Bab 82

2087 Kata
Gerakan demi gerakan dilakukan oleh Dewa untuk membuat semua orang terpaku pada dirinya dan Harmoni karena ia tahu, Harmoni saat ini adalah objek utama bagi para tamu setelah sambutan tak terduga dari pamannya yang sedikit mengusik hati pria bermata biru itu. Alunan lagu romantis yang mendayu-dayu, kini berganti dengan alunan romantis yang lebih intim dari sebelumnya. Satu gerakan dengan sekali ulur, Harmoni berputar sedikit menjauh dari Dewa namun, pria itu tak begitu saja melepas tangan sang gadis, Dewa kembali menarik Harmoni ke dalam pelukannya. "Siap untuk melakukan pertunjukan yang sesungguhnya?" tanya Dewa pada Harmoni berbisik tepat di telinga gadisnya. Harmoni yang tak paham akan maksud Dewa hanya bisa diam menatap wajah pria itu karena ia sungguh tak tahu apa yang dibicarakan oleh Dewa. Dewa hanya bisa tersenyum karena ia sadar, jika Harmoni saat ini tak paham akan maksud perkataannya. Jordan dan Rose yang mulai berhenti melakukan gerakan dansa mereka, perlahan para tamu lainnya juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh tuan rumahnya. Setelah semuanya sudah berada di tempat masing-masing meninggalkan lantai dansa, kini hanya tinggal Dewa dan Harmoni yang masih diam dengan posisi sangat dekat dan pastinya menjaga pusat perhatian semua orang. "Kenapa mereka masih belum selesai dengan dansanya?" "Kenapa mereka masih di sana?" "Kenapa mereka tak mau melepaskan diri satu sama lain?" Semua pertanyaan itu dapat di dengar oleh Dewa dan Harmoni. Gadis yang selama ini sudah terkenal dikucilkan dari keluarga Sudarmanto, akhirnya memilih untuk melepaskan pelukannya pada leher Dewa namun, pria itu malah tak memberikan izinbpada Harmoni untuk pergi dari dekapannya. "Diam dan nikmati saja alunan musik ini," pinta Dewa pada gadisnya. "Tapi acara dansanya sudah selesai, jangan membuat diri kita malu di depan semua orang," bisik Harmoni namun, Dewa nampak tak mau menghiraukan semua celotehan kekasihnya. "Kita tunjukkan pada pamanmu itu, bagaimana seorang gadis yang di maksudnya pembawa kesialan, bisa berdansa dengan pangeran planet Amoora," bisik Dewa balik pada telinga Dewa. Tangan Dewa terangkat ke atas dan musik yang kental akan dansa romantis, kini beralih ke arah lagu dengan remix DJ yang membuat tubuh para tamu ingin bergoyang melakukan gerakan ala-ala salsa pasangan namun, masih dalam alunan sedikit melamban tak seperti DJ pada umumnya. Setiap gerakan tangkas dilakukan oleh Dewa dengan membimbing tubuh ramping Harmoni yang terbalut gaun panjang untuk mengikuti setiap gerakan yang ia perintahkan. Karena gadis itu memang cepat sekali belajar, akhirnya Harmoni tahu ke arah mana sang kekasih membawanya berdansa. Dengan mempelajari gerakan Dewa, Harmoni bisa tahu setiap nada yang mana proses perpindahan harus dilakukan. Tangan Dewa membelit pinggang Harmoni dan gadis itu mengalungkan kedua tangannya di leher Dewa dengan tatapan mata terpusat pada wajah Dewa dan tubuh keduanya bergerak energik mengikuti alunan lagu yang mengharuskan tubuh mereka bergerak sesuai irama. Lenggak-lenggok dihaturkan pada semua tamu yang datang dengan gerakan luwes seperti orang terlatih sebelum, padahal ini kali pertama Dewa dan Harmoni melakukan dance kontemporer bersama. "Apa kau siap untuk pertunjukan penutupnya?" tanya Dewa berbisik ditengah-tengah gerakan tubuh yang mereka lakukan untuk mengikuti alunan musik. Harmoni tersenyum mengangukkan kepalanya karena ia tahu, Dewa pasti sudah merencanakan hal yang sudah ia targetkan sedari tadi dan Harmoni hanya bisa mengikuti semua instruksi Dewa. "Pegang erat tanganku karena akan mengangkat tubuhmu," jelas Dewa membuat Harmoni mau tak mau harus mengikuti arahan kasihnya. Dewa yang sudah siap mengangkat tubuh Harmoni langsung melakukan apa yang direncakannya dan saat ini tinggi gadis itu sudah lebih dari dirinya. Tangan Harmoni berpegang erat pada pundak Dewa, sementara kedua tangan kokoh itu sudah memegang erat pinggang ramping Harmoni yang tubuhnya sudah melengkung ke belakang dengan wajah menengadah ke atas dan mata gadis itu juga tertutup. Dewa memutar tubuh Harmoni setelah ketukan irama terakhir dilantunkan dan tubuh Harmoni langsung luruh ke bawah kembalikan secara perlahan, sehingga saat ini wajah mereka sangat dekat dengan mata yang sama-sama terpejam dan napas yang sudah naik turun tak beraturan. Tepuk tangan dihaturkan oleh para tamu karena gerakan kedua pasangan muda itu sangat energik namun, mengisyaratkan akan semua energi yang menggebu-gebu. Jason hanya bisa tersenyum memberikan tepukan tangan yang tak kalah meriah dari para tamu lainnya. "Di salip saat ingin berjuang itu seperti ini ternyata rasanya," gumam Jason dalam hatinya. Jordan dan Rose saling tatap satu sama lain dan keduanya tersenyum bahagia karena putrinya hari ini menunjukkan bakat lain selain bisa memimpin sebuah perusahaan besar, Harmoni juga bisa bergerak selincah itu mengikuti alunan lagu yang pastinya akan memancing rasa terpukau orang lain pada diri Harmoni. Paman Harmoni yang tak laik adik dari Jordan hanya bisa tersenyum miring karena ia heran dengan orang-orang yang berada di ruangan itu, gerakan seperti itu saja sudah mendapatkan tepuk tangan yang meriah. Memenangkan kasus yang rumit adalah hal yang patut diberikan hadiah sebuah tepuk tangan, bukan berjoget seperti itu yang diberikan penghargaan sebuah tepuk tangan. "Sungguh gerakan yang indah, tapi tak memiliki tempat yang baik di hati orang-orang awam pada umumnya, berbeda dengan seorang yang memenangkan kasus di pengadilan," ujar paman Harmoni yang bernama Julian. Jordan menatap sengit ke arah sang adik karena ini bukan waktu yang tepat untuk menyulut api di saat seharusnya momen bahagia yang ia ukir. Julian yang tak perduli dengan tatapan sang kakak hanya bisa menganggap tatapan itu tak penting dan terus melangkahkan kakinya mendekati Harmoni dan Dewa yang masih berada di tengah-tengah lantai dansa. Mata Dewa yang awalnya tertutup seketika langsung terbuka lebar dan menatap Julian tajam, setajam pria itu akan menerkam mangsanya. Harmoni juga ikut membuka kelopak matanya dengan tangan yang mendekap tubuh Dewa lebih erat lagi karena pria itu bisa dengan sangat jelas merasakan dekapan yang semakin mengerat pada pundaknya. "Jangan takut! aku bersamamu," bisik Dewa memberitahu Harmoni, jika tak ada orangain yang akan menyakiti dirinya. "Jangan terus bersembunyi di balik ketampanan pria itu keponakanku! apa kau tak malu dengan semua hal yang kau lakukan? kau sudah menjadi seorang pembangkang dan sekarang kau juga menjadi seorang yang hanya bisa bersembunyi di balik dekapan seorang pria yang masih belum tentu menjadi pendamping hidupmu," celoteh Julian memancing amarah Dewa dan Jordan. Jordan sudah hendak melangkahkan kakinya menuju arah lantai dansa namun, tangannya dicegah oleh Rose. Kepala ibu dari Harmoni itu menggeleng, menandakan, jika suaminya tak perlu ikut campur urusan Julian kali ini. "Dia sudah keterlaluan, Ma! aku tak bisa hanya diam melihatnya mempermalukan putri kita di hadapan semua orang seperti ini," protes Jordan pada sang istri. "Lebih kejam mana dari seorang ayah yang tak memberikan perlindungan pada putrinya dan membiarkan putrinya berusaha sendiri membangun perusahaannya?" tanya Rose membuat nyali Jordan menciut kala semua perkataan menohok dilontarkan oleh sang istri padanya. "Mama benar," gumam Jordan menundukkan kepalanya karena ia sadar, pemicu utama semua keluarga Sudarmanto tak suka pada Harmoni karena pria itu tak menghargai impian putrinya, sehingga tradisi dan tradisi yang selalu ia junjungan menjadi malapetaka bagi Harmoni. Dikucilkan keluarga, tak dianggap ada, impian yang dianggap tak layak untuk di jadikan nyata membuat Harmoni hidup dalam keadaan menahan sesuatu hal yang seharusnya tak ia terima semalam ini dan Jordan lah pemicu dibalik semua itu. "Kita lihat, bagaimana calon menantu kita melindungi kekasihnya yang sudah dalam batas normal," tutur Rose ingin tahu seberapa besar rasa cinta Dewa pada sang putri. "Tunjukkan sebesar apa kau ingin melindungi putriku, sebesar dunia ini atau hanya sebesar biji cabai," gumam Rose masih fokus menatap ke arah Dewa dan Harmoni. Semua orang tak ada yang mau melerai Julian karena mereka tahu keluarga Sudarmanto adalah keluarga yang paling dihormati jadi, mereka lebih memilih menjadi penonton saja, daripada harus berurusan dengan keluarga Sudarmanto. "Apa kau hanya bisa diam saat ada orang yang belum tentu mau melindungi dirimu selamanya? hah, tak ada yang berani melawan keluarga Sudarmanto, lihat saja dirimu itu, apakah kau selama ini mendapatkan pria yang mau bersama dengan dirimu?" tanya Julian melontarkan pertanyaan yang cukup mengigit hati Harmoni karena memang benar adanya, tak ada pria yang secara terus terang niat ingin mendekatinya atau melamarnya, mungkin karena statusnya yang berstatus menjadi barang buangan di keluarga Sudarmanto. Urat-urat dalam diri Dewa semakin dibuat mendidih dengan ucapan paman Harmoni yang memang memiliki mulut cukup pedas. "Darimana Anda tahu semua itu?" tanya Dewa membuka suara dan para tamu heran, baru kali ini ada seseorang yang mau secara terang-terangan membela Harmoni di hadapan salah satu keluarga Sudarmanto secara langsung. "Jangan banyak bertanya, kau masih bau kencur di sini," sindir Julian yang memang sangat tidak suka dengan Harmoni karena gadis itu sudah membangkang dan tak mengikuti tradisi keluarga yang sudah dilakukan secara turun temurun. Dewa tersenyum kecut kala dirinya di katakan masih bau kencur, jika saja ia bisa memberitahu pria tua di hadapannya ini, umur aslinya berapa, pasti pria bernama Julian ini akan tercengang dan langsung mati, jika memang itu diperlukan karena Dewa sudah muak dengan manusia tipe seperti Julian yang sukanya semena-mena pada orang lain tanpa memikirkan lebih dulu apakah ucapannya menyakitkan orang lain atau tidak. "Saya bingung dengan Anda! salah kekasih saya ini apa? kenapa Anda terlihat begitu membencinya, bahkan gerakan seperti tadi saja bisa memancing emosi Anda, apakah kebencian Anda pada Harmoni sudah mendarah daging?" tanya Dewa mendekap tubuh Harmoni lebih erat lagi. "Sepertinya kau benar-benar anak baru di sini, kau tak tahu seperti apa tradisi dan hukum di keluarga kami dan kau sebaiknya diam karena orang seperti dirimu ini sama saja dengan gadis pembangkang itu," serang Julian baik pada Dewa. "Apakah Anda benar-benar sudah paham akan definisi pembangkang itu seperti apa? Anda seenak diri Anda membuat ultimatum, jika Harmoni seorang pembangkang, sementara dia hanya ingin meraih impiannya, apakah salah seorang manusi yang memiliki kemapuan lain ingin mengembangkan kemampuannya?" tanya Dewa pada Julian. Rahang Julian sudah mengerat bukan main dan Dewa suka akan hal itu. Memang itu yang ingin ia saksikan sedari tadi. "Kau bukan bagian dari keluarga kami, jangan buat dirimu berada dalam situasi seperti gadis pembangkang itu," ingatkan Julian pada Dewa. Harmoni yang tak ingin masalah ini semakin panjang, akhirnya menengadahkan wajahnya menatap ke arah Dewa dan menyentuh pipi pria itu lembut. "Jangan buat dirimu berada dalam situasi seperti yang aku rasakan, biarkan paman mengeluarkan semua unek-uneknya, aku tak apa," tutur Harmoni pada Dewa yang tak ingin masalah ini berbuntut semakin panjang dan berimbas pada Dewa. Tatapan mata Harmoni yang memohon pada Dewa hanya dibalas senyuman manis oleh pria itu. "Aku di sini ada untukmu, aku di sini akan melakukan tugasku untuk melindungi dirimu, meskipun dunia tak mau akan kehadiranmu, aku yang akan berjuang sampai titik darah penghabisan untuk membuat dunia mau mengakui keberadaanmu," jelas Dewa membuat Harmoni tak dapat lagi menahan buliran bening yang menetes dari pelupuk matanya. Dewa memeluk Harmoni erat, bahkan sangat erat. Kecupan bertubi-tubi Dewa berikan pada puncak kepala gadis itu. Semua orang yang menyangsikan kisah cinta keduanya ikut sedih karena mereka bisa melihat, seberapa besar cinta Dewa pada Harmoni. "Jangan hanya membual saja! kau masih belum tahu keluarga ka ...." "Saya sudah tahu keluarga Anda itu seperti apa! apakah Anda pantas di sebut bagian dari keluarga terhormat ini? apakah Anda pantas menyandang gelar bagian dari keluarga Sudarmanto yang terkenal memiliki kecerdasan intelektual yang sangat baik, tapi saya tidak melihat hal itu pada diri Anda, justru kebalikan dari itu yang saya lihat dan Anda tunjukkan pada semua orang hari ini dan apakah Anda tahu, keluarga pintar mana yang membiarkan seorang gadis berjuang sendirian tanpa ada bantuan apapun untuk membangun perusahaannya sendiri dan apakah Anda juga tahu, bagaimana rasanya dikucilkan oleh orang lain? hah, beruntungnya, Harmoni memiliki prestasi yang bisa ia banggakan dan pastinya sudah ia tunjukkan pada semua khalayak umum, jika ia mampu memberikan lapangan pekerjaan pada ribuan orang yang bekerja di bawah naungan perusahaannya dan apakah Anda juga tahu, justru pekerjaan yang Anda emban itu yang harus Anda pelajari lagi dan lagi, apakah Anda sudah sesuai dengan pekerjaan itu atau masih belum, hanya satu yang meragukan profesi Anda saat ini, yaitu sifat Anda yang tau mau maju, Anda hanya terfokus pada kekolotan pikiran Anda, apakah Anda tahu, bagaimana perasaan leluhur Anda di sana? mereka pasti marah dengan tindakan keluarga ini yang mengucilkan bagian dari keluarga mereka yang terlalu berlebihan seperti Anda dan keluarga." Dewa menjeda sejenak perkataannya sebelum ia benar-benar lepas kendali dan ingin menghajar paman dari Harmoni tersebut. "Semua orang boleh melestarikan tradisi keluarga yang sudah ada turun temurun, tapi tidak kelewat batas seperti ini, leluhur kalian semua juga pasti tak suka melihat kalian mentaati semua tradisi, jika pada akhirnya keluarga yang kalian banggakan perlahan tercerai berai dan ini masih satu contoh pada Harmoni, bagaimana, jika masih ada Harmoni lainnya di keluarga kalian kelak?" tanya Dewa pada Julian dan semua keluarga Sudarmanto lainnya yang hadir. Jordan benar-benar dibuat bungkam oleh ucapan Dewa. Apa yang dikatakan oleh Dewa ada benarnya, kita boleh melestarikan tradisi keluarga, tapi jangan sampai terlalu berlebihan, setidaknya harus ada rasa toleransi antara sesama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN