Fuji's pov
Perkenalkan, namaku Diandra Fuji Setyawan. Seorang pelajar kelas Xll di salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di Bandung. Usiaku saat ini 18 tahun. Kata orang-orang aku termasuk ke dalam jajaran cowok most wanted di sekolah ini. Itu semua karena aku memiliki wajah yang bisa dibilang ganteng.
Para perempuan di sekolah selalu memanggil aku Mond Tanutchai, salah satu artis asal Thailand. Karena menurut mereka wajah ku sama seperti artis Thailand tersebut. Apalagi jika aku sedang tersenyum, mereka bilang aku mirip banget dengan dia.
Karena saking banyak nya perempuan di sekolah yang memanggil aku Mond Tanutchai, aku lalu mencari informasi mengenai artis tersebut. Setelah aku liat fotonya, ternyata masih lebih gantengan aku daripada artis tersebut. Kalau diibaratkan, nilai kegantengan aku 9. Sementara dia 8,99. Masih lebih ganteng aku kan?
Kalian pasti heran mengapa nama depan ku seperti nama perempuan? Itu karena Bunda mengira aku adalah anak perempuan. Karena sewaktu Bunda mengandung aku, hasil USG selalu mengatakan bahwa Bunda mengandung anak perempuan.
Bunda telah menyiapkan Nama Diandra Fuji Rahayu untuk anak yang di kandung nya. Bunda juga telah menyiapkan segala keperluan untuk anak perempuan. Mulai dari warna peralatan dan perlengkapan bayi yang serba pink. Hingga membeli begitu banyak bandu, turban dan kerudung bayi. Tapi saat Bunda melahirkan aku, Bunda begitu kaget karena ternyata anak yang di kandungnya selama ini adalah laki-laki bukan perempuan. Namun walaupun begitu Bunda begitu menyayangi aku. Meski nama depan aku tak dirubah nya. Karena menurut Bunda, beliau telah menyukai nama tersebut.
"Ji, gawat!!" teriak Lukman mengagetkan aku yang baru saja akan menyuap bakso Mang Ono. Untung saja bakso nya ga tumpah. Sayang banget kan kalau sampai tumpah.
Aku langsung melotot kearah Lukman saking kesal nya. "Gawat? Gawat apa nya?" tanya aku ketus.
"Dea.." ucap Lukman terputus karena harus mengambil napas nya terlebih dahulu. Sepertinya dia habis berlari. Terlihat dari keringat yang bercucuran di pelipis nya dan juga napas nya yang tak beraturan.
Seketika aku menghentikan kegiatan makan bakso Mang Ono lagi saat Lukman menyebutkan nama Dea. "Dea? Dea kenapa?" tanya aku kembali dengan panik.
"Dea diputusin sama Tyo." jawaban Lukman sontak membuat aku menggebrak meja kantin dengan cukup keras saking emosi nya. "Kurang ajar tuh si Tyo. Terus sekarang Dea nya dimana?"
"Di taman belakang lagi nangis."
Mendengar perkataan Lukman, aku langsung melesat pergi ke taman belakang untuk menemui Dea. Disusul Lukman di belakangku.
Dea adalah adik kelas ku. Saat ini dia duduk di kelas X. Selain itu, Dea juga merupakan sahabat perempuan satu-satu nya dalam hidup ku.
Saat sedang berjalan menuju taman belakang, aku tak sengaja melihat si Tyo tengah ber haha-hihi dengan beberapa murid perempuan di depan kelas nya. Sontak hal tersebut menyulut emosi ku. Enak saja dia bisa ber haha-hihi dengan perempuan lain sedangkan sahabat aku lagi nangis kejer gara-gara dia putusin.
Aku langsung berjalan menghampiri si Tyo. Aku tarik kerah baju nya ke atas hingga tubuh nya terangkat. Tubuh nya yang kecil itu dengan mudah nya aku angkat karena walau aku tidak memiliki tubuh yang besar, namun tangan ku ini berotot.
Tyo menatap aku dengan wajah yang begitu ketakutan. Sungguh hal tersebut membuat aku ingin tertawa terbahak-bahak. Namun sebisa mungkin aku menahan nya. Karena aku ingin terlihat sangar dan menakutkan dimata nya.
"A Fuji?" tanya nya begitu kaget. Aku tak menyangka si Tyo tahu namaku. Berarti memang benar jika aku itu cowok most wanted. Buktinya aku terkenal bukan hanya dikalangan murid perempuan saja. Tapi di kalangan murid laki-laki juga.
"Iya ini gue. Kenapa? Sok ganteng banget ya lo!! Berani-berani nya lo nyakitin sahabat gue." Aku membentak si Tyo sambil menatap tajam mata nya.
Tyo terlihat bingung dengan perkataan yang aku ucapkan. "Sahabat A Fuji? Memang siapa sahabat A Fuji?"
"Dea Rinjani. Cewek yang baru aja lo putusin."
Aku bisa melihat dia begitu terkejut mendengar perkataan ku barusan. Bahkan bukan hanya si Tyo, murid lain yang berada di dekat si Tyo juga ikut terkejut. Terutama para murid perempuan. Sangat wajar jika mereka terkejut. Mengingat hubungan persahabatan aku dan Dea yang dirahasiakan. Hanya Lukman dan Budi yang mengetahui persahabatan kami. Karena Lukman dan Budi adalah sahabat aku selain Dea.
Jangan salahkan aku karena persahabatan kami dirahasiakan. Tapi salahkan Dea karena dia yang menginginkannya. Dea beralasan tak ingin menjadi serbuan para fans ku. Lucu sekali bukan alasan nya?
"Gue ga mau tau, lo harus minta maaf sama Dea!" ujar ku penuh penekanan.
Tyo langsung menganggukan kepala nya dengan cepat. "Baik Kak. Nanti Tyo minta maaf sama Dea. Terus Tyo bakal ngajak Dea balikan lagi."
Aku hampir saja mengumpat kasar ketika mendengar perkataan si Tyo barusan. "Eh buseett. Gue cuma nyuruh lo minta maaf doang bukannya ngajak balikan lagi."
"Oh iya Kak maaf. Maksud Tyo, nanti Tyo minta maaf sama Dea."
Aku langsung menurunkan si Tyo. "Good. Gue pegang omongan lo." Setelah memberi pelajaran sama si Tyo, aku melanjutkan kembali langkahku menemui Dea.
Jika kalian ingin tau mengapa aku begitu peduli dan sangat menjaga Dea, itu karena aku berhutang nyawa padanya.
Dea membantu aku saat mengalami kecelakaan motor dua bulan yang lalu. Selain membawa aku ke rumah sakit, Dea juga mendonorkan darah nya untuk aku. Karena ketika kecelakaan itu terjadi, aku kehilangan cukup banyak darah. Itulah alasan mengapa aku begitu peduli dan ingin menjaga nya.