MASIH FLASHBACK

1059 Kata
Aku masih mencumbui Pelangi yang sedari tadi terkapar lemas tak berdaya setelah kubuat dia berteriak-teriak menggeliat karena kenikmatan. Aku masih belum berniat untuk menghentikan permainan ini meski aku sudah keluar 3 ronde. Aku masih ingin membuat Pelangi berteriak lagi sambil memukul punggungku saat dia akan o*****e. *** Dulu Bulan selalu memintaku untuk tidur sekamar bersama Pelangi. Tapi aku selalu menolaknya. Bagaimana bisa aku menuruti permintaan Bulan jika tidak ada keikhlasan dalam hati Bulan? Istri yang paling aku cintai. Setiap kali dia memintaku untuk tidur bersama Pelangi, dia pasti menangis, dia selalu bilang padaku kalau Pelangi terus merengek karena aku tak adil padanya, makanya Bulan juga ingin aku adil, tapi aku tak bisa. Aku tak ingin melihat istri tercintaku mengeluarkan air mata untuk hal yang sungguh tidak penting bagiku. Jika bukan karena Pelangi bekerja tanpa ijinku, aku tidak akan sudi tidur sekamar dengannya. Dia sudah melangkah tanpa meminta persetujuanku. Dan itu membuat Bulan kecewa, karena Bulan pikir itu karena aku yang tak kunjung mengikuti perintahnya untuk tidur sekamar dengan Pelangi seperti permintaannya . "Yaudah, mulai malam ini aku akan tidur sekamar dengan Pelangi. Nanti kita bagi waktu ya masing-masing 3 hari. Mungkin kamu yang 4 hari sayang." Kataku menenangkan Pelangi. "Nah gitu dong. Aku gak pa-pa kok. Meskipun aku sedih gak bisa bobok sama kamu." Katanya manja sambil menangis. Jika sudah seperti ini jujur aku kembali ragu untuk tetap tidur sekamar dengan Pelangi atau tidak. "Aku janji, aku tidak akan menyentuh Pelangi sedikitpun." Ucapku pada Bulan. "Menyentuh juga tidak pa-pa, dia juga istrimu." Kata Bulan sambil memunggungiku. Aku mendengar ketidak ikhlasan keluar dari bibir Bulan, untuk itulah aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyentuh Pelangi. Saat tidur, kusuruh Pelangi tidur di sofa, dan aku tidur di kasur. Untuk masalah perekonomian aku selalu berusaha adil pada Bulan dan Pelangi. Keduanya kuberikan masing-masing atm yang berisikan uang belanja setiap bulannya. Setiap bulanpun sama yang kutransfer. Aku tidak membedakan satu rupiahpun antara Bulan dan Pelangi meskipun Bulan sudah punya penghasilan sendiri. Untuk itulah aku tidak suka mengetahui Pelangi bekerja. Jika ditanya kenapa ? Aku tidak punya alasan untuk itu. Yang jelas aku lebih suka Pelangi dirumah menungguku pulang kerja dan melihatku berangkat kerja. Aku sesungguhnya memimpikan punya istri yang hanya mengabdi untuk suami. Tapi sayangnya Bulan tidak mau dan memilih untuk tetap berkarir. Aku suka melihat Pelangi di rumah daripada berkeliaran diluar rumah, meskipun dirumah juga aku memperlakukannya secara buruk. *** Namun sebagai lelaki normal tentu saja aku juga tidak bisa mengendalikan kejantananku, adakalanya disaat malam-malam dia terbangun untuk sekedar minta di elus-elus. Apalagi kadang seringkali saat tertidur pakaian tidur Pelangi naik, sehingga membuat bagian paha Pelangi terlihat. Atau piyama Pelangi terbuka sehingga membuat belahan dadanya terlihat. Jika sudah begitu aku hanya mampu terdiam, aku buat untuk tidur atau jika tidak aku buka laptop untuk melihat laporan karyawanku, dengan begitu aku akan lupa sendiri tentang nafsuku. Semenjak menikah dengan Bulan hampir setiap malam kami melakukan hubungan seks. Bulan suka sekali bercinta, fantasi seksnya luar biasa menurutku. Dia suka bercinta dimanapun berada. Kadang dia minta di kamar mandi, di ruang tv, diruang tengah, di dapur dan dimanapun. Terkadang aku juga merasa lelah, tapi rangsangan Bulan yang begitu kuat saat mengulum kejantananku membuatku ingin melawan permainan Bulan. Desahan Bulan yang tak tertahankan saat dia klimaks kadang bisa membuat seisi rumah bergidik merinding. Terkadang aku merasa tidak enak pada Pelangi jika dia mendengarkannya. Tapi aku tak berani melarang Bulan untuk tidak mendesah sekeras itu. Pernah aku coba menegur dia, tapi dia malah menangis, dia bilang aku memiliki perasaan lebih pada Pelangi. Padahal bukan seperti itu maksudku. "Sayang aku capek ....." Keluh Bulan setelah aku membuatnya mencapai klimaks untuk kesekian kali. Dan jika sudah seperti itu aku tak tega padanya. Aku tuntaskan hasratku setelah itu aku memeluk dan menciumnya. Setelahnya kami tidur bersama. Kali ini aku sudah tidak lagi menyebut nama Bulan disaat kita bercinta. Tapi jujur, aku sungguh tak ingat jika aku pernah melakukan itu pada Pelangi. Aku tak ingat sama sekali jika aku pernah menyebut nama Bulan disaat kami bercinta. Setelah Pelangi mengatakan itu, aku berfikir seribu kali mengingat setiap detik yang kulalui bersama Pelangi, tapi tetap aku tak ingat sama sekali. Aku bahkan berfikir kalau itu hanya tipu-tipu Pelangi saja. Tapi melihat betapa Pelangi membenciku, kurasa tak mungkin jika Pelangi membohongiku. Aku ingat saat pertama kali bercinta sama Pelangi, saat itu Pelangi mendiamkan aku karena marah mendengar percakapan aku dengan Bulan tentang perlakuan dan sikap baikku pada Pelangi. Tapi jujur, apa yang aku lakukan pada Pelangi itu tulus dari hatiku. Entah sejak kapan, tapi aku memiliki rasa itu pada Pelangi. Rasa tidak sukaku ketika melihat Pelangi berduaan bersama Amir teman kerja Pelangi. Belum lagi saat Pelangi kecelakaan dan Amirlah yang menolongnya, disitu aku sungguh merasa kecewa. Kenapa bukan aku yang menolong Pelangi. Aku memiliki perasaan cemburu pada Pelangi jika dia bersama pria lain selain aku. Masakan Pelangi sebenarnya enak, tapi aku terlalu gengsi untuk mengakuinya. Aku juga tak mau jika Bulan akan kecewa jika tau aku menyukai Pelangi. Pelangi itu cantik, sama seperti Bulan, tapi kecantikan Pelangi berbeda dengan Bulan. Lesung pipit dan gigi gingsulnya membuat dia terlihat semakin manis. Pelangi masih sangat polos ketika aku menyentuhnya pertama kali, meski tidak terlalu lihai dalam bercinta tapi permainan dia cukup baik untuk bisa memuaskan aku. Mungkin Pelangi masih takut, aku memaklumi itu. Tapi kalau sekarang ? Jangan tanya lagi, tubuh Pelangi sudah seperti candu untukku. ***** Aku begitu panik saat Pelangi menelponku sambil menangis, sungguh aku tak ingin membuatnya menangis lagi setelah aku membuatnya menderita seperti kemarin. Maka begitu aku mendengar isak tangisnya aku langsung mematikan telpon dan beranjak pergi dari tempat kerjaku untuk pulang menemuinya. "Kamu kenapa sayang?" Tanyaku saat melihat Pelangi tidur dikamar sambil memegang perutnya. "Perutku sakit mas. Aku gatau kenapa, rasanya sakit sekali." "Kita kerumah sakit ya?" Aku langsung membopong Pelangi membawanya ke mobilku. "Moondy Pelangi kenapa ?" Tanya mamaku. "Ma, titip Cilla, perut pelangi sakit katanya. Aku mau bawa dia ke dokter dulu." "Iya, kamu hati-hati, semoga tidak ada sesuatu dengan kandungannya." "Aku berangkat dulu ma." Aku melihat wajah Pelangi yang menahan sakit. Aku tidak tau apa yang terjadi dengannya. Sudah cukup aku kehilangan Bulan, dan aku tidak ingin kehilangan Pelangi. Aku sungguh mencintainya. Kali ini aku tidak akan gengsi lagi mengakui perasaanku padanya. Aku kuatir sekali saat dokter menyuruhku menunggu diluar. Ingin sekali rasanya aku mendampingi Pelangi di dalam sana. Aku sungguh penasaran dengan apa yang dialami Pelangi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN