Hicob sudah berada di sebuah hutan dengan mode penglihatan sensor tingkat tinggi karena saat ini hutan yang ia kunjungi berkabut.
Tak nampak apapun di sana, hanya ada suara binatang kecil seperti jangkrik, katak dan hewan kecil lainnya yang sedikit mengusik indera pendengaran Hicob.
Pria berkacamata tersebut terus menelusuri hutan berkabut tersebut untuk mencari keberadaan Mona yang saat ini di sandera oleh iblis kalajengking.
"Hicob!"
Panggil seseorang dari arah belakang tubuh pria tersebut dan si empunya nama langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Mona!"
"Ya, ini aku! tolong bawa aku keluar dari hutan ini, aku takut," ujar Mona pada Hicob sembari berlari ke arah Hicob dan memeluk tubuh pria berkacamata tersebut.
Tubuh Hicob menegang saat Mona tiba-tiba saja memeluk dirinya tanpa permisi dan hal itu bukan tipe Mona sama sekali.
"Aku takut," tutur Mona mengeratkan pelukannya pada tubuh Hicob dengan wajah yang sudah perlahan menengadah ke atas menatap ke arah Hicob.
"Apa kau mencemaskan aku?" tanya Mona menatap kedua manik mata Hicob yang dilindungi oleh kacamatanya.
Hicob masih diam tak menjawab apapun karena dirinya saat ini masih dalam mode loading mencerna setiap apa yang dilakukan oleh Mona.
"Jika aku tak mencemaskan dirimu, untuk apa aku datang kemari, lebih baik aku biarkan saja kau mati di tangan iblis kalajengking itu," jelas Hicob dan gadis berambut pendek tersebut tersenyum manis pada Hicob.
"Bagaimana, jika iblis itu membunuhku? apa kau akan balas dendam padanya?" tanya Mona pada Hicob.
"Untuk apa aku balas dendam padanya, sedangkan dirimu saat ini masih dalam keadaan utuh, tak kekurangan apapun, kecuali ...."
Hicob sengaja menggantung ucapannya karena pria itu kini mulai sadar, apa yang membuat Mona tiba-tiba sangat agresif padanya dan warna lensa mata gadis yang berada di hadapannya saat ini berwarna keunguan dan itu menandakan sesuatu.
"Kecuali apa?" tanya Mona pada Hicob dengan wajah gadis itu yang semakin dekat dengan Hicob.
Hicob tersenyum manis pada Mona dengan kedua tangan langsung menyentuh lembut kedua pipi Mona dan mengusapnya dengan gerakan penuh kasih.
"Apa kau sangat ingin tahu?" tanya Hicob pada Mona dan kepala gadis itu mengangguk penuh semangat, sampai gadis tersebut tak sadar telah membuat sesuatu dalam dirinya terkuak di mata Hicob.
Senyum Hicob semakin terukir dengan wajah yang berada sangat dekat dengan Mona.
"Cium aku, jika kau ingin tahu kelanjutan ucapanku," pinta Hicob pada Mona dan gadis itu mengangukkan kepalanya dengan gerakan semangat 45.
"Aku akan melakukan apapun untukmu, bahkan, jika kau ingin sesuatu yang tak bisa di kabulkan oleh manusia biasa, aku bisa melakukannya," tutur Mona yang secara tak langsung kembali membuka kedoknya sendiri.
"Lakukan sekarang!" pinta Hicob dan Mona dengan senang hati melakukan apa yang diperintahkan oleh hicob.
Saat bibir mereka sudah hampir menyatu, kedua mata Hicob yang memang dari awal sudah mengaktifkan mode sensornya, melirik ke arah belakang tubuh Mona dan ....
Happpp
"Aaaaaaaaaaakkkkkk!"
Suara teriakan seorang gadis yang tak laik adalah Mona.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Mona dengan tangan kekar Hicob masih menarik kuat-kuat rambut Mona.
"Tunjukkan rambut aslimu, Mona!" bisik Hicob pada gadis yang menyerupai Mona tersebut.
Gadis itu masih meringis kesakitan karena ia saat ini tengah menahan rasa sakitnya yang dirasakan oleh rambutnya.
"Jika kau masih tak mau melakukannya, aku yang akan membantumu menunjukkan wujud aslimu," ancam Hicob pada gadis tersebut.
"Baik! jangan lakukan hal yang akan membuatku sekarat," tutur gadis yang mirip dengan Mona tersebut.
Perlahan wajah yang sama persis dengan Mona, seketika berubah menjadi rupa gadis lainnya dengan rambut panjang yang di kepang menjuntai sampai ke tanah.
"Aku sudah me ... lakukan apa yang kau minta, tolong lepaskan rambutku, itu sangat menyakitkan," pinta perempuan tersebut dengan pakaian yang berwarna serba hitam dan sangat ketat di tubuhnya.
Seringai licik dari bibir Hicob seketika bangkit dan ini kali pertama, pria itu mengeluarkan aura seperti itu.
"Ingin coba-coba menipuku ya? apa kau tak berpikir dua kali untuk melakukan hal ini? kau ini masih belum masuk iblis tingkat atas, tapi kau sudah berani melawanku," tutur Hicob pada gadis tersebut.
"Aku melakukan hal ini karena aku memiliki alasan dan alasan itu yang memperkuat diriku untuk melakukan trik ini," jelas gadis tersebut dengan wajah yang masih menahan rasa sakit pada rambut hitamnya yang di kepang menjuntai ke bawah.
"Apa alasanmu?" tanya Hicob yang ingin memastikan, jika tak ada maksud lain dari gadis yang berada di hadapannya ini.
"Aku sudah tertarik padamu, Hicob! kau tampan, tinggi, dan memiliki otot yang sangat pas untuk aku sentuh seperti ini," jelas gadis tersebut yang hampir saja meraba bagian atas tubuh Hicob namun, dengan gerakan kilat, Hicob segera menangkis tangan iblis kalajengking tersebut.
"Jauh-jauh dari tubuhku, jangan sampai racunmu mengenaiku," tolak Hicob penuh emosi.
Iblis kalajengking betina itu tersenyum puas karena baru kali ini ada pria yang berani menolaknya.
"Aku kurang apa? apa semua bentuk tubuh sempurna ini masih tak cukup untuk membuat seorang tangan kanan calon raja Amoora tertarik ingin menyentuh lebih jauh lagi," tawar iblis kalajengking tersebut.
Tanpa banyak bicara, Hicob langsung menarik rambut iblis kalajengking tersebut sangat kuat sampai tubuh iblis itu sudah berubah menjadi kalajengking sebagian.
"Aaaaakkkkkk! hentikan! hentikan!"
Hicob hanya tertawa kecil sembari terus menambah tarikan pada rambut kepang iblis kalajengking tersebut karena Hicob tahu, jika rambut itu adalah sumber pelenyap dari iblis kalajengking betina tersebut.
"Jika kau masih menggodaku dengan rayuan recehmu itu, akan aku pastikan, racunmu akan habis dalam sekali tarikan saja karena aku akan melenyapkan semuanya tanpa sisa," ancam Hicob pada iblis tersebut.
"Jangan! jangan lakukan itu padaku, aku mengakui, jika aku salah dan jangan sampai kau membuat alat pertahanan hidupku ini lenyap begitu saja," mohon iblis kalajengking tersebut.
"Katakan! di mana Mona?" tanya Hicob masih terus mencengkeram erat rambut iblis kalajengking tersebut.
"Dia berada di dalam sarangku di bawah tanah," jelas iblis tersebut.
"Bagaimana, jika dia mati? apa kau mau bertanggung jawab untuk mengorbankan nyawamu juga?" tanya Hicob pada iblis tersebut dan kepala iblis betina itu menggeleng.
"Maafkan aku, aku seharusnya dari awal sudah tahu, jika aku tak bisa melawan Anggota kerajaan yang sudah mencapai level lengkap dalam segala aspek," jelas iblis tersebut.
"Jika kau ingin aku maafkan, bawa Mona kemari dan aku akan memaafkanmu namun, dengan satu syarat penting yang wajib kau patuhi, apa kau bersedia?" tanya Hicob pada iblis kalajengking tersebut.
Iblis kalajengking betina itu masih memikirkan apa yang diajukan oleh Hicob padanya.
"Baiklah, tapi jangan bunuh aku karena aku masih ingin hidup di dunia ini," pinta iblis tersebut.
"Tenang saja, syarat yang akan aku berikan padamu sangat gampang dan pastinya akan membuat kehidupanmu menjadi lebih baik lagi," tutur Hicob meyakinkan iblis tersebut.
"Baiklah! aku setuju dan cepat katakan karena tanganmu sungguh sangat kuat dan bertenaga," eluh iblis kalajengking tersebut pada Hicob.
"Kau harus menyelamatkan Mona dan membawanya kemari dan mau juga tak boleh Kembali bergabung dengan para iblis lainnya, terutama raja Gondalia," jelas Hicob pada iblis kalajengking itu.
"Tapi ...."
"Apa kau tak sadar, jika kau sedang diperalat?" ujar Hicob mencoba menyadarkan iblis kalajengking tersebut.
Setelah diam tak ada jawaban apapun, akhirnya iblis kalajengking betina itu kembali membuka suaranya.
"Baiklah! aku setuju dan lepaskan rambutku karena aku akan segera menjemput Mona," sepakat iblis kalajengking tersebut.
"Jika kau berbohong padaku ...."
"Bunuh aku," sambung iblis kalajengking itu pada Hicob.
Tatap mata Hicob menjurus pada mata iblis kalajengking itu.
"Baiklah, aku percaya padamu, jika kau berbohong, buntutmu itu yang akan menjadi taruhannya dan yang jelas, kau akan binasa dari dunia ini karena sudah berani menantang keluarga kerajaan," ancam Hicob lagi dan kepala gadis iblis tersebut mengangguk paham akan ucapan Hicob.
Iblis kalajengking itu langsung pergi dari hadapan Hicob untuk menjemput Mona yang ia tawan di gua bawah tanahnya.