2. IKD

1690 Kata
Keesokan harinya Akbar dan Gista kembali dengan aktivitas seperti biasa. Gista dengan kegiatan barunya yang baru beberapa bulan dia jalani setelah lulus yaitu menjadi salah satu dokter coas di rumah milik ayahnya. Pagi ini Gista berangkat bersama dengan Akbar dan selama perjalanan menuju rumah sakit tak henti-hentinya Gista mengajak ngobrol Akbar walaupun selalu ditanggapi singkat oleh Akbar tak membuat Gista berhenti bicara karena ia paham kalau tunangannya itu orang yang irit bicara. Sesampainya dirumah sakit Gista langsung menggandeng lengan Akbar, namun langsung Akbar lepas. “ Gis ini bukan dirumah, ini rumah sakit ngga enak dong diliatin banyak orang.” Larangnya, namun tak membuat Gista menyerah. “ Ya ngga papa dong mas, lagian orang rumah sakit pun juga udah tahu kan kalau kita tunangan jadi ngga perlu ditutup-tutupin lagi dong.” Jawabnya yang kembali menggandeng lengan Akbar. “ Aku juga ngga nutup-nutupin tapi banyak pasien juga kita juga harus jaga etika kerja dong ini kan masalah pribadi kita.” Balas Akbar lagi memberi pengertian pada Gista yang keras kepala ini. “ Iya deh …. Iya Gista ngalah.” Jawabnya dengan lirih dan melepaskan tangannya. “ Tapi mas Akbar nanti makan siang bareng Gista kan.” Tanyanya. “ Ngga janji Gis, liat nanti aja.” Jawab Akbar dan langsung berlenggang pergi meninggalkan Gista yang masih berdiri diparkiran seperti patung. “ GISTA.” Panggil Fina yang baru sampai. “ Pagi Fin” Sapanya dengan muka sedih “ Pagi juga, kok muka pagi-pagi udah cemberut aja pasti gara-gara tunangan kamu kan.” Tebaknya dan Gista mengangguk dengan lemah. “ Hmmm… mas Akbar ngga mau jalan bareng masuk kerumah sakitnya, katanya dia ngga enak diliatin banyak orang.” Jawabnya yang justru mendapatkan tawa dari sahabatnya itu. “ Ya jelas lah Gis, dokter Akbar gitu lho emangnya si Farhan mau aja yang nempel terus ke kamu walau dulu udah berkali-kali ditolak. Sabar aja Gis namanya juga tunangan sama manusia es yang dinginnya melebihi kulkas.” Balas Fina sambil menarik tangan Gista untuk masuk. Namun mereka berdua tak heran lagi melihat banyak mata yang memandang kearah mereka. Apalagi cara para dokter dan perawat wanita memandang kearah Gista itu adalah pandangan seperti tak suka. Jelas mereka semua tak suka karena apa laki-laki pujaan rumah sakit akhirnya akan melepas masa lajangnya. “ Gis … liat tuh mereka ngliatin kamu gitu amat sih kaya mau nerkam kamu tahu ngga.” Bisik Fina sambil menarik baju Gista. “ Iya sih tapi udah ah biarin aja namanya juga iri sama aku.” Balas Gista tetap berjalan dengan percaya diri walau sebenarnya dia pun tak nyaman dengan pandangan semua orang padanya. Gista telah sampai di poli anak, dan disana dia disambut dengan baik dan semua mengucapkan selamat atas pertunangannya. Memang tak semua diundang keacara pertunangan mereka karena Akbarlah yang melarang, baginya ini hanya acara pertunangan bukan acara besar jadi tak perlu terlalu diumbar-umbar. Baru nanti kalau acara pernikahan itu terserah Gista mau mengundang berapa banyak orang. “ Selamat ya Gista.” Ucap Dokter Mawar, mentor Gista di rumah sakit ini. “ Makasih dok.” Jawabnya dengan malu-malu. Setelah itu Gista kembali melakukan aktivitasnya sebagai dokter coas. Memang awalnya Gista lebih tertarik pada hukum namun semua berubah saat dirinya tahu bahwa kakaknya itu akan menjadi seorang dokter. Gista selalu membayangkan betapa kerennya Akbar saat menggunakan jas putih. Dan apalagi saat para wanita nanti banyak yang mendekatinya. Jadi dia memutuskan dan bertekad juga ingin mengambil jurusan kedokteran agar bisa selalu bersama Akbar. Namun setelah menjalaninya ternyata lam-kelamaan Gista mulai menyukaidunia kedokteran ini, karena dia juga termasuk anak yang cerdas jadi tak sulit baginya untuk memahami dunia tentang kedokteran apalagi sang ayah juga seorang dokter. *** Akbar pov Pagi-pagi sudah dipusingkan dengan tingkah Gista yang bagiku masih kekanak-kanakan. Namun mau bagaimana lagi inilah resiko menjadi tunangan seorang Gista. Ada hikmahnya juga aku menjadi tunangan Gista karena apa, ngga akan ada lagi dokter maupun perawat disini yang berani cari perhatianku lebih karena apa, jika mereka berani melakukan itu Gista pasti akan maju paling pertama untuk menjauhkannya dariku. “ Woi.” Ciko mengagetkanku saat aku sedang melamun membayangkan bagaimana orang-orang rumah sakit menatapku tadi. “ Ya Allah pagi-pagi udah ngalamun aja nanti kesambt baru tahu rasa lho.” “ Dasar lho, main masuk aja ngga salam ngga apa kebiasaan lho ya.” Omelku kesal dengan sikap Ciko yang selalu seenaknya, namun sikap dia juga yang membuat aku menjadi bersahabat dengannya. Karena aku tergolong orang yang tak terlalu suka untuk bergaul. Namun sikap Ciko yang selalu sok deket itu membuat dia dekat denganku dan akhirnya aku memiliki seorang sahabat. “ Aku denger Kinan sekarang dirawat ya.” Tanyanya dan aku balas dengan anggukan. “ Iya kemarin, makannya aku datang ke pertunangan telat.” Jawabku membuatnya terkejut. “ Kok lho ngga bilang kemarin.” Tanyanya lagi. “ Ngga enak banyak orang.” Jawabku. “ Terus gimana keadaannya.” Aku hanya menggeleng dan memasang wajah pasrahku, karena aku pun tak tahu lagi sampai kapan sahabatku ini akan bertahan dengan penyakitnya. “ Insyaalloh Bar, aku yakin dan tahu Kinan itu  cewek yang kuat kok.” Hanya kubalas senyuman datarku. “ Amin.” “ Ya udah deh bar aku keluar dulu tadi dipanggil sama dokter Rahman.” Pamitnya. “ Orang dipanggil sama dokter Rahman, ngapain mampir keruanganku.” Tanyaku. “ Biasa ngecek lho bar, takutnya masih belum move on dari acara pertunangan kemarin, dan bener kan tadi aku masuk kamu senyum-senyum sendiri pasti lagi ngebayangin muka Gista yang comel tu kan.” Aku langsung melemparkan pulpen kearahnya namun dia langsung berlari keluar ruanganku. Ya Kinan adalah sahabatku, kami sudah bersahabat sewaktu aku berada di Panti Asuhan. Saat ini dia sakit dan aku baru tahu belum lama ini, itu pun dari bunda Rima ibu pantiku. Kinan memang sengaja tak memberitahukan penyakitnya padaku karena dia tahu aku pasti akan begitu khawatir padanya. Apalagi mengetahui keadaanya saat ini yang sudah sangat sulit untuk disembuhkan. Kinan memang seperti itu selalu tak ingin merepotkanku padahal aku sudah menganggapnya saudaraku, aku sangat menyayanginya dia yang membuat hari-hariku dianti menjadi tak membosankan. Tapi Gista tak tahu menahu tentang Kinan, aku memang tak pernah menceritakan padanya. Karena bagiku tak penting Gista tahu tentang kisah masa laluku, hanya Ciko yang tahu tentang Kinan itu pun karena dulu dia pernah aku ajak ke panti itu. Mungkin aku akan lebih banyak meluangkan waktuku dirumah sakit untuk menjaga Kinan. Karena aku pun tak tega melihat bunda Rima bolak balik rumah sakit dan panti, kasihan anak-anak panti. *** Siang ini Gista sudah siap menuju ruangan Akbar untuk mengajaknya makan siang bersama. Namun dia kecewa saat memasuki ruangan Akbar dia tak ada diruangannya. Dan Gista mencoba menelfon Akbar tapi taka da jawaban darinya. “ Sebenarnya kemana sih mas Akbar, kan dia udah janji bakalan makan bareng Gista.” Dia mondar mandir didepan ruangan Akbar sambil tak berhenti menelfon. “ Woi….” Fina yang melihat Gista dari kejauhan langsung mendekati sahabatnya itu yang sedang terlihat uring-uringan. “ Kenapa lagi tuh muka.” “ Aku nelfonin mas Akbar ngga diangkat-angkat, dia ngga ada diruangannya Fin padahal tadi pagi aku kan udah ngajak dia buat makan bareng.” Jawabnya dengan penuh kekecewaan. “ Tadi aku ngliat dia keluar tuh habis meriksa pasien mungkin ada kepentingan Gis, udah deh ya ngga usah uring-uringan gini. Sekarang mending kamu ikut aku makan sama Atika dan Alea mereka udah nungguin di kafe depan rumah sakit.” Fina langsung menarik lengan Gista. Tak henti-hentinya Gista terus menghubungi Akbar namun belum juga mendapat balasan dari tunangannya itu. Gista jadi cemas sendiri karena tak biasanya Akbar seperti ini. Bahkan sampai jam pulang dari rumah sakit pun saat Gista kembali menghampiri ruangan Akbar pun dia masih tak kunjung ada. Sampai sebuah pesan yang ditunggu-tunggu pun dibalas. My Love: Maaf Gis kamu pulang pakai taksi dulu ya, aku lagi ada keperluan nih belum selesai. Gista hanya mengehela nafas lega mendapatkan kabar dari Akbar. Gista : Ya mas ngga papa kenapa dari tadi Gista hubungi susah banget emang ada keperluan apa sih. My love : tadi sinyal jelek, masalah Bisnis Gis. Gista : Ok sayang hati hati ya. My Love. : Ya Gista memaklumi memang selain menjadi dokter Akbar calon suaminya itu sedang merintis karir didunia bisnis, Gista hanya bisa mendukungnya. *** Akhir-akhir ini Gista merasa Akbar berbeda. Apalagi sekarang dia sering pulang telat, bahkan Gista jarang melihat Akbar ada diruangannya. Membuat Gista sedikit sulit untuk bertemu dengannya bahkan saat dirumah. Untung ada mama Gista yang membantu untuk mempersiapkan acara pernikahan mereka, walaupun Akbar menyerahkan persiapan semuanya pada Gista tapi tetap saja Gista ingin Akbar ikut andil dalam persiapan pernikahan mereka. Fina yang sudah faham dengan sahabatnya itu, jika sedang murung pasti ada masalah dengan Akbar. Karena dia sudah faham didalam dunia Gista hanya ada Akbar seorang. “ Kamu kenapa sih Gis, sebel deh aku litanya, calon pengantin harusnya mukanya tuh ceria ngga gini.” Ledek Fina “ Aku heran deh sama mas Akbar, akhir-akhir ini dia sibuk banget Fin, sampe dirumah aja aku jarang banget ketemu sama dia, selalu pulangnya larut banget terus berangkatnya pasti pagi banget. Padahal aku kan juga pingin dia ikut andil dalam persiapan pernikahan kita, ngga semua diserahin ke aku sama mama.” Jawabnya dengan memasang wajah sendu. “ Namanya juga laki-laki Gis pasti males buat ikut-ikutan ngurusin begituan, dia tinggal nerima beresnya aja.” Balas Fina “ Ya iya sih tapi aku kan kadang kangen juga sama dia, pingin ketemu, bahkan kalau aku keruangannya pun dia sering ngga ada padahal akhir-akhir ini lagi ngga ada operasi.” Ungkap Gista lagi. “Gitu ya tapi Gis aku sering kali ngliat dia ada diruangan dokter Rahman, dan mereka masuk keruangan pasien barengan. Saat aku tanya ruangan siapa itu kesalah satu perawat katanya ruangan pasien dokter Rahman, tapi aku sering ngliat dokter Akbar ada disana. Bahkan saat aku sift malam dia ada disana juga. Aku sih ngga tau siapa yang dirawat tapi kalau sering ngliat dia keluar masuk ruangan itu keliatannya temen atau ngga kenalan dokter Akbar deh Gis.” Ucap Fina membuat Gista penasaran dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu. Karena Gista pun ngga tahu menahu tentang itu, Akbar tak pernah cerita padanya. “ Masa sih Fin, mas Akbar sih ngga pernah cerita, dia juga jarang banget punya temen hampir temen mas Akbar aku tahu. Aku jadi penasaran deh Fin temenin aku kesana ya.” Ajak Gista yang langsung menarik tangan Fina yang masih menyeruput minumannya. “ Ya Allah Gis, pelan-pelan dong.” Sesampainya diruangan Bougenvil Gista dan Fina langsung menuju ke meja administrasi. Dia ingin menanyakan pasien yang ada diruangan nomor 010. Gista mengatakan untuk mengkonfirmasi keadaan pasien oleh dokter Rahman dan akhirnya Gista tahu tentang informasi pasien tersebut. “ KINAN KURNIA.” Gista langsung mengerutkan dahinya karena dia tak tahu menahu siapa Kinan itu. Dan Gista kembali dikejutkan saat tercantum disana wali dari pasien adalah Muhammad Akbar Alfarizi. Tubuh Gista langsung lemas dan fikirannya langsung melayang-layang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN