~happy virus~ JUNA membelai pipi gadis di rengkuhannya itu. Ada senyum terkembang di sana. Lalu mengecup puncak kepalanya, mendekapnya erat. "Jangan pergi, Dee." desisnya. "Pergi kemana?" Dee membuka matanya. "Udah bangun?" "Hm... dari tadi, cuma enak aja dipelukin kamu." "Dee, seudah kita merit kita harus konsisten beraku-kamu ya?" Dee menyusupkan kepalanya ke d**a Juna, lalu mengangguk. "Nggak enak ah. Enakan lo-gue, ggak ada beban. Tapi oke, kalo ntar aku marah pake lo-gue lagi," sahutnya. "Emang kenapa sih, kamu marah-marah mulu?" tanya Juna. "Banyak faktor," "Kamu marah juga sama aku?" Juna meraih jemari Dee. Lalu menautnya. "Dikit," "Kenapa?" "Karena kamu jadi pembohong, Jun." Juna menatap Dee kelam. Aku pembohong? Juna memang tak dapat mengelak akan tuduhan istri

