizinkannya." Jianheeng menolak dengan tegas.
"Permaisuri, anda tidak berhak melarang putraku untuk ikut berperang, karena aku ibunya." Jianheeng benar-benar tidak suka dengan selir gila ini! Ibu macam apa dia membuatkan anaknya dalam bahaya?
"Saya memang bukan ibunya Genji, tapi aku menganggap Genji putraku sendiri. saya menyayanginya sama seperti aku menyeyangi Chang. Aku tidak setuju jika mereka ikut berperang, aku tidak akan membiarkan putra-putraku dalam bahaya! " Semua orang di sana tertegun dengan ucapan Jianheeng. Kaisar Zhang menatap Jianheeng intens.
"Permaisuri, Chang adalah putra mahkota, sudah seharusnya ia belajar menjadi kaisar yang baik. Ia akan menggantikan posisi kaisar suatu saat nanti. "Sebenarnya Jianheeng tidak terlalu menyukai politik. Tapi apa boleh buat ia harus turun tangan.
"Itu benar, Chang memiliki tanggung jawab yang harus di pikulnya suatu saat nanti." Jianheeng menjeda kalimatnya sebentar.
"Tapi jika kaisar dan jendral Yong pergi berperang maka siapa yang akan menjaga istana ini? Mungkin saja para pemberontak mengambil kesempatan ini untuk menyerang istana. Para perempuan di sini tidak bisa menggunakan senjata bukan? Di istana ini memiliki prajurit yang sangat banyak, tapi mereka juga memerlukan pemimpin jika terjadi sesuatu. Tapi jika ada Chang dan Genji mereka bisa memimpin para prajurit saat terjadi pemberontakan." Jianheeng tersenyum manis kepada Fengying itu adalah senyum kemenangan.
"Tidak mungkin jika aku dan ibu suri yang turun tangan untuk menyelesaikan para pemberontak. Maka dari itu Chang dan Genji sebaiknya ada di istana jika terjadi penyerang. Istana ini bisa di ibaratkan benteng, Jika benteng di taklukan musuh maka kita tidak bisa apa-apa bukan? Bukan begitu kaisar? " Jianheeng tersenyum senang, hobi di masa depannya membawa keberuntungan.
Jika libur bekerja Jianheeng akan menonton drama korea tentang kerajaan. Ia masih ingat ada adengan permaisuri yang membantah ucapan kaisar karena anak-anaknya akan di kirim ke medan perang. Situasi di film itu sama dengan situasinya.
"Itu benar Zhang, siapa yang nanti akan menjaga istana jika terjadi sesuatu? " Ibu Suri ikut mendukung Jianheeng. Chang menatap ibunya takjub, ibunya tadi sungguh sangat hebat dan luar biasa.
Kaisar tidak memikirkan sejauh itu, bagai mana mungkin ia menjadi bodoh seperti ini? "Ya, yang di katakan permaisuri ada benarnya. Chang dan Genji akan tetap di sini. Selama aku pergi aku menunjuk ibu dan permaisuri untuk mengurus tugas istana. "
Senyum Jianheeng semakin lebar mendengar jawaban kaisar. Fengying hanya mengumpat dan menyumpah-serapah dalam hati. Rencananya gagal lagi. Wajah Fengying di tekuk sangat dalam membuatnya terlihat jelek.