“Mr. Bastard Blind Love”
Author by Natalie Ernison
Jeremie mulai mencari tahu penyebab dari kelalaian Bianca dalam menyelesaikan setiap tugas tanggung jawabnya.
“Mansion Kediaman Keluarga Grazian”
Jeremie kembali ke mansion hingga larut malam, dan membuat kedua orang tuanya cukup cemas.
“Jeremie, dari mana saja kau, selarut ini baru kembali?” seru ayahnya, Mr. Grazian.
“Selamat malam, Dad. Maaf, aku baru saja selesai mencari penyebab masalah pada seseorang.” Balasnya ketus, sembari menatap tajam ke arah saudara laki-lakinya, Jourell.
“Kau harus fokus pada
pendidikanmu, Jeremie. Jangan memikirkan hal lain!” Seru ibunya, namun Jeremie tetap melanjutkan langkah kakinya.
Jourell tahu apa yang dimaksud adik semata wayangnya, namun ia hanya diam acuh. Ia menunggu Jeremie datang menemuinya secara langsung.
~ ~ ~
“Aku harus menemui kak Jourell, pasti dia tahu penyebab masalah ini..” gumam Jeremie, lalu menemui sang kakak yang sedang terlihat sibuk dengan laptop di hadapannya.
“Apa yang telah kakak perbuat pada Bianca?” Tanya Jeremie yang baru saja tiba di hadapan Jourell.
“Caramu bertanya, sangat tidak menunjukkan bahwa kau adalah seorang yang jenius.” Balas Jourell.
“Katakan, apa yang kau lakukan pada Bianca!” Jeremie meraih kerah leher baju Jourell.
Mata Jourell menatap tajam ke arah Jeremie, karena baru kali ini adiknya terlihat kasar padanya.
“Apakkah gadis bodoh itu telah meracunimu dengan tampang lugunya. Sehingga kau berani padaku!” Jourell memutar lengan milik Jeremie, dan meletakkan di bagian punggung Jeremie.
“Kau berani bertindak tidak sopan padaku akhir-akhir ini, hanya karena gadis bodoh itu!”
“Jangan pernah katakan sahabatku adalah gadis liar. Kaulah pria liar yang b******n!” Jeremie memukul wajah Jourell dengan pukulan yang cukup keras.
“Jeremie, kau berani memukulku. Apa kau begitu bodoh!” Jourell melangkah ke arah Jeremie, mendorong tubuh Jeremie yang lebih kecil dari ukuran tubuhnya.
Dorongan itu membuat Jeremie terjatuh, dan menyenggol guci mewah di dalam ruangan tersebut.
“Apa yang terjadi di sana!” seru Mr. Grazian, ayah mereka berdua.
“Jeremie!” Pekik Mrs. Grazia, ibu darii Jeremie damn istri kedua dari Mr. Grazian.
Jourell hanya menatap ayah dan ibu sambungnya sembari menyingkirkan poni gondrongnya ke arah puncak kepala.
“Apa yang kau lakukan pada anakku! Hanya karena anakku belum seunggul dirimu, kau berani menindasnya, huh!” Pekik Mrs. Grazian.
“Jourell, kau jauh lebih tua seharusnya bisa menjadi contoh. Kau hanya bisa membuat kegaduhan di mansion ini!” bentak ayahnya.
“Lebih baik kau kembali ke kediamanmu sendiri!” Timpal Mrs. Grazian.
Jourell tertawa tak peduli. “Dasar orang-orang membosankan, aku bahkan tidak berniat berlama-lama di tempat ini.” Ketus Jourell, sembari mengemasi laptop kerja miliknya.
Ia melangkah ke luar dari ruangan yang biasa menjadi ruangan kerja baginya.
“Dasar pria liar.” Cela Mrs. Grazian.
Jourell tetap melanjutkan langkahnya, dan meninggalkan mansion kediaman keluarganya.
***
Jourell mengendarai mobilnya seorang diri, ia tahu bahwa Jeremie adalah lelaki yang sangat sopan santun. Hanya karena ia telah mengusik sahabat dari adiknya, hal itu membuat Jeremie sangat marah padanya.
Sedang menyusuri area jalan utama, Jourell melihat seorang gadis sedang duduk termenung di area trotar jalan yang cukup luas.
“Gadis itu..” gumamnya, dan menghentikan mobil miliknya.
Jourell keluar dari dalam mobil miliknya, berniat untuk menemui Bianca.
“Sedang menunggu pelanggan?” ucap Jourell ketus.
Bianca menatapnya sekilas, lalu berdiri dan melangkah pergi dari tempat itu.
“Sheraah Bianca, atau aku harus memanggilmu gadis liar!” Seru Jourell, berjalan santai di belakang Bianca.
“Apa yang kau inginkan!” Bianca berbalik, ia terlihat cukup ketakutan. Memori buruk beberapa malam lalu, cukup membuatnya berada dalam trauma.
“Apa kau berpikir aku akan melanjutkan permainan malam itu?” ucap Jourell, menyalakan pematik untuk membakas ujung rokok miliknya.
Menghisap sebuah batang rokok, dan terus melangkah menuju arah Bianca.
“Aku akan berteriak, kuperingatkan kau berhenti mengikutiku!”
“Aku sedang tidak berselera mala mini. Tetapi, aku bisa membayarmu untuk bermain dengan milikku.” Ucap Jourell dengan nada terkekeh.
“Dasar pria gila!” Bianca pun melangkah menjauh, ia tak ingin berada di tempat itu.
Jourell membiarkan Bianca pergi dari hadapannya, dan ia pun duduk di sebuah batu area jalan tersebut.
“Apakah aku begitu menakutkan baginya..” gumam Jourell, dan menikmati rokok miliknya.
***
Sementara itu, Bianca terus menjauh dari tempat pertemuannya bersama Jourell. Ia pulang dengan angkutan umum, dan tidak membawa kendaraan lamanya.
“Sungguh sial.. mengapa kami harus bertemu kembali..” Bianca akhirnya tiba di kediaman keluarganya.
Rasa sedihnya sore hari ini seakan terlupakan begitu saja, setelah bertemu dengan pria yang sangat ia benci.
“Kediaman keluarga Sheraah Bianca”
“Selamat malam, ayah!” Sapa Bianca yang baru saja tiba di kediamannya.
“Duduklah, ayah ingin bicara padamu.”
“Baik ayah, aku akan membersihkan diriku terlebih dahulu.”
~ ~ ~
Usai membersihkan diri, Bianca datang menemui ayahnya yang sedang duduk di ruang tengah.
“Ayah baru saja mendapatkan kabar baik untuk kita.”
“Apa itu, ayah?”
Ayahnya mengeluarkan selembar kertas, berisikan surat wasiat dari kakeknya. “Ini adalah surat wasiat dan juga warisan yang kakekmu pernah tuliskan.”
Bianca membaca secara saksama isi dari surat warisan tersebut. “Ayah, berarti asset keluarga kita masih tersisa?”
“Benar, Bianca. Sebuah bangunan tua yang memiliki tiga lantai. Kita bisa gunakan itu untuk memulai usaha, dan ayah akan menjual rumah tua ini.”
“Menjual rumah ini?”
“Yah, untuk modal utama kita. Sudah cukup kau bekerja keras untuk keluarga ini, saatnya ayah mengambil peran ayah seharusnya.”
“Tidak masalah, ayah. Justru karena kerasnya hidup, aku belajar banyak hal.”
“Ayah sangat bersyukur memiliki putri sepertimu, Bianca. Kau telah mengganti peran ibunya..” ucap ayahnya, dengan wajah sendu. Air mata selalu menetes, saat mengingat sosok ibu Bianca.
“Kau harus menjadi anak yang sukses, agar bisa terlepas dari kemiskinan ini.” ucap ayahnya lirih.
“Aku akan bekerja keras, ayah..” Bianca memeluk sang ayah.
Kehidupan mereka memang tidaklah mudah, jalan yang harus mereka lalui pun cukup berbatu hingga tak jarang membuat mereka harus tersandung.
***
Di sebuah gedung tua.
Jourell berada di sebuah gedung tua, sembari duduk di hadapan seorang pria.
“Aku sungguh tidak sengaja membuat orang-orang dari group lain mengetahuinya, tuan. Tolong ampuni aku tuan!” Ucap seorang pria dengan wajah lebam akibat pukulan dari orang-orang kepercayaan Jourell.
“Akibat kecerobohamu, dapat membuat bisnisku hancur! Dasar ediot!” Jourell menarik pelatuk pistol yang berada di tangannya.
Dorr dorr… dua kali tembakan peluru menembus jantung juga kepala si pria.
Pria tersebut jatuh terkapar di hadapan Jourell.
“Itulah akibatnya jika bekerja tidak cerdas.” Ucap Jourell.
“Bakar tubuhnya dan hilangkan jejak!” Titahnya, lalu melangkah keluar dari dalam gedung tua tersebut.
Drrttt… satu pesan bergambar diterima.
Jourell membuka ponsel miliknya, dilihatnya Bianca sedang duduk menangis di pinggir jalan tempat mereka bertemu malam itu. Beberapa gambar selanjutnya, Bianca sedang dimaki-maki oleh seorang wanita, yang merupakan bos dari tempat Bianca bekerja. Gambar bahkan beberapa video rekaman dari jarak jauh.
“Ini belum seberapa, masih ada kejutan berikutnya untuk gadis kecil yang berani padaku..”
****