Menjadi TKW

3222 Kata
Ica gadis cantik berusia 22 tahun memandang sedih ke arah ibunya yang terbaring lemah di tempat tidur, karena sakit. Partimi 51 tahun, ibu Ica selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Semenjak Sudarto 56 tahun, bapak Ica mengalami stroke. Namun, kini tugas sebagai kepala keluarga beralih ke pundak Ica, karena ibunya mulai sakit-sakitan dan tidak dapat bekerja lagi. "Ica pergi ke warung dulu ya, bu!, untuk membeli obat dan roti buat ibu," pamit Ica kepada ibunya. Partimi menganggukkan kepalanya dengan lemah, ia merasa kasihan kepada anaknya Ica, yang harus bekerja keras di usianya yang masih muda. Ica segera masuk ke dalam kamarnya mengambil uang untuk membeli obat dan roti bagi ibunya. Dibukanya dompetnya, Ia meringis sedih, uangnya hanya tersisa sepuluh ribu rupiah, sementara upahnya sebagai buruh di pabrik garment masih dua minggu lagi. Ica segera pergi ke warung, saat di warung ia bertemu dengan Bude Kasimah seorang TKW sukses, yang baru saja pulang dari bekerja sebagai TKW di Singapura. “Bu lek Lastri, saya beli obat maag sama roti, ini uangnya!," ucap Ica kepada Bu lek Lastri sang Pemilik warung. Bule Lastri kemudian menyerahkan uang kembalian kepada Ica. "Terimakasih, Bu lek," ucap Ica. Ketika Ica akan pergi, Bude Kasimah menanyakan bagaimana keadaan kedua orang tuanya. "Bagaimana keadaan ibumu, bude dengar ibumu sekarang ibumu tidak bekerja lagi di pabrik, ," tanya Bude Kasimah. "Iya bude, ibu sekarang sudah tidak bekerja lagi, karena sering sakit-sakitan," sahut Ica lemah dengan kepala tertunduk. "Ca, apakah kamu mau ikut Bude menjadi TKW di Singapura, kebetulan Tuan tempat Bude kerja sedang mencari Nanny untuk putrinya yang baru berusia 5 tahun. Gajinya besar lho, Ca.Majikannya juga baik kok sama pekerjanya. Sebenarnya, dia itu juga orang Indonesia yang sukses jadi pengusaha di Singapura." Papar bude Kasimah. Ica pun tergiur dengan tawaran Bude Kasimah. "Ica mau bude," ucap Ica antusias. Kemudian Ia tersadar, kalau Ia tidak mempunyai uang sedikitpun untuk biaya berangkat sebagai TKW yang legal ke Singapura. "Sayangnya Ica tidak punya uang Bude, buat biaya mengurus menjadi TKW," ucap Ica sambil menundukkan kepalanya dengan sedih. "Kamu jangan khawatir soal biaya Ca, asisten Tuan sudah berpesan pada Bude, kalau dapat orang yang mau jadi Nanny untuk putri tuan, tuan yang akan mengurus semua keperluan dan biayanya sebagai TKW. Tuan itu kaya sekali, rumahnya kaya gedong, mobilnya juga banyak. Pokoke, kamu bakalan enak tinggal di sana." Mendengar penuturan Bude Kasimah Ica menjadi lega, ia bertekad ketika pulang nanti ia akan menjadi TKW yang sukses, seperti Bude Kasimah dan bisa membahagiakan kedua orang tuanya juga membantu biaya sekolah adiknya. Dengan langkah ringan dan bahagia Ica menuju ke rumahnya yang sederhana. Sesampai di rumah, segera diberikannya obat dan roti kepada ibunya, tidak lupa untuk bapaknya, Ica juga memberikan sepotong roti. Ica lalu menggenggam tangan ibunya, ditatapnya mata sayu wanita tua itu, "Bu, Ica akan ikut bekerja dengan Bude Kasimah sebagai TKW di Singapura. Ica akan bekerja sebagai Nanny untuk putri dari Tuan kaya bu. Ibu dan Bapak ijinkan Ica pergi kerja ya!," pinta Ica berharap agar keinginannya untuk menjadi TKW direstui. Partimi menangis mendengar ucapan Ica, Ia sebenarnya merasa sedih dan berat untuk melepaskan Ica bekerja di luar negeri. Partini membelai lembut kepala Ica, “Ibu mengijinkan kamu kerja sebagai TKW, Nduk. Kamu hati-hati kerja di negeri orang nanti, jangan sampai sakit, karena ibu dan bapak jauh." Nasihat Partimi kepada Ica