Ken dan Zie. Mereka sudah persahabatan sejak kecil di Jakarta. Namun, suatu hari Ken harus pindah ke kota Bandung. Ken sangat sedih harus berpisah dengan Zie.
"Zie, sungguh aku tidak mau ikut!" ujar Ken tersenduh.
"Ken, ayoklah!"jawab Zie sambil memegangi pundak Ken. "Kamu harus nurutin kemauan orang tua kamu!"
"Oke, kalau itu maumu!"
"Nah, gitu dong! Itu baru sahabatku," jawab Zie sambil tersenyum ke arah Ken. Dan itu membuat Ken ikut tersenyum juga.
Ken pergi ke kota Bandung dan meninggalkan Zie di Jakarta. Memang ini sungguh berat bagi mereka berdua. Namun, jika sudah takdir. Pasti akan bertemu kan?
Namanya Ken Alex Resyafa, biasa dipanggil Ken. Dia anak dari keluarga Resa dan Syafa. Dia sekarang berada di kota Bandung bersama keluarganya.
Saat ini, Ken sedang menatap keluar jendela sambil melihat pemandangan bintang-bintang di langit. Dia terus membayangkan wajah Zie di langit.
Tiba-tiba d**a Ken merasa sesak saat membayangkan wajah Zie.
"Zie, apa kabar? Kamu baik-baik saja kan di sana?" batin Ken sambil menahan sesak di dadanya.
Di sisi lain, Zie juga memikirkan Ken. Dia berharap mereka segera bertemu. Tetapi, apa boleh buat? Mereka berdua sudah sangat jauh sekali.
8 tahun kemudian...
Ken dan Zie sudah berumur 18 tahun. Tahun lalu mereka masih berumur 10 tahun.
Saat ini, Ken sedang berada di kamar. Dia sedang bermain games di komputernya sambil memasang headset di telinganya.
"Ayok, maju!"
"Maju woy! Tinggal dikit lagi itu!" gumam Ken yang berbicara kepada tim nya.
Di saat Ken sedang asik bermain. Datanglah Bunda Ken ke kamarnya. Bunda mengetuk-ketuk pintu kamar Ken. Namun, Ken tidak membukakan pintu.
Tok ... tok ... tok
"Ken, ini bunda!" Tolong bukain pintunya!" ujar bundanya di depan pintu kamar Ken. Namun, Ken masih berbicara kepada tim nya.
"Ayok, maju! Itu musuhnya udah mau kalah tuh!" gumam Ken yang serius dengan permainannya.
Tanpa berpikir panjang lagi. Bundanya langsung masuk ke kamar Ken. Untung saja kamar Ken tidak dikunci. Jadi Bundanya bisa masuk.
Betapa kagetnya Bunda melihat Ken sedang sibuk berbicara dengan tim nya melalui headset tersebut.
"Ken."
Ken tidak mendengar ucapan Bunda. Dia masih sibuk mengurus permainannya yang sebentar lagi mau menang. Bundanya masih setia berdiri yang tidak jauh dari Ken duduk di kursi dekat komputer.
Beberapa menit kemudian...
Ken melompat girang. Dia sangat senang jika tim nya menang. Ketika Ken asik melompat dengan kegirangan. Bundanya membuka pembicaraan.
"Ekhem."
Ken yang asik melompat langsung terhenti mendengar dehaman Bundanya. Dia langsung menoleh ke arah belakang. Betapa kagetnya Ken melihat bundanya yang berada di belakang.
"E-eh, Bunda!" ujarnya sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. Dia begitu malu kepada bundanya.
"Senang banget keknya!" sindir bundanya kepada Ken. Ken langsung menghampiri Bundanya.
"Bunda, ngapain?"
"Kok bunda gak ketuk pintu dulu?"
Bundanya langsung memutarkan bola matanya. Dia langsung menarik napas pelan-pelan dan menjawab pertanyaan Ken.
"Tadi, Bunda udah ketuk-ketuk! Tapi, kamunya gak dengar!" jawabnya. "Kamu, kemas-kemas kamar kamu gih!"
"Tadi, aku pakai headset, ngapain kemas-kemas?"
"Kita mau pindah!" jawab Bunda. Memang begitu kebiasaan keluarga mereka. Mereka selalu pindah-pindah rumah demi kerjaan orang tuanya. Tapi, bagaimanapun juga. Ken tidak mengeluh, dia selalu nurut apa yang di katakan orang tuanya.
"Oke, aku akan kemas-kemas, Bun!" ujarnya sambil tersenyum ke arah Bundanya.
"Yaudah, Bunda mau kemas-kemas bawah dulu ya!" balas Bunda dan Ken hanya mengangguk kepala sambil tersenyum kepada Bundanya. Lalu Bundanya Ken langsung keluar dari kamar Ken.
"Lanjut main sebentar gapapa kan ya?" gumam Ken.
Bersambunggg...