Bab 1

824 Kata
Pengantin baru itu beberapa hari tinggal untuk menyelesaikan bisnis yang dijalankan oleh Trevor sekaligus memberikan Arini untuk berkemas. Hari senin, Arini pamit pada kedua orang tuanya untuk mengikuti sang suami ke kota besar. "Baik-baik di sana ya, Ayah dan Ibu akan sering menghubungimu. Turuti perkataan suamimu." Arini mengangguk menuruti perintah sang Ibu sedang Ayah Arini bercakap-cakap dengan Trevor. "Tuan Trevor tolong jaga anak saya baik-baik ya." Trevor melempar senyuman tipis. "Jangan khawatir, putri anda ada di tangan yang tepat." Sesudahnya, Trevor dan Arini masuk ke dalam mobil mewah milik Trevor meninggalkan desa. "Mm, Mas Trevor.." Trevor hanya melirik sekilas pada Arini lalu berkonsentrasi lagi pada jalan kecil desa. "Di sana Mas Trevor tinggal sendiri atau bersama keluarga?" tanya Arini dengan gugup. "Kenapa? Kau takut?" "Aku hanya khawatir kalau mereka tidak menerimaku dengan baik. Apa Mas sudah memberitahu kalau Mas menikah di sini?" Trevor tak menjawab hanya mengumbar senyum tipis yang membuat Arini penasaran. Apa makna dibalik senyuman itu? ???? Kediaman Pradipta Seorang wanita berumur 36 tahun tersenyum lebar. Dia mendapat kabar bahwa sang suami akan pulang dan juga telah menyelesaikan bisnis yang berarti si suami akan mempunyai waktu luang. "Ibu, aku dengar Ayah Trevor akan pulang?" tanya seorang gadis belia pada wanita itu. "Iya Ayahmu akan datang. Sebaiknya kita harus menyiapkan makanan kesukaannya." "Bagus, aku akan berdandan untuk Ayah Trevor." Perkenalkan, wanita yang berumur 36 tahun tersebut adalah Iva, istri pertama dari Trevor. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat Trevor dan melakukan segala cara agar bersama pria tampan nan kaya termasuk menipu dengan mengatakan bahwa dia belum menikah dan tak punya anak. Nyatanya, setelah dia bersusah payah mendapatkan Trevor, hal yang disembunyikan teruak mana kala kedua anaknya yang remaja datang dan mengatakan bahwa Iva adalah ibu mereka. Namun, Trevor tak pernah melayangkan surat perceraian biar pun dia marah besar kala itu. Lambat laun Trevor pun menerima kedua anak Iva untuk tinggal bersama mereka di paviliun milik Trevor sendiri. Iva begitu bahagia dan berpikir mungkin hati Trevor melunak. Sikap dingin yang ditunjukkan oleh Trevor sudah menjadi kebiasaan bagi Iva selama dia mengenal suaminya itu. Toh sekarang Trevor telah menjadi miliknya dan tak ada seorang pun yang bisa menggugat hal tersebut. Gadis belia yang bertanya pada Iva sudah pasti adalah anak sambung Trevor bernama Prima. Gadis yang masih duduk di bangku SMA ini sebenarnya menyimpan rasa cinta pada sang Ayah Tiri. Jelas dikarenakan wajah dan sifatnya yang dingin membuat Prima mencintai Trevor. Ada kalanya dia cemburu melihat sang Ibu dengan leluasa mendekati Trevor namun akhirnya tertawa puas dalam hati dikarenakan sang pujaan hati tak menggubris Ibunya. Bagi Prima, Iva tak layak bersanding dengan Trevor yang masih kelihatan bugar dan tampan itu. Dia perlu seorang gadis muda yang cantik dan bisa mengimbangi Trevor. Dia lalu meraih telepon dan menelepon seseorang. "Halo, kakak." sapa Prima pada lawan bicara di balik telepon. "Halo, Prima. Ada apa kau menelepon kakak? Dosen kakak lagi masuk ini?!" gerutu suara seorang pria. "Kakak, kapan kakak pulang dari kuliah kakak?" tanya Prima pada si pria yang terus menggerutu di balik telepon. "Memangnya ada apa?" balas si pria ketus. "Ayah Trevor akan datang. Ibu mengatakan kita akan makan siang bersama, kakak datang ya." pinta Prima dengan nada manis yang dibuat-buat. Terdengar embusan napas panjang sebelum pria itu mengiyakan. "Tapi aku heran kenapa kamu tahu, tunggu dulu apa kau tidak hadir ke sekolah hanya melihat pria angkuh itu datang?" Prima terkekeh. "Kakak aku tutup teleponnya jangan lupa datang dah!" "Prima jangan tutup tele.." Prima tetap memutuskan panggilan dan bernapas lega. Meski nanti akan dihadiahi oleh sang kakak dengan kata-kata mutiara nanti ketika pulang setidaknya dia tak akan mendengar omongan bijak dari sang kakak untuk waktu yang cukup lama. Prima lalu mengganti pakaian dengan tank top dan celana pendek. Dia sengaja memperlihatkan belahan dadanya agar Trevor tergoda. Setelah menunggu agak lama, suara mesin mobil milik Trevor di dengarkan oleh Iva dan Prima yang lantas tergopoh-gopoh keluar. Trevor keluar beserta Arini dari dalam mobil. Sementara Trevor meminta pelayan untuk membawakan koper miliknya dan Arini ke paviliun timur, Arini hanya diam melihat megahnya paviliun utama. Arini baru sadar ketika melihat salah seorang pelayan membawa kopernya ke arah yang berbeda. "Mas Trevor.." Trevor menoleh pada Arini yang mendekat. "Mereka mau bawa ke mana koperku? Bukankah rumahmu ada di sini?" tanya Arini meminta jawaban karena rasa penasarannya. "Ke paviliun Timur di mana kita berdua akan tinggal di sana." jawab Trevor tenang. "Lalu kenapa tidak di sini?" "Karena itu milik.." "Trevor sayang, akhirnya kau datang." kata Iva mengumbar senyum manis pada Trevor begitu juga dengan Prima namun senyuman itu menghilang seiring melihat seorang gadis muda yang berada dekat dengan pria yang mereka cintai. Iva mendekati Trevor dengan pandangan aneh pada Arini. "Sayang siapa dia?" Trevor mengalihkan pandangan dari Iva ke Arini dan senyum tipis menghiasi wajah Trevor yang tampan itu. "Arini, perkenalkan istriku Iva dan anak gadisnya Prima. Iva, perkenalkan istri baruku...." Arini agak terkejut kala Trevor merangkul pinggangnya untuk membuatnya lebih mendekat. "Arini Mahanipuna."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN