2

1116 Kata
Tubuh Vanessa bergetar saat Ridho memeluknya. Takut, itulah sebenarnya yang dirasakan Vanessa tinggal dengan laki-laki yang selama ini ia anggap sebagai anak dari majikan orang tuanya. "Le..lepas." ucap Vanessa ketakutan. "Kenapa Sayang? Kamu pengen apa?" tanya Ridho melepaskan Vanessa. "Pe..pergi dari sini." "NESSA." bentak Ridho keras mencengkeram kedua pundak Vanessa. "Please." Vanessa menggelengkan kepalanya. Wajahnya memucat melihat kilatan dikedua mata Ridho yang menunjukan amarah. "Jangan kaya gini bisa. Kita suami istri." kata Ridho emosi mengguncangkan Vanessa. "Nggak, nggak! Kamu jahat, kamu jahat!" teriak Vanessa mundur namun Ridho menahan tubuhnya. "Denger! Jangan pernah ngelawan, atau aku bilang Papa buat hancurin Ibu kamu. Kamu sayang kan, sama ibu di rumah?!" ancam Ridho membuat Vanessa diam. "Ke..Kevin, aku mau Kevin." kata Vanessa berlinang air mata. "Suster Leli." teriak Ridho kencang. "Iya Tuan." Suster Leli dengan berlari masuk ke dalam kamar Ridho. "Bawa putra Saya kemari." ucap Ridho dingin pada Suster Leli. Suster Leli mengangguk, lalu keluar dari kamar Ridho guna mengambil putra Ridho yang bernama Kevin. "Ini Sayang, Kevin di sini. Kamu jangan nangis ya. Udah ya, Kevin ada di sini. Dikamar kita." kata Ridho menggendong Kevin yang masih berusia enam bulan. Sama-samar Vanessa mengangguk. Tangannya mengulur meminta Ridho agar menyerahkan Kevin padanya. "Ke..kevin." ucap Vanessa ketika Kevin ada digendongannya. Vanessa duduk di atas ranjang. "Ambilkan Saya makanan Nyonya." perintah Ridho pada suster Leli yang masih dikamarnya. "Baik Tuan." ucap Suster Leli. Ridho tersenyum melihat Vanessa menggendong Kevin. Lambat laun Vanessa memang menerima kehadiran Kevin dalam hidupnya, namun tidak dengan kehadirannya dihidup wanita itu. Makanan datang. Ridho mengambil nampan yang suster Leli berikan padanya. "Sayang, aku suap ya." kata Ridho pada Vanessa. Vanessa menggeleng cepat. "Makan Nessa! Atau aku ambil Kevin dari pangkuan kamu." ancam Ridho membuat Vanessa membuka mulutnya. "Mama Kevin pinter ya, liat Papa suap Mama Sayang." ujar Ridho tersenyum memandang Kevin. "Makan!" kata Ridho dengan nada dinginnya pada Vanessa. "Jangan pernah berniat kabur, apalagi membawa putraku. Dengar Ness?" tanya Ridho sembari menyuapkan makanan ke dalam mulut Vanessa. Vanessa mengangguk. Setelah makanan di piring Vanessa habis. Ridho berdiri dari duduknya. Tangan kanannya terulur ke rambut Vanessa. Dengan cepat Ridho mencium puncak kepala Vanessa. "I love you Sayang." ucapnya lalu berlalu keluar dari kamar. Vanessa meneteskan air matanya saat Ridho menutup pintu kamar. "Ibu... Nessa takut. Bapak, bawa Nessa.." lirih Vanessa setelah kepergian Ridho. ** Suara tawa menggema diruang pribadi Ridho. Di sana terdapat rak-rak yang dipenuhi dengan berbagai macam buku dan novel. Sebenarnya ini bukanlah ruang pribadi, melainkan sebuah perpustakaan kecil yang memang sengaja ia buat untuk Vanessa. Vanessa istrinya, bolehkah Ridho menyebut juga wanita itu sebagai ibu dari anaknya? Kenyataannya memang mereka adalah suami istri yang sah, meski demi mendapatkan gelar itu Ridho harus menjadi orang paling kejam dalam hidup Vanessa. Ia bahkan memaksa Vanessa untuk memiliki Kevin, meski wanita itu tak mau. "Gila lo Anjing, gue bukannya lagi ngekepin anak perawan orang, gue lagi nggak bisa kumpul karena nyokap gue minta ditemenin di rumah setan." kekeh Ridho, saat berbicara dengan Brandon melalui pesawat telepon. 'Dusta, combro! Ngaku deh loh. Kebelet kawin kan lo tadi makanya langsung ngabrit! Ngekepin anak orang kan lo!' "Sialan lo Bran, ya kali nggak ngekepin anak perawan orang, gue ngekepin anak perjaka orang. Normal anjir gue." kesalnya lalu tertawa. "..." "Sial! Udah dulu njing. Nyokap gue manggil-manggil nih." kata Ridho sebelum mematikan sambungan teleponnya. Ridho menghembuskan nafasnya. Ia meletakkan ponsel ke atas meja dihadapannya. Diamatinya interior desain perpustakaan yang ia buat khusus untuk Vanessa. Ridho tersenyum miris. Hampir dua tahun setelah rumah dan perpustakaan ini dibangun, Vanessa sama sekali belum pernah menginjakkan kakinya disini. Ditempat yang Ridho yakini bisa membuat sang istri betah. "Disini banyak novel yang kamu suka Sayang." ucap Ridho mengadahkan wajahnya menatap buku-buku yang ada dibelakangnya. Vanessa.. Wanita yang seumur hidupnya mungkin telah mengisi hati dan jiwanya. Vanessa lahir dan besar dikeluarganya. Ibu dari putranya itu adalah anak dari pengasuh sekaligus tukang kebun di rumah orang tuanya. Mereka besar dan tumbuh bersama, mengingat ibu Vanessa adalah pengasuhnya. Ridho tidak tahu kapan perasaan itu tumbuh. Melihat Vanessa yang tumbuh semakin cantik, membuatnya tidak ingin berjauhan sedikitpun dengan anak pengasuhnya itu. Mereka sangat dekat, tidak pernah terpisahkan. Hingga seorang anak laki-laki disekolah menengah Vanessa membuatnya berang. Anak laki-laki itu berani menyentuh miliknya. Vanesanya. Membuat Vanesanya jatuh cinta dan mengabaikan dirinya. Membuat Vanesanya tidak ada waktu hingga berjauhan darinya. Membuat Vanesanya membangkang dan menolak pernyataan cintanya. Rahang Ridho mengeras kala mengingat kejadian itu. Masa dimana harusnya ia bisa bahagia diakhir sekolah menengahnya karena ingin melamar Vanessa dan mengajaknya tinggal diluar negeri untuk sama-sama meneruskan sekolah mereka. "Sayang, aku cinta kamu." desahnya memandang foto mereka yang memakai seragam dari sekolah masing-masing. * Ridho mengambil Kevin yang terbaring di samping Vanesa (Eh, gaes aku buat S nya satu aja ya, hehe). Jemarinya membelai pipi gembul sang putra. "Sayangnya Papah." ucapnya lalu membawa Kevin ke dalam kamarnya sendiri, merebahkan Kevin ke dalam boks bayi miliknya. Ridho menatap putranya lekat. Wajah Kevin memiliki perpaduan sempurna antara dirinya dengan Vanesa. Bibirnya tersenyum saat jemari kecil Kevin menggenggam jari telunjuknya. "Kalian berdua tolong jaga putra Saya. Kalau bangun, kalian boleh ketuk kamar Saya." ucap Ridho pada dua suster yang menjaga Kevin. "Baik Tuan." Mencium kening Kevin adalah hal terakhir yang Ridho lakukan sebelum meninggalkan putranya kemanapun ia akan pergi. "Bobo yang nyenyak ya jagoan Papah." ucapnya sebelum menghilang dari kamar Kevin. Ridho bukannya tidak tahu Vanesa sudah terbangun. Ia memang sengaja memindahkan Kevin, karena setiap malam ibu dari putranya itu pasti akan mengalami malam yang panjang dengan menangis, menyesali semuanya. "Sampai kapan kamu akan seperti ini Nesa?" tanya Ridho dengan nada tingginya. Tahukah kalian seberapa hancur hatinya saat istrinya setiap malam mengigau menyebutkan nama lelaki lain diranjang mereka. Itulah kenapa alasan Ridho selalu memindahkan Kevin ke kamarnya sendiri setiap malam. Anaknya tidak pantas mendengar rengekan dari mulut Mamanya untuk lelaki lain yang bukan nama Papanya. Vanesa terisak mendengar bentakan dari Ridho. Ia juga tidak ingin terus bermimpi tentang laki-laki yang dicintainya, hingga terbangun dan menangisi nasibnya yang buruk. "Jawab aku! Sampai kapan? Sampai Kevin besar? Sampai anakku besar kamu akan terus menangisi laki-laki sialan itu?" murka Ridho. "Fadlan bukan laki-laki sialan b******k!" Rahang Ridho mengeras saat istrinya yang tidur dengan posisi memunggunginya itu bangun dan meneriakinya b******k demi membela laki-laki lain. Plakk... Tampar Ridho. "Ceraikan aku!" teriak Vanesa. "Nggak akan!" desis Ridho. "Aku nggak mencintai kamu Ridho." ujar Vanesa menatap tajam Ridho. Ridho tertawa terbahak, menatap Vanesa sengit. "Kita saling mencintai Sayang, kamu nggak inget ada Kevin diantara kita. Kevin bukti cinta kita, buah hati kita." ucap Ridho menaiki ranjang. "Gila, kamu perkosa aku. Kamu perkosa aku hiks." histeris Vanesa. Ridho memeluk Vanesa yang terus meronta. "Nggak Sayang, kita mau sama mau. Kita saling cinta." Vanesa terus menggeleng, menolak kata Ridho yang jelas-jelas adalah sebuah kebohongan. **
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN