Maika terdiam mendengarkan wejangan Mamanya. Gadis itu diam-diam mencuri pandang ke arah suaminya yang tengah berbincang dengan Papanya. Pikirannya kembali semrawut. Gadis itu menghela napas, lalu menuangkan air ke dalam gelas. Apa semua orang sudah begitu menginginkan kehadiran anggota baru? Dia tidak menyalahkan Papanya Rafan, ataupun Mamanya yang kembali membahas hal yang paling Maika hindari. Karena Rafan pun sudah ingin sepertinya. Tapi yang jadi permasalahannya, Maika belum siap. “Ayo makan dulu, Mama sengaja masakin makanan kesukaan kamu. Nih ada ayam kecap sama tumis brokoli campur baso.” Maika mengambil piring, dan mulai menyiuk nasi. Gadis itu makan dalam diam dengan pikiran yang bercabang. Dia harus bagaimana? Menyadari Maika yang begitu sangat pendiam, padahal biasanya ga