sambil meneteskan air mata. Sementara Sudarto, ayah Ica hanya menganggukkan kepalanya, tanda bahwa ia menyetujui Ica menjadi TKW, semenjak menderita stroke Sudarto mengalami kesulitan berbicara dan bergerak. Dua minggu kemudian, berkas Ica sebagai TKW legal telah selesai. Hal itu menandakan waktu keberangkatan Ica sebagai TKW telah tiba. Ica berpamitan kepada Ibu, bapak, dan adiknya, Sutomo, (Tomo) 15 tahun. Ica menasihati adiknya agar merawat kedua orang tua mereka dengan baik, "Jaga ibu dan Bapak ya, Mbak pergi kerja jauh, nanti Mbak kirim uang yang banyak untuk keperluan sehari-hari dan biaya sekolahmu.” Sutomo menangis mendengar ucapan Ica, “Iya Mbak, Tomo akan merawat ibu dan Bapak, mbak jangan lupa sering-sering kirim kabar, ya mbak.” Ica hanya mengangguk mendengar permintaan adiknya. Kemudian diserahkannya amplop berisi uang kepada Tomo, “Ini, ada uang gaji mbak, kamu pakai buat keperluan sehari-hari.” Ica kemudian menghampiri ibu dan bapaknya, ia menangis di pelukan ibu dan bapaknya, ada rasa berat meninggalkan mereka semua. Namun, Ia harus melakukannya demi kehidupan keluarganya yang lebih baik. Dengan menumpang pesawat Garuda, aku dan Bude Kasimah tiba di bandara Changi, Singapura pukul 12.00 waktu setempat. Setelah proses bagasi dan pengecekkan dokumen keimigrasian selesai, Aku dan Bude Kasimah menuju parkiran bandara, karena bude kasimah telah memesan taksi untuk kami. Dengan menaiki taksi, aku dan Bude Kasiman menuju ke kediaman keluarga Gregory Anchard. Tak berapa lama Taksi yang kami tumpangi tiba disebuah rumah mewah, lebih tepatnya istana menurutku, karena rumah ini sangatlah megah, dengan bangunan bertingkat dua dan memiliki halaman yang sangat luas, seperti lapangan sepakbola, sungguh membuatku terkagum-kagum. Aku Si Gadis miskin, kini akan merasakan tinggal di rumah yang sangat mewah. Ku pandang takjub bangunan rumah dengan arsitektur modern tersebut. Bude Kasimah menarik lenganku, “Ayo, kita masuk dulu dan bertemu dengan asisten pribadi Tuan Gregory. Tuan jarang ada di rumah, Ia sibuk bekerja dan terkadang bersenang-senang dengan teman wanitanya. Semenjak bercerai Tuan menjadi gila kerja dan suka pergi ke klub malam untuk bersenang-senang dan berkencan dengan wanita yang berbeda-beda, kasihan Nona Muda Liliane, (Lili), kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya.” Cerita Bude Kasimah kepadaku. Saat masuk ke dalam rumah, aku semakin terkagum-kagum melihat interior rumah yang sangat mewah, barang-barang yang adapun dapat dilihat adalah barang barang-barang mahal dan berkualitas tinggi. Bude Kasimah mengajakku naik ke lantai dua menuju ke sebuah ruangan, tiba di depan pintu bercat coklat tua dari kayu jati, ia mengetuk pintu tersebut. Setelah dipersilahkan masuk oleh seseorang yang ada di balik pintu, aku dan Bude Kasimah melangkahkan kaki kami untuk masuk. Begitu memasuki ruangan tersebut, aku terpesona melihat pria yang duduk di balik meja kerja. Pria itu sangat tampan, bola matanya berwarna coklat terang, dan kulit putih bersih. Pria tersebut begitu asyik dengan berkas yang ada di tangannya, Ia seakan-akan tidak peduli dengan kehadiran kami. Aura pria itu begitu maskulin, sehingga membuatku terpesona. Gregory Anchard, pria berkebangsaan Indonesia, berusia 33 tahun, ibunya Jawa tulen dan Daddy nya blasteran Jawa dan Jerman. Ia anak pertama dari dua bersaudara, adiknya menjadi CEO di perusahaan Anchard Company yang ada di Indonesia, sementara ia menjadi CEO di perusahaan Anchard Company yang ada di Singapura. Usaha properti yang ditanganinya di Singapura mengalami kesuksesan, dengan aset yang dimilikinya senilai milyaran dollar, mengantarkannya menjadi salah seorang billionaire yang berpengaruh di Singapura. Kehidupan pribadinya selalu menjadi sorotan, terlebih semenjak perceraiannya ia dikenal sebagai the most billionaire wanted. Ia menjadi incaran banyak wanita, selain karena ketampanannya juga karena hartanya yang berlimpah. Hari ini Greg memutuskan untuk tidak pergi ke kantor, Ia ingin melihat secara langsung wanita yang akan mejadi Nanny bagi putrinya. Ia tidak ingin gegabah dalam memutuskan hal yang berkaitan dengan putrinya. Greg yang sedang asyik dengan berkas di tangannya merasa diperhatikan, hingga Ia mendongak dan menatap tajam wanita yang berdiri dihadapannya. “Sudah puas menatap Saya?, siapa kamu?, dan bagaimana kamu bisa masuk ke dalam ruang kerja saya?.” Tanya Greg dengan tatapan yang tajam dan mengintimidasi ke arah Ica. David, asisten Greg menyela ucapan Greg, silahkan kalian duduk!, kemudian bude Kasimah dapat menjelaskan siapa wanita yang bersama dengan bude ini. Kata David. Ica dan bude Kasimah menatap ke arah Greg seakan meminta persetujuan untuk dipersilahkan duduk. Greg menganggukkan kepalanya, “Silahkan kalian duduk.” “Terimakasih tuan, sahut Ica dan bude Kasimah bersamaan. Ica dan bude Kasimah kemudian duduk di sofa berseberangan dengan David. Ica yang merasa takut mendengar suara Greg yang dingin dan tegas, tidak berani mengeluarkan suaranya, digenggamnya tangan Bude Kasimah. Bude Kasimah yang mengerti dengan ketakutan Ica pun membuka suaranya untuk menjelaskan siapa Ica. “Namanya Khairunnisa Tuan, biasa dipanggil Ica, dia tetangga saya yang akan menjadi Nanny untuk Nona Lili Tuan.” Papar Bude Kasimah. “Jadi namamu Ica, apakah kamu menyukai anak-anak, karena saya tidak mau memperkerjakan seorang nanny yang tidak menyukai anak-anak.” “I...iya tuan,saya menyukai anak-anak. Saya sudah terbiasa membantu ibu menjaga dan mengasuh adik saya dari kecil.” “Mungkin bude Kasimah sudah menjelaskan kepadamu, kalau saya juga adalah orang Indonesia sama sepertimu, sehingga kamu tidak perlu khawatir soal bahasa Indonesia, anak saya terbiasa berbahasa Indonesia.” “Saya mau kamu tidak hanya menjadi nanny bagi putri saya, tetapi juga menjadi temannya untuknya.” “Anak saya sudah bersekolah di junior school, kamu akan ikut mengantar dan menjemput anak saya di sekolah.” “Saya tidak memperbolehkan putri saya untuk bercakap-cakap dengan orang asing, begitu juga dengan kamu nanti saat di sekolah putri saya. Karena sebagai seorang daddy saya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa putri saya.” “Baik tuan, saya mengerti,” jawab Ica kepada Greg. “Hmm, baiklah, kau dapat bekerja sebagai Nanny bagi putriku. Namun, kau harus menjalani masa percobaan selama 3 bulan, apabila selama masa percobaan kau tidak melakukan kesalahan kau dapat menjadi pengasuh tetap putriku. Sekarang kau dapat pergi untuk beristirahat terlebih dahulu, karena saat ini putriku sedang tidur di kamarnya. “Perlu kamu tahu, putriku akan ketakutan kalau ia terbangun dari tidurnya dan tidak ada orang yang ada disisinya. Nanny nya yang dahulu selalu menemani putriku tidur dan saya mau kamu melakukan hal yang sama. “Sekarang kalian dapat keluar dari ruangan saya.” “Baik Tuan, kami permisi, pamitku dan Bude kasimah. Kami berdua kemudian pergi meninggalkan ruangan Tuan Gregory. “Bagaimana menurutmu dengan gadis itu, Ia cantik bukan, goda David kepada Gregory, bos sekaligus sahabat karibnya. “Aku dapat melihat matamu tidak berkedip melihat gadis itu, meski pura-pura bersikap dingin dengan gadis itu. Namun, sebagai seorang sahabat yang sangat mengenalmu, aku tahu kalau kamu menyukai gadis itu.” “Sebagai lelaki normal tentu saja aku menyukai keindahan, dan yup, gadis itu cantik, kurasa wajar kalau aku menyukai untuk melihat sesuatu yang cantik bukan?” kata Greg. “Yeah, kamu tidak usah ditanya soal wanita cantik, karena koleksi wanita mu sudah melebihi kuota kewajaran,” canda David kepada Greg, “Greg melempar gumpalan kertas ke arah David, sialan kamu. Kamu pikir aku playboy.” “Bukannya memang benar kalau kamu adalah seorang playboy, apakah kamu sadar dalam sebulan berapa kali kamu berganti teman wanita.” “Aku bukannya seorang playboy, aku hanya menyeleksi wanita yang tepat untuk menjadi teman hidupku.Kalau tidak cocok mengapa harus dilanjutkan.  “Hmm, jawaban diplomatis seorang playboy professional, yang aku tidak mengerti mengapa wanita-wanita masih banyak yang antri untuk menjadi kekasihmu, meski mereka mengetahui reputasimu yang berkaitan dengan wanita. Kau berganti wanita bagaikan berganti pakaian dalam.” Ejek David. “Sialan kau, reputasiku tidaklah seburuk itu dengan wanita. Mereka berebut untuk menjadi kekasihku, karena ketampananku dan juga kekayaanku yang berlimpah, serta kedermawananku dalam memberikan hadiah perpisahan berupa...” ‘Sebongkah berlian!!!,” ucap Greg dan David bersamaan. Mereka kemudian tertawa bersama. “Sudah...sudah mari kita kembali bekerja untuk mendapatkan pundi-pundi dollar lebih banyak. Jujur dalam hatinya, sebenarnya Gregory merasakan ketertarikan dengan Nanny putrinya tersebut. Saat matanya bersirobok dengan tatapan Ica yang lembut, senyum manis dibibirnya dengan kedua lesung pipitnya membuat hati Greg terasa berdebar tidak karuan. Bude Kasimah mengantarkan Ica ke kamarnya, yang terletak di ujung tangga. Setelah mengantarkan Ica menuju ke kamarnya bude Kasimah pun berlalu untuk menuju kamarnya, untuk beristirahat. Ica menempati sebuah kamar khusus, yang di peruntukkan baginya sebagai Nanny putri sang tuan billionaire. Kamarnya dilengkapi dengan pintu penghubung yang dapat menghubungkannya secara langsung dengan kamar yang ditempati anak asuhnya. Ica melihat-lihat keadaan kamarnya, ia terkagum-kagum dengan luasnya kamar dan fasilitas yang ada di dalam kamar tersebut. Cat kamar itu di d******i dengan warna biru laut yang menenangkan.   Kamarnya dilengkapi dengan lemari pakaian yang sangat besar, tempat ia meletakkan pakaiannya. Ica terkekeh, “Besar sekali lemari ini, sementara pakaianku tidak seberapa jumlahnya.” Ica lalu melangkahkan kakinya menuju ke sebuah ruangan yang ternyata kamar mandi. Begitu pintu kamar mandi dibuka, iapun berseru kagum, “Wow!, mewah sekali kamar mandinya, dan dilengkapi dengan bath up dan juga shower,” jerit Ica penuh kekaguman. Sungguh kemewahan yang belum pernah Ia rasakan. Ia ingin mencoba untuk mandi berendam dalam bak, seperti di film-film. Ia segera mengisi bath up dengan air hangat, setelah air dirasanya cukup banyak dituangkannya sabun aroma therapy ke dalam bath up, iapun kemudian berendam dalam lautan busa sabun. Aroma sabun yang menenangkan membuat Ia terbuai, dan tanpa sadar ia terlelap di dalam bath up. Liliane, terbangun dari tidur siangnya, Ia menjerit karena tidak menemukan satu orangpun di sampingnya. Gregory yang kebetulan melewati kamar putrinya segera membuka pintu kamar itu. Iapun menggendong putri kecilnya, “Ada apa dengan putri Daddy, kenapa menjerit?, Kau mempunyai seorang Nanny yang baru, Ia yang akan mengasuh dan mengajakmu bermain selagi Daddy bekerja untuk mencari uang. Lili, yang masih kecil hanya mengangguk-angguk mendengar ucapan Daddy nya. Dengan suara yang masih belum sempurna, ia berucap, “Nanny, main boneka.” Gregory yang gemas dengan putrinya, lalu ia menciumi pipi chubby putrinya itu. “Iya, Lili akan bermain boneka dengan Nanny.” Tak lama kemudian Soraya, pelayan yang untuk sementara merangkap sebagai nanny Lili untuk sementara,selama belum ada nanny yang baru tiba di kamar Lili. “Maaf Tuan, saya tadi sedang membersihkan kamar dan tidak mengetahui kalau nona Lili sudah bangun,” ucapnya. “Ya,” ucap Gregory datar, Iapun kemudian menyerahkan Lili ke dalam gendongan Soraya. Soraya segera membawa Lili ke luar dari kamarnya untuk bermain di halaman samping rumah dekat dengan kolam renang. “Kemana gadis itu?, mengapa ia tidak mendengar jeritan Lili,” gumam Greg. Ia segera melangkahkan kakinya menuju pintu penghubung yang menghubungkan kamar Lili dan kamar Nanny nya. Ceklek, “Tidak terkunci,” gumam Greg. “Sepi sekali, kemana gadis itu, baru diterima bekerja ia sudah lalai dengan pekerjaannya,” ucap Gregory dalam hatinya. Dipanggilnya nama Ica. Namun, tidak ada sahutan dari Ica. “Kemana sebenarnya gadis itu,” gerutu Greg kesal. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi, dilihatnya Ica sedang berendam di dalam bath ub, dengan mata yang terpejam, dan tubuhnya tertutup oleh busa sabun dengan kepalanya merosot hingga hampir tenggelam ke dalam bath up. “Gadis ini begitu cantik, dan ia tidak menyadari kecantikkannya, ia begitu merasakan kedamaian hingga terlelap di dalam bath up, dan melupakan sekitarnya,” gumam Greg, “Benar-benar gadis yang ceroboh.” Setelah kekagumannya melihat wajah Ica yang cantik hilang, Greg mengumpat kasar, “Sial!, apa yang dilakukan gadis ini berendam dalam bath up sambil tidur. Apakah ia tidak tahu hal itu berbahaya.” Dengan langkah tegap dan mantap Greg menuju ke arah Ica, digoyangkan nya kepala Ica dengan kasar hingga terbangun. Ica yang merasa terusik dari tidurnya pun terbangun. Tanpa sadar kalau dirinya berendam tanpa sehelai pakaian, Ica bangkit dari berendamnya. Matanya indahnya membelalak terkejut, ketika matanya bertatapan dengan mata tajam Gregory yang menatap dirinya. “Akh!!!,” jerit Ica malu, ia baru tersadar kalau ia dalam keadaan telanjang. Seluruh tubuh dan wajahnya menjadi merah, karena malu. Ia lalu kembali menenggelamkan tubuhnya ke dalam lautan busa sabun. Greg yang berdiri sangat dekat dengan Ica,yang awalnya merasa marah karena Ica tertidur di dalam bath up terkekeh geli. Wajahnya menampakkan senyuman yang sangat menawan dan memikat siapa saja yang melihat senyumnya yang sangat jarang diperlihatkan. “Saya mohon Tuan, agar keluar anda dari kamar mandi Saya,” cicit Ica, dengan ketakutan dan perasaan malu, karena dilihatnya Gregory berdiri sangat dekat dengannya. Ica semakin menenggelamkan tubuhnya ke dalam busa sabun, “Saya akan berteriak, kalau Tuan berani macam-macam!,” ancam Ica kepada Greg. “Siapa bilang ini kamar mandimu, ini adalah rumah saya,dan seluruh ruangan yang ada di rumah ini adalah milik saya. Lagipula ini adalah keteledoranmu, yang tidak mengunci pintu saat mandi. Kalau kau mengunci pintu dan juga mendengar panggilan saya, saya tidak akan mendapatkan rejeki melihat seluruh tubuh...te..”belum selesai Greg berkata-kata, ia sudah dipotong dengan jeritan Ica. “Tuan!!!,” jerit Ica semakin malu, karena diingatkan Greg kalau ia telah memperlihatkan tubuhnya. “Tapi,selamasaya disini, ini adalah kamar saya dan tuan tidak berhak untuk sembarangan memasuki kamar saya.” Greg hanya mengabaikan perkataan Ica. “Mengapa kamu harus malu, Ca.Tubuhmu indah dan saya sebagai lelaki normal penyuka keindahan, menyukai apa yang ada pada tubuhmu,” papar Greg sambil mengedipkan matanya.  Tuan, saya mohon keluarlah!. Namun Gregory bergeming, Ia malah berjongkok dan berbisik di telinga Ica, teruslah berteriak. Namun, tidak ada satu orangpun yang akan mendengar suaramu, ruangan ini kedap suara,” ucap Greg sambil terkekeh geli melihat kepanikan Ica. Ica berusaha mendorong Gregory dengan kedua tangannya. Namun, usahanya sia-sia, karena tubuh dan tenaga Greg yang lebih besar darinya. Greg hanya terkekeh geli melihat tingkah Ica yang berusaha mengusir dirinya, tanpa disadarinya tindakannya tersebut membuat mata nakal Greg kembali dapat melihat tubuh indah bagian atasnya dengan leluasa. “Kau tahu honey, aku sebenarnya hanya ingin mengingatkan tugasmu sebagai seorang Nanny, apakah kau tahu kalau anak asuhmu tadi menjerit dan menangis, karena tidak ada satu orangpun di sampingnya, sementara Nanny nya malah asyik berendam hingga ketiduran.” “Namun, aku tidak keberatan untuk mengabulkan fantasi nakalmu tentangku, kau membayangkan melakukan hal yang ena-ena denganku bukan?.” Ucap Greg berbisik di telinga Ica. Ia lalu menjentik hidung Ica dan mengecup sekilas bibir Ica, kemudian bangkit berdiri. “Namun, sayangnya aku harus bekerja dan menghasilkan jutaan dollar, tidak sepertimu yang bermalas-malasan, bukannya bekerja mengasuh putriku,” ucap Greg dengan sombong. Setelah Greg meninggalkan kamarnya, Ica segera keluar dari dalam bath up dan membilas tubuhnya di bawah guyuran air shower. “Mengapa tuan Greg harus menemukan dalam keadaan memalukan seperti ini, dan kenapa juga bisa-bisanya aku tertidur,”gumam Ica kesal dan marah kepada dirinya sendiri. Merasa tubuhnya sudah bersih dari busa sabun, Ica segera berpakaian. Pakaian yang dimiliki Ica hanyalah pakaian sederhana yang sudah pudar warnanya, akibat terlalu sering dipakai dan dicuci. Ica mengoleskan bedak tipis ke wajahnya, tanpa lipstick. Rambutnya yang sebahu di ikatnya menjadi satu. Ica melangkahkan kakinya menuju ke kamar Lili, dilihatnya tidak ada seorangpun di sana. “Di mana nona Lili,” gumam Ica. Ah, mengapa aku tadi lupa bertanya kepada tuan, dimana nona Lili berada. tapi tidak mungkin juga aku bertanya kepada tuan, saat keadaanku sendiri dalam keadaan memalukan,” gumam Ica pada dirinya sendiri. Ia kemudian keluar dari kamar Ica, ia bingung membuat pilihan apakah Lili ada di bawah atau masih berada di salah satu kamar yang ada di rumah ini. Ica mengambil keputusan untuk mencari keberadaan Lili disalah satu ruangan yang ada dilantai dua. "Akh mungkin nona Lili bermain di sekitar kamar yang ada di lantai dua, sebaiknya kususuri saja ruangan yang ada di sini." “Gila banyak sekali kamarnya, kasihan yang bertugas membersihkan rumah tuan Greg, ia pasti kecapekan,” pikir Ica. Ica terus melangkahkan kakinya mencari keberadaan Lili, sambil berjalan di cobanya membuka beberapa pintu kamar yang dilewatinya, berharap Lili akan ada di salah satu kamar tersebut. Hingga tibalah ia di depan sebuah kamar dengan pintu berwarna merah muda, “Semoga nona Lili ada di sini." Gumam Ica. Namun, alangkah terkejutnya Ica, begitu membuka pintu tersebut, dilihatnya berjejer mainan dan boneka dengan rapi. Ica melangkahkan kakinya menuju ke ruangan tersebut. Diambilnya sebuah boneka panda dengan ukuran yang sangat besar, lalu dipeluknya boneka panda itu dan diciumnya. “Hmm, boneka ini wangi sekali!, Ica merasakan hawa dingin di belakangnya, dengan perlahan Ica membalikkan badannya, matanya membulat begitu melihat siapa yang berdiri di belakangnya. Hingga boneka yang dipegangnya terjatuh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN