D u a ✓

385 Kata
Nara melihat bayangan tubuhnya dicermin. Memakai kebaya berwarna putih tulang dengan jilbab modern warna senada. Terlihat cantik juga pas di tubuh indah Nara. Nara mengembangkan senyumnya, senang sekali rasanya bisa menikah dengan kakak tingkat yang sedari dulu sudah dia cintai. Laki-laki yang selalu terkena razia celana setiap osis mengadakannya di sekolah, laki-laki yang sudah menarik perhatiannya, laki-laki yang selalu membawa-bawa denim di bahunya itu, laki-laki yang akan menikahinya hari ini. Pintu kamar diketuk dua kali, Nara mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Senyumnya semakin lebar tatkala mengetahui siapa yang masuk. "Nara! Congratsssss! Akhirnya lo nikah juga ya sama si seniorrr!" Jerit Dela, teman seperjuangan Nara semenjak gadis itu duduk di bangku sekolah menengah pertama. "Iya Alhamdulillah. Gue juga ngga nyangka. Meskipun ya lo tau dia ngga cinta sama gue," Nara berucap sedikit lirih. Dela yang mendengar seruan sahabatnya itu mencoba menghibur dan menyemangati Nara. "Ah! Nar lo gaboleh nyerah gini dong. Lo tau pribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' kan?" Nara menganggukan kepalanya. "Nah maka dari itu lo gaboleh pesimis, dia pasti bakalan sayang sama lo deh, percaya sama gue." Nara mencoba tersenyum, lalu memeluk erat Dela. "Makasih dela!" Lalu keduanya sama sama tertawa. Tiba tiba pintu kamar terbuka lagi, dan kali ini mertua Nara lah yg membukanya. "Nara sayang? Hei ayo kita kebawah. Farhan udah selesai ijab Qabullnya tuh," Ucap Fatma, bundanya Farhan. Dela dan Nara melepas pelukan mereka lalu keduanya sama-sama menoleh ke arah bunda Fatma. "Iya bunda, Nara turun kok. " Ucap Nara Nara, Dela, juga bunda Fatma segera turun ke bawah, menemui Farhan juga penghulu dan para saksi dibawah. Ia menghampiri Farhan lalu duduk disampingnya. Tak ada wajah senang yang terpatri diwajah Farhan, Nara bisa melihat itu. Nara mencium tangan Farhan, lalu Farhan mencium kening Nara. Di tatapnya dengan dingin wajah cantik Nara yang sudah dipoles oleh make up tersebut. Setelah tanda tangan buku nikah serta memakaikan cincin di jari pasangan masing-masing, seluruh keluarga yang memang diundang diacara privat resepsi ini langsung mengisi perut mereka dengan makanan yang di sediakan oleh sang empunya acara. Farhan menghampiri Nara yang sedang berdiri di depan sofa sambil memilin jari-jarinya. "Saya nggak pernah mau pernikahan ini ada. Kalopun hari ini saya resmi jadi milik kamu, kamu nggak akan pernah saya anggap dalam hidup saya. Dan satu hal-" "-saya tidak pernah mencintai kamu. Tidak akan pernah." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN