07. TERGANGGU

1069 Kata
SAMBIL berjalan menuju kelasnya, tepatnya di koridor, semua siswa nampak melongo dengan pandangan yang mengarah pada Faren saat cewek itu melintas. Banyak yang mendelik dan bersorak, tidak sedikit pula yang diam mematung, yang diam-diam mencibir pun ada. Itu semua karena Feron berada di dalam gaetan tangan Faren. "Hallo semuanya?" sapa Faren sambil melambaikan tangannya pada cewek-cewek di sekitarnya yang sampai detik pun sungguh cengo dengan sikap Faren. Feron yang berada tepat di samping Faren hanya memutar bola matanya. Setiap sorot mata yang dilayangkannya, terlihat sangat dingin dan begitu menusuk. Sampai-sampai semua orang tidak berani menatap Feron lebih dari lima detik. Hanya ada satu manusia barbar yang berani dan bahkan sudah mengklaim Feron menjadi calon suaminya, yaitu Faren. "Yaah udah sampai kelas aja, cepet banget! Biasanya juga lama," sungut Faren sebal ketika kakinya berhenti di depan kelasnya. Bibirnya mengerucut ke depan. Biasanya saja, Faren selalu kelelahan dan merutuki kelasnya yang jaraknya jauh. Tapi kali ini ia malah merasa sangat cepat sekali sampai di kelasnya. "Feron di sini aja deh dulu, gurunya Faren juga belum nongol. Mau ya? Mau dong! Nanti Faren kasih pantun yang enak di denger, oke?" Dengan wajah penuh berbinar cerah, Faren menatap lurus ke arah wajah Feron. "Gue mau ke kelas!" ucap Feron to the point. Ia kemudian menajamkan sorot matanya, sebelum akhirnya tubuhnya berbalik, berjalan menjauh dari kelas Faren dengan tas yang menyampir di salah satu bahunya, sedangkan satu tangannya masuk ke dalam saku. "Eh Fegan!" panggil Faren keras. Entah kenapa, kali ini Feron menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang, berbeda seperti biasanya yang memiliki kepribadian cuek dan bodo amat menanggapi sesuatu. Seraya menaikkan satu alis tebalnya ke atas, Feron diam tidak merespons. Memberikan kesempatan Faren untuk kembali berkata. Sebenarnya Feron tidak usah memalingkan wajahnya saja tidak apa-apa karena Faren saja yang memanggil dengan sebutan aneh itu. Dan apa itu artinya? Feron ganteng? "Nanti istirahat Fegan ke kantin, ya? Faren bakal traktir es degan. Oke? Kalo Fegan berani nolak, detik ini juga Faren bakal seret Fegan ke kantor KUA!" teriak Faren kencang, mengundang gelak tawa beberapa siswa yang tidak sengaja lewat. Feron mendengkus kasar, ia menggelengkan kepalanya karena bingung dan tidak habis pikir mengapa ia bisa dipertemukan dengan cewek tidak jelas seperti Faren. Hidupnya yang berantakan, semakin berantakan saja! "Ya ampun, jantung Faren terasa mau copot aja. Nggak pa-pa deh dingin minta ditabok gitu, yang penting ganteng hehehe ..." cicit Faren diiringi kekehan ringan, setelah Feron tercintanya sudah menghilang dari penglihatannya, Faren pun menghela napas kecewa. Lalu ia berjalan memasuki kelas. Namun, baru saja tiga langkah memasuki kelasnya. Bola mata Faren seketika membola karena sungguh terkejut. Di hadapannya sudah ada Andi, cowok yang tergila-gila kepadanya dan tidak pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Faren. Faren masih dibuat bingung dan kesal dalam satu waktu. Pandangannya kemudian beralih kepada seluruh teman kelasnya yang bukannya membantu mengusir Andi dari dalam kelas karena cowok itu bukan asli penduduk kelas sini, semua malah terkikik geli dan senang dunia akhirat melihat Faren direcoki oleh si Andi. "Mau ngapain sih Andi ke sini? Nggak jelas banget, Sana pergi ke kelas!" usir Faren blak-blakan, tidak merasa kasihan sama sekali kepada Andi. "Oalah adek abwang yang cantik jelita, abwang baru masuk kelas kok udah marah-marah sih! Seharusnya peluk dulu sini." Andi sudah menjulurkan kedua tangannya, untuk menyambut pelukan Faren, si pujaan hatinya. Faren bergidik ngeri, ia malah mundur satu langkah alih-alih maju dan menerima pelukan dari cowok dihadapannya ini. "Nggak! Yang boleh peluk Faren itu cuma bebeb Fegan! Nggak ada yang boleh peluk selain Fegan! Termasuk si item." "Siapa itu si item?" tanya Andi merasa kebingungan sendiri. Faren memutar bola matanya malas, "Andi lah, siapa lagi? Buruan sana pergi! Faren nggak suka lihat Andi, kita nggak pacaran, Faren juga udah nolak Andi. Jadi sebelum Faren keluarin jurus ular bertelur, Andi sebaiknya minggat sekarang juga!" omel Faren. "Ampun deh, punya calon bini galak bener! Kalo kita belum pacaran, gimana kalo sekarang kita nikah aja? Ke KUA sekarang aja gimana? Biar nanti malam bisa langsung abwang garap!" Andi tersenyum menggoda, menaikturunkan alisnya. Ia bahkan menyisir rambut tebalnya menggunakan sela-sela jarinya. "Udah jelek, item pula! Sok-sokan cool gitu lagi! Jijik tauk, mending Andi pergi aja deh. Jangan gangguin Faren terus, biarin hidup Faren tenang." "Faren sayang, abwang udah datang jauh-jauh ke sini lho, masa kejam gitu sih? Ngusir segala lagi! Padahal nih lihat, abwang bawain bunga kesukaan adek Faren," ujar Andi, lalu tangannya mengambil buket bunga yang ia letakkan di atas meja guru, dan langsung menyerahkan kepada sang princess hatinya. Faren menolak mentah-mentah pemberian Andi tersebut. Ia malah berjalan untuk menuju bangkunya, namun Andi tidak membiarkan Faren pergi segampang itu, ia menghadang setiap Faren melangkah. "Eits ... Nggak boleh pergi. Ini terima dulu bunganya, ada suratnya juga lho didalamnya, nanti jangan lupa baca, ya?" "Faren nggak suka bunga!" tegas Faren. Matanya menyorot Andi tidak bersahabat. "Nah, masa sih abwang salah? Bukannya dedek Faren suka bunga, ya?" "Dulu emang suka! Tapi sekarang udah enggak! Sekarang Faren sukanya cuma sama Feron ganteng tiada kira yang itu." Ucapan Faren dibalas Andi dengan senyuman kecut, disusul oleh tindakan dramatis dengan mengelus dadaanya. Ekspresi wajahnya juga dibuat semenyedihkan mungkin. "Sakit hati abwang dek, tega kali engkau ngomong kayak gitu, sakit nih hati abwang. Feron emang ganteng, tapi abwang juga nggak kalah ganteng kok. Lihat ini mukanya, mirip Sehun Blackpink!" "Nggak! Muka b***k macam t*i ayam gitu, gantengan Fegan ke mana-mana kali. Nggak usah ngehalu jadi ganteng deh, muka kayak gitu udah cocok dipasang di muka Andi." "Kejam banget sama abwang, peluk dulu sini biar abwang nggak ngerasa sedih. Adek nggak tahu kalo ucapan dek Faren barusan udah masuk ke body shamming? Nggak boleh kayak gitu lho, mau masuk ke penjara?" Faren mendengkus kesal, "kalo dipenjara bisa jauh-jauh dari Andi, Faren sih mau aja," jawabnya enteng. Mendengar hal itu, Andi seketika saja tersedak ludahnya sendiri. Konyol memang ucapan Faren, tapi begitu menyayat hati. Tapi Andi tidak bisa menyerah untuk mendapatkan Faren, meskipun sudah beberapa kali di tolak, ia akan terus berjuang. "Jahat bener, nggak boleh gitu sama calon ayah anak-anak kita nanti, nggak baik. Dosa lho, mau masuk ke neraka?" "Dih ... mana sudi Faren nikah sama Andi. Udah item kayak gorengan gosong, nggak ada akhlak pula! Faren itu cuma milik Feron! Mutlak, nggak boleh dibagi-bagi sembarangan. Mendingan Andi keluar kelas aja sana, bentar lagi bel udah mau bunyi." Faren mengibaskan tangannya, secara terang-terangan ia mengusir Andi dari dalam kelasnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN