"Athar!!!" teriakan terdengar dengan jelas. Siapa lagi bisa berteriak heboh di pagi hari kecuali pemegang tahta tertinggi di rumah ini.
"Mau Mama dobrak pintunya?"
Laki-laki yang tengah tidur terpaksa harus membuka mata.
"Iya iya aku udah bangun." Perkataan itu hanya ucapan semata, karena pada kenyataannya laki-laki itu malah menutup telinga dengan bantal. Laki-laki itu bernama lengkap Atharta Malik, ia merupakan CEO dari perusahaan yang bergerak dibidang makanan cepat saji.
"Athar! Jangan tidur lagi, cepat bangun!"
Rasanya sekarang Athar ingin menangis. Tidak bisakah sang Mama membiarkan dia untuk tidur lebih lama. Hanya satu hari ini saja karena Athar benar-benar mengantuk. Tapi sayangnya keinginan itu tidak bisa terwujud dan hanya harapan semu.
Mau tidak mau, Athar bangun. Ia menendang angin berulang-ulang kali sehingga selimut jatuh ke lantai. Sekarang, wajah tampannya bisa terlihat dengan sempurna. Athar memiliki wajah campuran Indonesia dan Turki. Hidungnya mancung, alis tebal serta bibir yang sedikit berisi menambah pesona yang bisa membuat kaum hawa jatuh hati. Rambut berantakan menjadi ciri khas seseorang yang baru saja bangun tidur, dia jauh terlihat lebih sexy dan menggoda dengan rambut tersebut.
Athar berjalan dengan langkah gontai ke arah pintu kamar. Kesadarannya masih belum pulih seratus persen sehingga tidak mudah untuk menggapai gagang pintu. Akhirnya dengan usaha yang cukup, Athar bisa membuka pintu. "Ada apa Mama sayang?" tanyanya sambil nyengir. Namun matanya masih terpejam.
"Auuu sakit Ma....," Athar berteriak histeris karena sang Mama malah mencubit p****g s**u miliknya. Sejak dulu ia mempunyai kebiasaan tidur dengan bertelanjang d**a.
"Olahraga sana!" Mama Vina sudah sangat jenuh dengan tingkah sang anak. Bagaimana tidak jengah jika jiwa rebahan Athar di hari libur sangat kuat sekali. Bahkan ia pernah tidak keluar kamar selama seharian penuh.
Athar menutup kedua putingnya dengan tangan agar sanga Mama tidak bisa untuk mencubit nya kembali.
"Dalam satu minggu ada 7 hari, selama 6 hari aku bekerja dari pagi sampai sore. 1 hari adalah waktu libur dan aku ingin menikmatinya."
Mama Vina tidak ingin kalah, ia langsung membalas ucapan sang anak. "Dalam satu tahun ada 365 hari, tapi tidak ada satu haripun yang kamu gunakan untuk berolahraga."
Athar salah, sampai kapanpun ia tidak akan bisa menang jika adu argumen dengan sang Mama.
"Tapi semalam aku tidur jam 3 pagi Ma." Jika adu argumen tidak bekerja maka Athar akan mengeluarkan jurus khas anak kecil yang itu merengek. Athar memang tidur pukul 3 pagi karena kebablasan main games. Semua ini bermula karena sang teman yaitu Fello meracuni otaknya dengan gemas yang baru rilis bulan ini. Saking penasaran dan keasikan sendiri maka Athar bermain sampai lupa waktu.
"Itu salah kamu sendiri kenapa bisa tidur jam 3 pagi. Lihat saja Key, dia sering olahraga keliling kompleks."
Key adalah sepupu Athar, dia baru saja tamat SMA. Ingin rasanya Athar menenggelamkan Key ke laut merah. Mamanya tidak tahu saja jika alasan Key sering olahraga adalah untuk melihat anak gadis orang.
Mata sang Mama sudah menajam, Athar juga tidak akan berhasil untuk membujuk.
"Kamu mau kemana?"
Langkah Athar terhenti.
"Mama suruh aku olahraga, masa keluar rumah nggak pakai baju begini."
"Makanya kalau tidur itu pakai baju."
Sudah kebiasaan yang berlangsung lama jadi Athar sangat sulit untuk merubahnya. Toh di rumah ini tidak ada orang lain kecuali keluarga. Jadi tidak masalah bukan, apalagi tubuh Athar lumayan bagus. Meskipun dia jarang olahraga, tapi tubuhnya tetap bagus. Athar mengambil baju secara asal-asalan, tidak lupa membawa uang dan ponsel.
"Kamu mau kemana pagi-pagi begini?" tanya sang Papa yang tengah sibuk menyiram bunga di depan rumah.
"Mama ngusir aku!"
Plak, satu sandal jepang menyapa tubuh Athar. "Kamu nggak usah ngomong aneh!" ujar sang Mama.
Athar keluar dengan penampilan misterius walaupun hanya di dalam kompleks saja. Dia memakai hoodie warna hitam serta celana panjang berwarna abu-abu. Rambutnya tertutup oleh kepala hoodie, pokoknya jika ada perempuan yang melihat pasti akan langsung jatuh hati. Setelah dua puluh menit berlalu, Athar kembali ke rumah. Lihat saja sarapan sudah terhidang di meja makan. Athar langsung bergabung di meja makan bersama sang mama.
"Kata Key, Halil pulang ya Ma?" Halil adalah abang kandung Key, ia tengah menempuh pendidikan pada salah satu perguruan tinggi yang ada di Korea Selatan.
"Iya, dia mau nikah. Kamu juga yang paling besar tapi belum ni-"
"Apa Ma Halil mau nikah?" potong Athar karena syok luar biasa. Bagaimana bisa seorang yang masih kuliah bahkan belum bekerja ingin menikah. Bagi Athar, sebelum nikah setidaknya harus mempunyai pekerjaan yang jelas.
"Halil saja sudah mau menikah, kamu kapan?"
"Tunggu Ma, ini nggak masuk akal bagi otak aku. Halil hamilin anak orang ya?" tanyanya polos.
"Aduh sakit Pa!" teriak Athar terdengar karena pinggangnya mendapat cubitan kasih sayang dari sang papa.
"Mulut kamu itu dijaga, gimana kalau Mami sama Papi dengar?" Athar memanggil kedua orang tua Key dengan sebutan Papi dan Mami.
Athar menggaruk leher yang tiba-tiba saja gatal. "Ya maaf, aku kan heran plus kaget Pa."
Papa Malik menjelaskan kenapa Halil ingin menikah padahal masih kuliah. Sebenarnya dalam keluarga besar, tidak ada larangan menikah muda. Jika anak-anak sudah bisa bertanggung jawab maka orang tua akan mendukung sebisa mungkin. Apalagi Halil sudah bisa menghasilkan uang sendiri dengan menjadi seorang youtuber. Selama kuliah, dia juga menekuni dunia konten creator.
"Papi sama Mami tahu kalau Halil punya channel youtube?" Fakta jika Halil seorang youtubers baru diketahui oleh Athar sekarang. Apa semua sudah tahun kecuali dirinya saja? Mungkin saja karena Athar tidak pernah sempat membuka youtube.
"Taulah. Papi dan Mami juga setuju kalau Halil menikah sekarang."
Jika begini maka Athar sangat senang sekali, tidak jauh berbeda dengan Key. Jika Halil menikah maka dia menjadi anak tunggal seperti Athar.
Athar merasa suasana di sekitarnya mendadak horor, ternyata Mama tengah menatapnya. "Ada apa Mama sayang?" Athar mencoba untuk tersenyum lebar.
"Kamu mau sampai kapan sendiri kayak gini? Usia juga sudah tiga puluh tahun."
"Aku masih dua sembilan Mama!" Athar langsung mengoreksi karena umurnya kenapa bisa bertambah satu tahun begitu.
"Bagi Mama sama saja. Kapan kamu mau menikah?"
Sejak usianya 26 tahun, Mama Vina dan Mami Vina sudah seperti ibu-ibu kompleks karena menyuruhnya untuk segera menikah. Tenang saja Athar sudah kenyang dengan pertanyaan ini.
"Kalau udah ketemu jodohnya, aku bakal nikah kok." Athar mengeluarkan jawaban pamungkas.
"Jawaban itu itu terus, Mama sampai bosan dengarnya. Kamu itu emang nggak ada niat buat nikah."
"Ada Ma, aku ada niat buat nikah kok."
"Tapi nggak sekarang," sambung Athar dalam hati.
"Niat apaan? Padahal sejak dulu banyak perempuan yang mau sama eh kamunya malah jual mahal."
"Aku nggak jual mahal Mama..., nanti kalau udah ketemu sama yang pas dihati aku bakal langsung bilang."
"Mas bantu aku dong, ini anak susah banget dibilangin." Nah kan Mama Vina mulai mencari bantuan pada Papa Malik.
"Nikah itu bukan siapa cepat sayang, anak kita pasti nikah kok."
Athar bersorak heboh dalam hati, sang papa selalu menjadi orang nomor satu yang akan membela dirinya di dalam situasi seperti ini.
"Gimana kalau dia sebenarnya nggak punya niat buat nikah?"
"Bisa jadi," jawab Athar di dalam hati. Ia tidak berani mengatakan secara langsung karena sang mama akan langsung menyunat dirinya yang kedua kali.
Athar menghela nafas. "Mama tenang aja, Aku punya niat buat nikah kok jadi nggak perlu khawatir."
Apakah tidak menikah adalah sebuah dosa? Toh Athar juga tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh.
"Mama dan Papa nggak tau sampai kapan ada di dunia ini. Mama nggak mau kamu nantinya kamu hidup sendiri.
"Mama ngomong apa sih? Aku nggak suka kalau Mama udah bilang gitu." Athar langsung bangkit dari meja makan. Pokoknya Athar tidak suka kalau Mama atau Papanya membahas tentang umur yang tidak panjang.
Suasana hati Athar sedang tidak baik, pukul sepuluh pagi ia memilih untuk keluar rumah. Athar pergi menggunakan jasa ojek online, ia tidak mau membawa mobil sendiri. Tujuan Athar adalah taman yang ada di pusat kota ini. Disana ada banyak penjual makanan dan Athar menyukai suasana itu. Ia lantas turun dari motor dan mengucapkan terima kasih kepada driver ojek online tersebut.
Athar menghirup udara segar. Ia melihat banyak orang berlalu lalang bersama pasangan, keluarga ataupun teman-teman mereka. Athar tersenyum tipis dibalik masker yang ia gunakan.
Apa yang harus Athar beli lebih dulu? Ia mulai berpikir keras untuk mencicipi makanan-makanan yang dijual di tempat ini. Matanya menangkap gerobak somay, Athar melangkah ke arah sana. Dia membeli satu porsi siomay seharga lima ribu. Athar tidak sabar menikmati siomay tersebut. Namun saat tangannya sibuk menusuk siomay di dalam plastik, bruk.
Hal yang tidak terduga terjadi begitu saja. Plastik siomay yang awalnya masih berada di tangan, sekarang sudah terjatuh ke tanah. Athar seakan tidak mempercayai hal itu.
"Aduh Pak, maaf maaf." Seseorang yang baru saja menabrak tubuh Athar langsung meminta maaf. Dia berjenis kelamin perempuan jadi Athar tidak bisa marah.
"Pak?" beo Athar seakan tidak percaya. Apa dia terlihat tua sehingga dipanggil dengan sebutan Pak?
Perempuan itu membuka casing ponsel. "Saya ganti Pak, sekali lagi saya minta maaf." Ternyata ada uang dibalik casing baru saja dia buka. Perempuan itu memberikan Athar selembar uang berwarna hijau. Tentu saja mood Athar terguncang hebat. "Tidak usah," ketusnya sambil berlalu pergi.
"Emang aku terlihat tua sampai dipanggil Pak," gerutu Athar disepanjang jalan. Hari libur yang cukup berantakan.