Bab 2

Aku lelah,
Sungguh! Aku tak berbohong,
Aku ingin menyerah,
Dan mengakhiri segalanya.
~~~
Dua,
Kapan dia kembali?
"Panas?"
Lagi-lagi, Jingga hampir melompat lantaran kaget. Gadis itu melihat dari ekor matanya. Tepat disampingnya berdiri seorang cowok yang baru saja Jingga kenal.
Dia Alvaro, cowok yang memiliki tinggi badan 6 cm lebih tinggi dari Jingga itu berdiri disamping gadis berkuncir kuda itu sebari memasukkan kedua tangannya kedalam kedua saku celananya.
"Kamu murid bandel ya?" Ucap Jingga tanpa mau menatap Alvaro.
"Kata siapa?"
"Jingga, tadi kan Jingga baru bilang"
"Atas dasar apa gue bandel?"
"Penampilan kamu"
"Penampilan gue kenapa? Keren? Tau kok"
"Penampilan kamu berantakan. Perasaan tadi pagi seragam kamu dikancing semua, sekarang satupun gak dikancing. Terus dasi kamu juga gak di pake"
Alvaro memandang langit seperti apa yang Jingga lakukan sekarang "Lo orang pertama yang gak natap gue waktu ngobrol sama gue"
"Ck, bukannya Jingga cuekin kamu. Tapi kan Jingga emang lagi dihukum hormat ke Bendera, makannya Jingga gak natap kamu"
Ya. Sekarang, Jingga tengah dihukum lantaran terlambat tadi pagi. Bahkan, Jingga sedikit dibuat malu oleh guru BK nya yang terlihat sangat killer, ia dihukum hormat bendera selama upacara berlangsung hingga upacara bubar.
"Lo kelas apa?"
"Belum tau. Oh iya, kamu bolos ya?"
"Bisa jadi"
"Kok bolos sih? Padahal kan gak ada hal yang penting. Jang-"
"Gue pengen liat elo, itu penting buat gue"
"Maksudnya?"
"Lo ga-"
"Alvaro! Lagi ngapain kamu?! Bolos lagi?! Huh?" Suara cempreng milik seorang guru berbadan gembul dengan tangan membawa sebuah kayu berukuran kecil panjang berjalan menghampiri seorang cowok yang malah tersenyum manis kearah guru itu.
"Gue cabut dulu ya, nanti kita bakal ketemu lagi. Oke?" Ucapnya lalu mengacak pucuk rambut gadis yang masih hormat kearah Bendera.
"Bu Luthfi, ngomelnya nanti aja ya! Saya sibuk" ucap Alvaro lalu langsung berlari kencang menghindari serangan buk Luthfi.
"Alvarooooo,,, awas kamu ya! Kalo saya tangkap. Saya bikin perkedel kamu!" Sebal buk Luthfi, guru berbeda gembul itu memegangi dadanya yang naik turun sebari mengatur nafasnya yang terlihat sangat ngos-ngosan.
"Buk, Jingga udah pegel nih. Lagian, ini kan hari pertama Jingga sekolah. Masa dihukum lama sih" rayu Jingga.
"Y-ya sudah, sana kekelas! Lagian saya juga mau istirahat. Capek ngejar anak bandel itu"
Jingga tersenyum penuh kemenangan, lalu langsung berlari kepinggir lapangan dan mengambil tas berbentuk pandangan yang ia letakkan di pinggir lapangan.
****
Gadis itu berjalan santai menyusuri koridor mengikuti langkah seorang guru yang katanya biasa disapa bu Dewi itu.
Bu Dewi, sangat ramah bahkan sangat baik. Beliau memiliki jiwa ke ibuan, jadi Jingga cukup nyaman dengan Bu Dewi. Bahkan Bu Dewi menawarkan dirinya untuk mengantar Jingga ke kelas.
"Semoga kamu betah ya sekolah disini" ucap Bu Dewi.
Jingga menyamakan langkahnya dengan buk Dewi "Iya buk, aamiin" ucap Jingga tentu saja dengan senyuman nya.
"Saya dengar kamu sempat koma dirumah sakit? Atau hanya sekedar gosip para guru?"
"Gosip para guru?"
"Iya, kepindahan kamu bahkan buat para guru heran, banyak diantara mereka yang membicarakan kamu di grup w******p"
"Wahhhh,,, beneran? Kok bisa?"
"Ya,, saya juga gak tau pastinya. Tapi, saya baca. Mereka bilang kamu pernah tampil di tv"
"Tv apa? Kok saya gak tau?"
"Waktu itu kamu lagi terbaring di rumah sakit, topik saat itu sih soal tabrak lari lalu berujung pembunuhan juga. Nanti kalo ada waktu kita gosip bareng, mau?"
