1. Nadira's List

864 Kata
Suara tumbukan diiringi dengan suara desah napas itu terdengar semakin intens seiring waktu. Lelaki yang sedang mengerahkan tenaganya itu berhenti bergerak sejenak untuk mengusap peluh sebesar biji jagung yang mulai menghiasi dahinya. Hanya sebentar karena kemudian suara-suara itu kembali terdengar. "Sedikit lagi, babe." Lelaki itu mengangguk mendengarnya, seolah mendapatkan semangat sebelum kembali mempercepat tumbukannya. "Udah ya, bee? Aku capek." Lelaki itu akhirnya berhenti bergerak. Menyerah. Gadis yang sedang memainkan tablet di pangkuannya itu berdiri untuk melirik hasil pekerjaan lelaki itu. "Babe, itu cabenya belum halus ih!" Tatapannya teralih dari cobek yang sudah dipenuhi warna kemerahan cabai dan berbagai bahan lainnya. "Kamu kan tahu aku kan sukanya halus!" "Tapi bee, kenapa nggak pakai blender aja? Aku beneran nggak sanggup harus ngulek lagi." Gadis itu mendengus. "Kamu tuh baru permintaan aku kayak gitu aja udah nyerah. Kamu bilang sayang sama aku rela ngelakuin aja buat aku, permintaan sesepele sambel terasi aja kamu nggak mau usaha!" Gadis itu kemudian pergi dari dapur meninggalkan kekasihnya itu menuju sofa di ruang tengah. "Bee, tunggu! Kamu mau kemana?" Lelaki itu tidak peduli tangannya terasa panas karena berlumuran sambal. "Iya, iya ini aku ulek lagi ya sayang ya?" "Nggak usah." Gadis itu menepis lengan lelaki itu sebelum dapat menyentuhnya. Ia menutup mulut dengan sebelah tangan untuk menahan isakan, lalu mengusap pipinya dari air mata. "Udahlah Den, kayaknya kita udah nggak bisa lanjut. Terima kasih buat dua bulannya." "Tapi kita udah pacaran empat bulan..." Shit dia lupa. "Iya, maksud aku empat bulannya. Semoga kamu bisa dapat perempuan yang lebih baik dari aku." Gadis itu berbalik sebelum Deni—nama lelaki itu—sempat menahannya. Gadis itu masih menangis begitu mencapai lift. Setelah menekan tombol menuju lantai dasar, gadis itu mengusap pipinya dari air mata fiktif yang ia ciptakan. Terima kasih untuk sambal terasi gagal yang dibuat Deni barusan sehingga dapat secara natural membuat air matanya keluar dan menyempurnakan sandiwaranya. Sambil bersandar pada dinding lift, gadis itu mengeluarkan ponsel dari tasnya. Nadira Almeera: X2, anyone?   Gisella Claudia: Gila lo, besok Senin. Gue ada meeting pagi   Zevanya G: Ditraktir, nggak? Kalau iya, gue ayo   Nadira Almeera: Iya tenang, all on me   Ivanka: Idih mantaaap, dalam rangka apa nih emangnya ngajak mabok? Abis dapet jajan ya lo dari Deni?   Nadira Almeera: Dalam rangka merayakan I’m sexy, free and single dooong!   Gisella Claudia: Lagi? Kali ini pake alesan apa? Bulu keteknya panjang?   Ivanka: Terlalu posesif? Atau terlalu cuek?   Zevanya G: Ciumannya payah? Atau Mr. D-nya kecil?   Nadira Almeera: Hahaha sialan lo semua! Tapi no, salah   Ivanka: Terus apaaa? Padahal gue pikir bakal awet lo sama si Deni, ini aja udah empat bulan kan? Rekor terlama   Zevanya G: Nggaklah, paling lama sama Fachri anak IT, tau! Setengah tahun! Sayang aja tuh si Fachri keburu dijodohin sama ortunya nikah sama sesama Arab.   Gisella Claudia: Lagian sama Fachri gak bakal sampe nikah, mana mau keluarganya Fachri nerima titisan dajjal. Palingan udah ada inceran baru tuh   Nadira Almeera: you know me so well, Sel   Ivanka: Anjrit lo. Terus lo mutusin Deni alesannya apa?   Nadira Almeera: Gue suruh dia bikinin gue sambel terasi, dia nguleknya nggak bener yaudah gue putusin   Ivanka: GEBLEKKK GUE NGAKAK   Gisella Claudia: HAHAHA APAANSIH LO DIR ADA-ADA AJA   Zevanya G: Dasar bitch   Nadira Almeera: Jadi ntar malem oke, ya? Ketemuan langsung di X2. See you my bitchhh         *** Nadira melemparkan tasnya ke kursi penumpang sebelum masuk ke dalam mobilnya. Jika normalnya orang-orang merasa sedih setelah putus cinta, berbeda dengan Nadira yang justru merasakan perasaan lega. Nadira tidak bermaksud menjadi perempuan b******k, dia hanya tidak terlalu suka berkomitmen, tetapi bukan juga phobia. Seperti yang teman-temannya katakan, hubungannya kali ini termasuk cukup awet. Biasanya Nadira hanya akan tahan berhubungan dengan satu pria saja paling lama satu bulan. Tetapi Deni—yang sekarang sudah jadi mantan pacarnya—berhasil melampaui itu meski akhirnya harus pisah juga. Tentu saja alasan sambal terasi adalah akal-akalan Nadira saja. Alasan sebenarnya adalah karena laki-laki itu sudah siap untuk membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Nadira menghela napas sambil menyandarkan tubuhnya pada jok mobil. Kalau saja Deni tidak tergesa dan membeli cincin untuk melamarnya, mungkin saja hubungan mereka masih bisa bertahan sekitar tiga atau empat bulan ke depan. Nadira lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya, memilih secara acak kontak dari group w******p kantor dan menekan panggil tanpa pikir panjang. "Halo?" Terdengar suara dari sebrang. "Hai, Kin, sibuk nggak?" "Enggak kok, Dir, kenapa?" "Jalan, yuk? Nonton atau makan." "Hah? Berdua?" "Iyalah, ngapain rame-rame." "Nggak enak lah gila gue sama cowok lo." "Nggak punya cowok kok gue. Mau, ya?" "s**t, lo udah putus?" "Menurut lo aja. Jadi mau nggak? Kalau nggak juga nggak apa-apa." "Mau lah! Gue jemput setengah jam lagi, ya?" "Nggak usah, gue aja yang jemput lo. Kosan lo masih di Setiabudi, kan? Share loc aja ya. Bye, see you!" Setelah panggilan terputus, Nadira membuka notes di ponselnya dan membubuhkan sebuah garis pada satu nama dan mengetik sesuatu di bawahnya. Setelah itu, Nadira melempar ponselnya kembali ke dalam tas sebelum mulai menyalakan mesin mobil. Well, satu nama lagi yang berhasil ia coret dari daftar 'Nadira's List' dan satu nama lagi juga yang kini masuk ke dalam daftarnya.          Semoga kalian suka sama ceritanya. Untuk perkenalan dan membayangkan visual Nadira kayak apa sih here it is Nadia Almeera
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN