Takeshi sialan! Ia sengaja memisahkan kami! Kenapa harus sejauh itu? "Tidak! Kau tidak boleh pergi!" Kutangkup wajahnya penuh kekhawatiran. Arzhou menatapku bimbang. Tapi bukannya menyahut, ia kembali menciumku. Lebih dalam hingga lidahnya menyapu kencang rongga mulutku. Ada rasa tuna dalam gigitan bibirnya. Sisa pizza terakhir yang kami nikmati malam itu. Air mataku bercucuran, menetesi bahu Arzhou yang kepeluk hingga ke sudut sofa. Sekalipun aku memohon, ia pasti tidak akan mau merubah keputusannya. Tekadnya untuk menjadi bagian dari keluarga laknat seorang Yakuza sudah terbaca. "Mu--chan,apa aku sudah bilang?" "Tentang apa?"tanyaku membiarkan tangannya menyusup bebas ke dalam blouseku yang mulai terbuka. "Aku mencintaimu, berikan aku kesempatan untuk membuktikannya. Biarkan aku pe