"Saya belum begitu ingat kejadian itu buk. Kata dokter sih, saya amnesia sementara. Tapi saya juga gak tau kepan pulihnya"
"Oh gitu, ya sudah nanti kita omongin lagi kalo ada waktu. Ini kelas kamu, kalau ada apa-apa segera hubungi ibu saja ya" ucap buk Dewi.
Jingga mengangguk "Iya buk, terimakasih sebelumnya sudah mau mengantar saya"
"Baiklah, samapi nanti"
Seperti biasa, Jingga tersenyum meskipun buk Dewi hanya tampak punggung saja. Setelah buk Dewi tak tampak lagi di koridor, Jingga mengetuk pintu berwarna crem didepannya.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikummusalam" ucapan satu kelas kompak.
Jingga membungkukkan badannya sekilas "Maaf pak, saya terlambat. Tadi saya dihukum makannya saya terlambat" ucap Jingga kepada guru berkaca mata yang tengah duduk di kursi nya.
"Duduk" ucapnya dingin.
Gadis yang memakai sepatu tali berwarna biru itu mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk yang kosong. Lalu berjalan kearah sebuah kursi yang sepertinya kosong di pojok belakang kanan Kelas.
Banyak siswi yang berbisik-bisik saat Jingga melewati mereka hingga gadis itu risih sendiri "DIAM!" Bentak guru yang tadi duduk di kursinya.
Namanya pak Heri, salah satu guru killer di SMK Tunas Bangsa. Ia mengajar bahasa Indonesia dan merupakan kesiswaan. Makannya dia terlihat sangat rapih dan tegas.
Jingga duduk di kursinya "Ini tasnya siapa?" Tanya Jingga pada dirinya sendiri saat melihat ada sebuah tas berwarna coklat di laci mejanya.
"Jingga!"
"Eh, iya" ucap Jingga sedikit tersentak lalu langsung bangkit tanpa disuruh.
"Coba sebutkan tiga jenis majas" ucap pak Heri tanpa mau tau jika Jingga baru saja tiba dikelas.
"Huh?" Seru Jingga tanpa aba-aba dan rencana.
"Kenapa? Gak bisa?" Ucap Pak Heri dengan anda sengitnya.
"Bisa kok, personifikasi, hiperbola, sama majas metafora pak"
"Bagus, kamu pingin tau kenapa temen-temen kamu diem kayak batu?"
Ya, memang kelas yang Jingga tinggali saat ini cukup berbeda dari kelas-kelas yang lain. Dikala IPA 2 yang sekarang Jingga tinggali, tampak tenang dan sangat sunyi. Bahkan suara detik jam saja terdengar jelas.
"Enggak pak"
"Temen-temen kamu ini tuh kayak monyet semua! Diajar cuma ketawa terus kalo ditanya gak ada yang jawab!"
"Kenapa harus kaya monyet?"
"Ya, memang begitu! Lihat saja muka mereka, sok tau tapi kalo ditanya gak ada satupun yang jawab"
"Kenapa gak batu aja? Kalo monyet terlalu kasar pak"
Beberapa siswa-siswi menatap Jingga dengan ingin mengatakan 'Gak usah ngelawan lagi! Nanti tambah parah!' begitulah sekiranya.
Jingga paham, lalu langsung duduk di tempatnya "Maaf pak, saya keterlaluan" ucap Jingga.
***
"Wahhhh,,, gue salut banget sih sama elo"
"Salut kenapa? Emangnya Jingga ngelakuin apa?" Tanya Jingga sebari menyantap roti bakarnya.
Disisi kanan nya, duduk seorang gadis dengan dandanan menor dengan rambut berwarna oranye. Lalu sebelah kirinya, duduk seorang gadis dengan gaya tomboy nya.
"Si Ayu, alay biasa dia mah. Gak usah di pikiran" ucap gadis berpenampilan tomboy itu sebari menyeruput jus jeruknya.
"Enakan aja, elo kali yang kudet!" Sebal Ayu.
Anis menggebrak meja sedikit keras "Maksud Lo apaan? Hah?"
Jingga memejamkan matanya beberapa detik "Anis sama Ayu suka berantem ya? Jingga gak suka, Jingga pergi aja ya" ucap Jingga hendak bangkit dari duduknya.
Mata lebar gadis berkuncir kuda itu menyipit melirik sebuah tangan yang melingkar dilengan tangannya "Jangan pergi, kalo gak ada elo kita bakalan beneran berantem" ucap Ayu sedikit merengek.
Gadis itu kembali duduk "Emangnya kalian pernah benaran berantem ya?"
"Pernah, sering banget malah" ucap Ayu.
"Tapi Jingga salut sama kalian, meskipun sering berantem tapi gak mau pisah" ucap Jingga lalu tersenyum tipis setelahnya.
"Iya yah? Kok gue juga baru sadar" sahut Anis menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Jingga kan?" Ucap seorang cowok berpenampilan urakan tepat didepan meja tiga gadis yang tengah berbincang itu.
Jingga mengangguk, lalu mengkerutkan keningnya mengingat siapa cowok yang duduk di depannya itu "Alvaro?" Ucap Jingga dengan nada ragu.
"Pacaran yuk" ucapnya dengan lantang membuat hampir semua pasang mata yang mendengar pernyataan itu memandang kearah Jingga berada.
Jingga bengong tak tau harus bagaimana. Sungguh, ia malu saat ini karena belum banyak orang yang Jingga kenal saat ini. Dan sekarang, ia sudah menjadi pusat perhatian.
Alvaro menarik turunkan alisnya "Mau gak?" Tanyanya.
"Gak mau" ucap Jingga spontan. Anis dan Ayu menahan tawanya begitupun yang lainnya.
"Kok gak mau? Kenapa? Gue kan ganteng, keren, banyak yang mau lagi" katanya tanpa ragu dan sangat percaya diri.
"Ya gak mau aja, lagian kita kan belum kenal banget. Terus kalo banyak yang mau kenapa Alvaro milih Jingga?" Tanya Jingga tak mau berdiri dari duduknya.
"Ya karena elo jomblo dan gue jomblo"
"Jingga punya pacar kok, dia bahkan lebih ganteng dan keren dibandingkan Alvaro"
"Wah,, beneran lo punya pacar?" Tanya Ayu heboh.
Jingga mengangguk "Kata Ari, pacarannya Jingga lagi belajar jadi untuk saat ini Jingga gak bisa nemuin dia"
"Wait, Ari? Jangan bilang Ar-" Ucapan Ayu menggantung saat tiba-tiba Anis memotongnya tanpa pamit.
"Ari di Indonesia banyak, jangan ngaco!" Potong Anis.
"Yang dimaksud Lo tuh Ari yang penyanyi di cafe-cafe bukan?" Tanya Ayu.
"Iya, kalian kenal Ari? Kok bisa?"
"Harusnya gue yang tanya! Lo kenal Ari? Kenapa ga-"
"Jadi, Lo mau gak jadi pacar gue?" Potong Alvaro.
Sungguh Jingga bingung hendak berkata apa, tadi ia sudah menolaknya, bukankah itu sudah cukup untuk Alvaro mengerti bahwa Jingga tak mau menerima pernyataanya.
Jingga bisa bernafas lega, bel masuk berbunyi dengan lantang. Setidaknya ia tak harus mencari-cari alasan yang tidak pasti kebenarannya lagi.
Lagipula, Jingga sedikit tidak tega dengan Alvaro. Tapi mau bagaimana lagi?, Jingga masih percaya kalau Juan-Pacar Jingga akan menjumpainya suatu saat nanti.
"Udah bel, mendingan kita kekelas. Nanti di marahin guru" ucpa Jingga bangkit.
"Gue gak nyerah buat dapetin hati lo!" Ucap Alvaro sebari memegangi lengannya Jingga yang hendak pergi.
"Jangan gitu, Jingga bakalan tetep nunggu pacarnya Jingga, Alvaro cari perempuan lain aja" ucap Jingga melepaskan dekapan tangan Alvaro.
"Kita liat nanti aja" ucap Alvaro lalu berjalan mendahului Jingga dan kedua cewek yang berada di samping gadis berlesung pipi itu.
Jingga hanya tersenyum tipis .elihat kepergian Alvaro yang berjalan santai sebari memasukkan tangannya ke saku celana abu-abunya.
"Ayo ke kelas" ajak Jingga, kedua teman baru nya itu menyipit kan matanya membuat gadis berkuncir kuda itu kebingungan.
"Kalian kenapa?"
"Lo bohong ya?" Tanya Ayu.
"Bohong soal apa?, Perasaan Jingga gak bohong deh".
Anis melipat kedua tangannya di depan dadanya, "Ck,, ssttt,,,Soal Ari, gak mungkin Lo deket sama dia"
Jingga membuang nafas nya kasar "Ya ampun, ngapain Jingga bohong? Besok Jingga bakalan minta dianter sama dia, kalo kalian gak percaya"
"Oke" ucap Anis dan Ayu kompak.
"Ya udah ayo ke kelas, nanti di marahin guru"
*****
Giamana nih cerita nya?
Kurang greget gak?
Vote dan comment ya.. Jangan lupa
Ada yang kangen Juan?
Maaf kalo banyak typo
See you next part
Salman
sellaselly12