salah lagu

1019 Kata
Bel tanda istirahat akhirnya berdering yang membuat Sara mendesah lega. Kepalanya benar-benar pusing disuguhi materi fisika pada pagi hari. "Sar, gue mau ke perpus dulu. Lo mau ikut apa langsung ke kantin?" Sara baru ingin menjawab langsung ke kantin. Tapi ketika mengingat janjinya pada Shaka, Sara langsung tersenyum lebar. "Gue ikut ke perpus deh," jawabnya. Sara ingin kabur dari seniornya itu. Gila saja, dia baru putus kemarin malah disuruh bernyanyi lagu romantis untuk nembak cewek. Aurel menatap Sara heran. Tumben sekali anak ini mau menemaninya ke kantin. Walaupun begitu, Aurel menarik lengan Sara keluar dari kelas. "Lo mau ngapain di perpus?" "Ngembaliin buku. Kemarin gue minjem buku kimia." Sara mengangguk, "Emang kenapa buku paket kita?" tanya Sara. Aurel mendengus, "Kemarin buku paket gue ilang. Taunya kebawa orang gitu deh." jawab Aurel sinis. Sara menyengir tanpa dosa saat menyadari bahwa orang itu adalah dirinya. "Ya ma–" "Sara Pramana! Diem nggak lo disitu atau gue gendong ke kantin!" Sial. Rutuk Sara. Sara membalikkan badannya lalu tersenyum manis. Sangat manis sampai membuat Aurel mual. Aurel menatap senior yang menghampiri mereka. Matanya berbinar cerah saat melihat Raga. "Mau kabur kemana lo?" Sara meringis, "Enggak kok! Orang gue mau nganterin temen bangku gue ke perpus. Dia nggak bisa sendirian. Iya 'kan, Rel?" Sara mencubit lengan Aurel yang membuat gadis itu tersadar. Aurel mengerjap sambil meringis, "Aduh, apa apa?" Shaka menaikkan alisnya satu. Bibirnya menyeringai, "Ikut gue ke kantin." kata Shaka langsung menarik lengan Sara. Shaka menatap Raga, "Lo temenin temennya dulu, Ga." "Kok gue?!" Arsen menepuk bahu Raga prihatin kemudian menyusul Shaka dan Sara yang sudah melangkah jauh. Aurel menyengir, "Maaf ya, Kak." "Nggak papa," geleng Raga. "Yuk buruan." Aurel bersumpah dia ingin pingsan saat ini juga. Senior yang dia suka sejak pertama masuk sekolah menemaninya ke perpus! Astaga! Dia harus melampiaskan di akun twitternya. Seluruh warga menfess harus tahu ini! Berbeda dengan Aurel yang senang setengah mati, Sara malah cemberut sambil memegang gitar. Tatapannya benar-benar menusuk. "Gue bakalan masuk ke kantin sambil bawa bunga pas lo lagi nyanyi. Inget, panggil namanya yang bener." "Iya-iya, Lunar Prasasti." Shaka menyentil dahi Sara, "Lunar Parasati, b**o!" "Wah! Parah! Calon pacar sendiri lo begoin!" seru Sara heboh dengan wajah dramatis. Shaka hanya menarik nafas dalam mendengar Sara. Sara menyengir. "Tenang aja. Dah sana. Gue mau mulai." usir Sara. Ketika Shaka sudah pergi, Sara duduk di atas meja. Arsen menemani Sara di kantin. Sara berdehem, "Oke, ayo kerja. Demi kebab, gue rela jadi pengamen." gumamnya. Arsen tersenyum kecil mendengar gumaman gadis yang duduk di sebelahnya ini. Sara memetik senar gitar, "Yo! Cek cek 1 2 3. Permisi kawan-kawan, gue mau ngamen bentar ya. Lo semua pasti udah kenal siapa gue 'kan? Jelas, gue terkenal ngalahin Kayin." "Ngapain sih tuh bocah." "Bara, adek lo tuh." "Kak Ren ada dosa apa ya sampe punya adek kayak Sara?" Sara mendengus kesal karena celotehan orang-orang di sekitarnya. Sara melirik Shaka yang sudah siap. Mengangguk pelan, Sara mulai melancarkan aksinya. "Kak Lunar? Mana nih Kak Lunar Parasati?" bibir Sara tersenyum lebar saat dua teman Lunar menunjuk gadis itu yang menatapnya bingung. "Hari ini, gue mau nyanyi buat Kak Lunar. Spesial karena ada seseorang yang mau nyatain perasaannya. Tapi kalo kalian mau nyumbang goceng, gue ikhlas kok. Duitnya kasih Kak Arsen aja." Orang-orang bersorak riuh. Sara berdehem lalu kembali memetik senar gitarnya. Semua orang mendengarkan Sara. "Perjalanan membawamu bertemu denganku, ku bertemu kamu.. Sepertimu yang ku cari, Konon aku juga Seperti yang kau cari.." Dahi Shaka mengernyit bingung. Gue kayak pernah denger lagu ini. Ini lagu cinta ya? Suara merdu milik Sara membuat banyak orang terkejut. Mereka tidak sangka kalau Sara memiliki suara yang bagus. Bahkan Arsen menikmati suara gadis itu. "Kukira kita asam dan garam, Dan kita bertemu di belanga Kisah yang ternyata tak seindah itu... Kukira kita akan bersama Begitu banyak yang sama Latarmu dan latarku, Kukira takkan ada kendala Kukira ini 'kan mudah Kau-aku jadi kita..." Arsen hampir tersedak. Dia langsung membisikkan sesuatu di telinga Sara yang membuat gadis itu berhenti bermain gitar. Kepalanya menoleh ke arah Shaka yang sudah melotot bak benteng mengamuk. Sara cengengesan. "Kak Lunar, maaf. Gue salah lagu. Maklum, kemaren abis diputusin. Lagu selanjutnya beneran buat Kakak dari Kak Shaka." kata Sara yang mengundang tawa. Sara kembali memetik gitarnya dan menyanyikan lagu first love yang mampu membuat kantin hening karena menikmati suara merdu Sara. Shaka masuk ke dalam kantin dengan membawa buket bunga di tangannya. Shaka berdiri di depan Lunar yang terkejut melihat kedatangan Shaka. Tepat setelah Sara berhenti bernyanyi, Shaka tersenyum lembut. Tangannya menggenggam tangan Lunar, "Be my baby, Luna." Lunar tak bisa menahan rasa bahagianya. Dia menganggukkan kepalanya cepat lalu menerima buket bunga dari Shaka. Semua orang bersorak riuh. "Asik! PJ woy PJ!" "Cihuuuuyyyy!!!" Sara tertegun. Hatinya menghangat. Namun, disaat yang bersamaan dia merasakan sesak karena teringat kemarin dia diputuskan. "Weh anjir, udah jadi aja." kata Raga yang baru datang. Dia duduk di sebelah Sara, "Woy! Keep halal brother!" teriak Raga saat Shaka memeluk Lunar. Shaka mendengus pelan lalu menguraikan pelukannya. Lunar terkekeh geli. Shaka mengamit tangan Lunar lembut lalu membawanya ke meja dimana teman-temannya berada. "Sara Pramana." Lunar mengangguk lalu membalas uluran tangan Sara, "Lunar Parasati." Sara menyandarkan kepalanya di bahu Arsen. Bibirnya mengerucut lucu, "Aduh kasihan ya kita bertiga," "Kenapa tuh, Sar?" "Ada yang jadian tapi nggak nraktir. Sakit nggak sih? Dah mana suara serek karena nyanyi." sindir Sara. Raga mengangguk setuju, "Bener. Padahal enak banget nih bakso pedes." timpal Raga. Sara menyikut Arsen. Arsen mengangkat kedua alisnya bingung. Sara menepuk dahinya pelan, "Nggak bisa diharepin." gumam Sara pasrah dengan kulkas tiga pintu di sebelahnya. Shaka yang mengerti sindiran mereka pun akhirnya mengalah. Cowok itu memesankan tiga mangkok bakso dengan es teh sebagai pelengkap. Setelah membayar, cowok itu lebih memilih meninggalkan kantin bersama pacar barunya. Mata Sara berbinar begitu semangkok bakso datang. Gadis itu langsung melahap bakso gratis miliknya tanpa peduli dengan keadaan sekitar. "Sar, lo kok bisa punya kakak kayak Ren?" tanya Raga bingung sambil mengaduk kuah baksonya. Sara menatap Raga bingung, "Emang kenapa?" "Dia kalem banget. Beda sama lo, bar-bar kelewatan." Sara menendang tulang kering Raga dari bawah meja kantin. Raga meringis kesakitan sambil mengumpat. Arsen hanya menggelengkan kepalanya.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN