S1 Chapter 01 – Jatuh dari Ketinggian dan Diserang Pasukan Robot

1323 Kata
Season 1 Nightmare and Escape Kellion membuka mata dengan rasa sakit yang menusuk kepala. Dunia berputar liar di sekelilingnya. Angin menderu, benda-benda beterbangan di sekitarnya, dan suara ledakan masih bergema di telinganya. “Sial, apa yang terjadi? Kenapa bisa ....?” “Tunggu dulu ...” Kellion yang saat itu sedang merasakan sakit di kepala, ia tiba-tiba menyadari sesuatu, saat ini seluruh tubuhnya tak menyentuh apa pun. “Apa aku sedang jatuh bebas?” tanyanya di dalam kepala. Ya, saat ini ia berada di ketinggian, jatuh bebas dari atmosfer menuju ke permukaan Bumi, sekelilingnya adalah cakrawala yang luas dan membentang. Di bawah sana, daratan jaraknya masih cukup jauh. Bukan hanya dirinya, di sekelilingnya terdapat beberapa hal yang jatuh bersamanya, beberapa escape pod, bongkahan berbentuk puing berada di sekitarnya. Begitu juga dengan beberapa unit robot yang terbang dari kejauhan. “Sial! Apa-apaan ini?!” seru Kellion, dia yang baru mempelajari situasinya saat ini, langsung bergerak cepat, di depannya, tepat di bawah sana, sebilah pedang ikut jatuh, itu adalah senjatanya, ia berusaha meraih senjata tersebut. “Ayolah, dapat!” Kellion mengulurkan tangan, bahkan dia meluruskan tubuhnya ke bawah agar mempercepat jatuhnya. Bersamaan dengan robot-robot yang mulai melepaskan tembakan, Kellion berhasil menangkap pedang tersebut. “Got it.” Dengan sebongkah puing yang ada di dekatnya, ia menjadikan benda itu pijakan lalu melompat jauh ke samping untuk menghindari tembakan beruntun tersebut. “Kenapa aku tiba-tiba berada dalam situasi seperti ini coba? Selain itu .... kenapa robot-robot ini menargetkanku?!” tanya Kellion tatkala memperhatikan keadaan sekitar. Ia berusaha mempelajari keadaan, dia berusaha mencoba mengingat, tapi semuanya nihil. Ia tak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi sampai berakhir seperti ini. Saat melihat tembakan beruntun dilepaskan oleh para robot, Kellion menggelengkan kepalanya, bukan saatnya untuk memikirkan semua itu tatkala bahaya tepat berada di depannya. “Terserahlah. Mereka harus tahu kalau melawanku adalah hal yang salah.” Kellion bicara pada dirinya sendiri. Naluri bertahan hidupnya langsung menguasai dan memicu melakukan perlawanan. Dengan gerakan cepat, dia memutar tubuhnya di udara, sampai akhirnya mendarat di atas sebuah escape pod, menjadikan benda itu sebagai pijakan sementara. Setelah mengira-ngira dan memasuki momen yang tepat, Kellion melompat ke atas menuju beberapa robot yang menembakinya. “Makan ini!” seru Kellion yang langsung melepaskan serangan. Ayunan tebasannya langsung membelah dua robot yang tak sempat mengelak, serpihannya beterbangan. Dalam keadaan masih memelesat, Ia melanjutkan serangan berikutnya ke arah robot lain yang berada dalam jangkauannya. “Berhenti menembakku!” seru Kellion, pedangnya menebas salah satu robot yang mendekat. Dan robot berikutnya terbelah dengan sekali serangan. Baru saja hendak bicara untuk mengumpat pada robot yang baru saja dirinya belah, tiba-tiba beberapa tembakan laser merah tertuju ke arahnya. “Woah, astaga.” Kellion yang mulai jatuh bebas tertarik gravitasi, ia buru-buru menggunakan pedangnya untuk menangkis setiap tembakan tersebut. Badan pedang seketika menjadi perisai, terkena serangan beruntun lalu terciptalah ledakan membuat Kellion jatuh lebih cepat dengan posisi punggung lebih dulu. Para robot tak berhenti, satu-persatu terus bergerak mengejar. Sedangkan Kellion yang baru saja meledak, dia sama sekali tak mendapatkan cedera. “Cih, bertarung dalam posisi jatuh sangat merepotkan. Apa, sih yang sebenarnya terjadi?” Perhatian Kellion yang sedang jatuh teralih pada pasukan robot yang sedang menembakinya. “Yang benar saja.” Kellion membentur pelan sebuah puing logam yang jatuh bersamanya. Ia menapakkan tubuhnya pada puing tersebut, lalu bergegas bersalto ke belakang bersamaan dengan beberapa peluru laser yang melesat ke arahnya. Kellion lanjut melompat ketika serangan lebih banyak dilepaskan. Dalam keadaan melayang tersebut, di tengah banyak benda yang berjatuhan, terjadi ledakan beruntun, ujung mata Kellion kemudian melihat satu unit robot menembakkan peluru berenergi tepat di bawahnya, menciptakan ledakan yang hampir menghempaskannya. Kellion menekuk tubuhnya, mendarat di pod yang pecah sebagian, memantulkan energi ledakan itu untuk melontarkan dirinya ke atas, lalu menebas dua robot sekaligus sebelum mereka sempat menembak lagi. Sebuah pod kosong bergerak jatuh di sampingnya. “Bagus, itu kosong.” Kellion menangkapnya di udara dengan satu tangan, memutarnya, lalu melempar ke arah robot-robot yang menutup jarak. Benturan itu menghancurkan beberapa robot sekaligus. Untuk sesaat, Kellion melindungi wajahnya dari cahaya ledakan serta sepihan yang beterbangan, kemudian dia terkesan oleh kekuatan lemparannya yang ternyata kuat. “Wow, tak kusangka aku punya tenaga sekuat itu.” Meski begitu, ternyata masih ada beberapa robot yang tersisa dan terus terbang mengejar, bahkan ada yang menargetkan pod yang ada isinya. Melihat itu, Kellion langsung kembali serius. “Bukan waktunya terkesan.” Dia menukik rendah saat pod lain melewati arahnya, memanfaatkan dorongan udara untuk berputar, ia menebas robot yang mengejar. Tidak lama kemudian, beberapa robot mencoba mengepungnya dari udara. Kellion menendang serpihan logam, memantulkannya ke arah robot di atas, membuat mereka kehilangan keseimbangan. Dia menukik lagi, mengayunkan pedang ke arah robot lain yang kebetulan berada di bawah, memotong robot itu menjadi dua bagian. Saat sebuah pod yang besar mulai berputar liar di dekatnya, Kellion meloncat, memanfaatkan putaran itu untuk berayun ke udara, menebas robot yang menembak dari jauh. Ledakan kecil melemparkan serpihan logam ke arahnya, tapi dia menahan tubuhnya, memutar di udara, dan menggunakan serpihan itu sebagai tameng untuk menahan tembakan berikutnya. Satu dua robot berhasil ditebas, sampai beberapa detik kemudian ia melihat salah satu unit robot berusaha membongkar salah satu escape pod yang ada isinya. Keadaan di diperparah saat Kellion yang masih jatuh tak menemukan apa pun di sekitarnya untuk dilemparkan. “Sial.” Terpaksa, Kellion menggunakan pedangnya, dia melemparkan senjata itu yang langsung kena sasaran, pedang itu berputar beberapa saat sebelum kemudian berakhir menancap di d**a robot tersebut membuatnya hancur seketika. *** Pada waktu yang sama, di lokasi yang berbeda. Arachielle berdiri di permukaan pesawat yang oleng, saat ini pesawat yang menjadi pijakannya sedang jatuh bebas, rambut dan pakaiannya berkibar. Di sekitarnya banyak robot terbang yang mengejar. Angin menerpa kencang, serpihan logam beterbangan di udara, dan suara alarm pesawat yang rusak bergema di telinga. Pesawat yang menjadi pijakannya ini sudah retak di beberapa titik, bagian badan pesawat mulai mengelupas. Dengan katananya di tangan, ia menebas robot yang terbang mendekat, menghancurkan tubuh robot itu dengan sekali serangan jarak jauh. Itu adalah serangan pembukaan, di kejauhan masih banyak robot-robot yang terbang mendekat, Arachielle hanya mendesis tak senang melihat pemandangan tersebut. Serangan datang dari segala arah—atas, samping, bahkan dari bawah yang menembak melalui celah pesawat. Arachielle melompat dari bagian atas ke badan pesawat tatkala tembakan dilepaskan, mendarat di bagian yang masih kokoh, memantulkan momentum tubuhnya untuk menebas robot yang bergerak cepat. Seiring pesawat oleng ke kiri, Arachielle berguling di atas permukaan yang retak, mengayunkan katananya menebas robot yang mencoba mendarat. Bagian logam pesawat yang mengelupas tak menjadi penghalang—ia menggunakannya sebagai pijakan untuk meloncat ke arah lain, bahkan melempar serpihan logam untuk memotong robot lain yang terbang mendekat ke arahnya. Beberapa robot berusaha menyerang dari udara, meluncur di udara. Arachielle memutar tubuhnya, melompat dari bagian atap pesawat yang oleng, memanfaatkan gaya gravitasi pesawat yang miring, lalu menebas robot dengan ayunan katananya. Saat sebuah lempengan logam dari bagian pesawat hampir terlepas, Arachielle menahan tubuhnya di tepi dengan satu tangan, menggunakan kaki dan katananya untuk menangkis serangan robot yang datang dari arah depan. Kemudian, lempengan logam itu terlepas terbang menabrak salah satu robot. Ledakan kecil dari peluru energi memantul dari logam pesawat, namun Arachielle bergerak cepat, memutar tubuhnya di udara, dan berlanjut dengan melepaskan serangan yang akurat, tebasannya menghasilkan sayatan yang memotong robot meski dilepaskan dari jarak jauh. Robot yang mencoba menyerangnya dari samping jatuh ke udara, dihantam ayunan katana Arachielle. Sebuah ledakan kecil dari peluru yang mengenai serpihan pesawat membuat bagian itu memantul ke arah musuh lain, dan Arachielle menebas serpihan itu sebelum menabrak robot di dekatnya. Arachielle melompat ke sisi lain pesawat yang masih kokoh, mengayunkan katananya, menebas robot yang mendekat dari udara. Pada saat itulah, beberapa robot melepaskan tembakan secara bersamaan. Hal tersebut menciptakan serangan beruntun yang tampak seperti hujan yang menghantam pesawat. Karena serangan tersebut, ledakan demi ledakan pun tercipta. Beberapa bagian pesawat terkelupas, Arachielle terlempar menjauh dari pesawat t ersebut, salah satu pod keluar dari pesawat, jatuh ke arah Arachielle. “Sial.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN