Harus Berjuang

2201 Kata

Langit Bogor masih menggantungkan embun di dedaunan ketika Adam kembali ke rumah tersembunyi itu. Udara pagi masih segar, dingin, dan lembab. Langkah kakinya pelan tapi pasti, menyusuri jalan setapak yang semalam sudah ia hapal di luar kepala. Di tangannya, ada dua bungkus nasi uduk hangat dan dua gelas kopi hitam dari warung kecil dekat penginapan tempatnya menumpang mandi. Ia masih kesal mengingat kejadian tadi pagi. Sang pemilik penginapan, lelaki tua dengan senyum licik dan mata mengintai, nyaris berteriak saat melihatnya hendak naik ke kamar. “Mau sewa kamar buat sendiri atau berdua, Bang?” “Sendiri.” “Sendiri ya? Heh, jangan bawa cewek ke atas diam-diam ya. Di sini tempat bersih!” “APA?” Adam hampir meledak di tempat, kalau saja tidak buru-buru ditenangkan oleh petugas penginap

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN