gelisah

981 Kata
Pov yuni Namaku yuni pujiastutik. Aku anak pertama dari duabelas bersaudara kenapa bingung engak usah bingung. Begini bapakku menikahi ibuku dengan membawa delapan sedangkan ibuku memiliki tiga anak jadi total anak sama bapak sama ibu jadi dua belas beserta aku. Karna di pernikahan ibu bapakku hanya lahir aku jadi otomatis aku anak pertama tapi dari duabelas bersaudara. Aku selalu di manjakan oleh mamas mamasku juga mbak mbakku maklum lah kehadiran ku saja di usia ibu bapakku sudah tak muda lagi. Apalagi dengan anak mamas ku Agus anak pertama bapak saja masih mudaan aku. Dulu dengar dengar dari para tetangga kehadiranku di dunia tidak di harapkan ya mungkin ibu ku malu karna sudah tak muda bahkan sudah punya cucu mau punya anak lagi, maka di kasih jamu jamu agar aku luruh ternyata ya samapi sekarang aku masih ada kan. Mamas mamas ku selalu berpesan cari suami yang bibet bobotnya jelas kalau bisa orang tuanya yang berada biar bisa buat sandaran. Ya walau aku tidak cantik cantik amat namun aku paling pintar memikat laki-laki, karena sifat supel ku yang mudah bergaul dan akrab membuat para lelaki nyaman kalau dekat denganku. Buktinya saat aku smp aku bisa menggaet laki laki kaya yang umurnya lebih tua dari aku, dan tau sendiri pasti kebituhanku di cukupi olehnya. Sebenarnya orang tuaku juga bosa di bilang orang berada namun orang berada di desa itukan cuma sawah dan ladang yang luas kalau soal uang cash kadang nunggu jual hasil kebun atau apalah kambing kayu dan apa yang di punya. Jadi aku untuk memenuhi gayaku biar terlihat modis dan gaul perlu uang untuk menunjangnya. Jadilah lek karni sebagai atm berjalanku. Walau dengan begitu aku harus kehilangan hal yang paling berharga ya aku kehilangan keperawananku sama lek karni. Karna akupun sadar tidak ada yang gratis di dunia ini. Sampai akhirnya aku melirik seorang pemuda yang ganteng namun pendiam anak yang begitu polos jarang tersenyum bahkan sering menyendiri. Dia kakak kelasku saat aku kelas satu dia sudah kelas tiga, sifat cuek dan sangat sulit di dekati membuat aku penasaran, diam diam aku mencari informasi tentang kakak kelasku itu dan yang membuat aku senang ternyata dia anak pemilik toko besar yang sering aku lewati ketika berangkat sekolah. Padahal sepengetahuanku anak pemilik toko itu sudah SMA bukan dia ketika aku dan teman temanku berbelanja di toko makmur itu. Teryata yang sering aku lihat itu adalah kakaknya. Walau sama sama genteng dan pendiam. Jujur saja niatan awalnya suka belanja di toko ini karena ingin cari simpatik anak pemilik toko. Tapi kelihatannya dia begitu cuek dan sulit di dekati ya mungkin karena dia sudah SmA jadi pergaulannya lebih luas beda dengan si adik. "eh yunn, kamu ngelamunin apa sih" tanya metha cs ku, " dari tadi aku sama dini bahas stevan kakak osis yang ganteng itu kamu diem diem aja engak seantusias biasanya? napa? udah dapet seleboran baru ya" tanya metha sambil tertawa yang di ikuti Dini dan Ana. "ah engak lagi gak mood ngomongin cowok." jawabku ngasal "Tumben si yuni similikiti hilang rasa ma cowok, kagak salah denger nih aku." cerocos ana tanpa tedeng aling- aling. "Au ahh gelap" jawab q seraya berlalu dari mereka. " kayaknya dunia mau kiamat nih"celetuk dini yang sempat aku dengar. Akupun kembali ke kelas dengan perasaan yang entah gak karuan. Dan tiba- tiba Metha udah ada di dekatku. "Kamu kenapa sih yun, tumben gak semangat". "Hummm" kukeluarkan nafas dengan kasal. " Gak tau nih met perasaanku galon nih." metha menatap ku serasa menyelidik sambil mengeryitkan dahinya. "Soal Deni ya??"tebak metha. "Iya nih kayaknya aku suka sama dia,tapi buat dekatin dia aku gak tau caranya pokoknya aku mau dia entah sekarang atau nanti, aku harus dapatkan dia".Ucapku berapi-api, aku akan lakukan apapun itu. Sampai dirumahpun aku masih tidak bersemangat. Perubahan sikap ku bisa di rasa kedua orang tuaku. Bahkan lek karni pun yang biasanya main kerumah dengan alasan mau nyangkruk sama bapak pun juga heran. Aku yang kurang ceria dan malas ngapa ngapain, lebih senang rebahan di kamar. Sampai lek karni mendatangiku yang lagi asik melihat TV dia pun bertanya. " Yun kamu kenapa kok tumben jadi anteng?" tanya lek karni "Gak papa lek lagi males aja mau jadi anak baik rajin belajar biar naek kelas, kan bentar lagi ujian kenaikan kelas." jawab ku malas entah kenapa aku jadi ilfeel sama lek karni kayak gimana gitu pokok jadi risih. " Oh tak pikir uang jajanmu kurang? kalau kurang kamu bilang nanti tak tambahi, apa kamu pengen apa gitu? bilang ya ojok diem diem gitu engak enak di lihatnya." kata lek karni lagi. Entah spontan terbesit di otak ku pengen minta belikin hape, langsung aku utarakan saja niat ku mumpung di tawarin. " Gini lek aku itu minder lek,.di sekolahku teman-temanku udah punya hape masak cuma aku yang gak punya." ku buat mimik memelas di hadapan lek karni biar dia iba dan membelikan apa yang aku mau. Kulihat sekilas wajah lek karni seperti lagi berfikir. Kumanyunkan mulutku tanda ngambek. Lalu lek karni pun membuka suara " Hape itu harganya berapa to yun." nah ini dia yang aku tunggu pucuk di cinta ulam pun tiba, kena sasaran nih batin ku. "Mahal lek satu juta atau lebih mungkin lek aku juga engak tau, wong aku juga engak pernah beli." Kubuat wajah sememelas mungkin agar lek karni mau menuruti keinginanku. " Hemm" guman lek karni sembari berfikir. " Sudah kamu engak usah sedih besuk tak jualne kambing ku buat kamu asal kamu jangan jadi pendiem ya, aku beneran engak suka lihat kamu berubah gini?" ku angkukan kepala sembari memeluk lek karni yang tanpa ku sadari ada yang bangun di bagian sensitif lek karni. Dan entah karena suasana yang mendukung dan terjadi lagi kami melakukan nya dengan tanpa melepas apapun hanya celana dalamku saja yang di plorotkan sedikit agar tidak di curigai bapak ibuku yang lagi nimbang panenan padi. Sebenarnya udah engak sreg aku sama lek karni karena hati ini sudah cintrong ama yang ono.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN