Ada perasaan bodoh memukul kepalaku. Aku ingin tahu Meta sekarang bagimana, dengan siapa dan sedang apa, tapi bukan sifat laki-laki sempurna sepertiku untuk melanggar janji. Sangat tidak nyaman perasaanku, meski sudah makan perutku rasanya mual teraduk-aduk, sampai tak betah duduk. Ponselku tiba-tiba berdering. Sekali ini aku berharap Meta, tapi nama Farhan yang malah muncul. Kutarik napas dalam, lalu mengembuskan secara perlahan. Aku harus bersikap biasa, baik-baik saja supaya bisa menipu Farhan. Aku tersenyum, "Jadi, Neli pasti sudah memberitahumu tentang bulan madu kami." "Kamu dimana?" tanyanya dingin. "Hei, bulan madu. Paham maksudnya? Tidak menerima gangguan." "Lembang, Bandung. Dimana kalian menginap?" ulang Farhan terdengar tak sabar. Aku berdeham, sedikit mulai serius. Banya

