Chapter 1

911 Kata
Selamat membaca Di dalam mobil terlihat ada enam wanita yang sedang bercanda tawa. Mereka adalah salah satu tim bola volley putri terbaik dan terkuat di Jakarta. Yang terdiri dari Sena Pradigta sebagai ketua tim dan anggota yang lainnya antara lain Kiki, Siska, Indri, Dela, dan Reni. Mereka semua seumuran. Sama-sama berusia 25 tahun, hanya beda beberapa bulan saja. Saat ini mereka sedang menuju rumah Sena untuk mengantarnya pulang karena mereka baru saja latihan Volley. "Eh, Sen! Lo nggak nginep aja dirumah gue?" Tanya Kiki yang sedang menyetir. "Enggak deh, Ki. Lo kan tau terakhir gue nginep dirumah Lo, bokap gue malah nuduh gue kelayapan sama cowok. Dia kan nggak pernah percaya sama gue." "Sebel banget gue sama saudara tiri Lo itu, pingin gue Jambak rasanya," celutuk Siska sebal. "Lagian juga bokap Lo kenapa sih? malah lebih sayang sama anak manja itu? Mentang-mentang dia artis!" timpal Reni kesal. Sena membuang napas kasar. "Semenjak mama meninggal pas lagi ngelahirin gue, bokap gue selalu nuduh kalau gue penyebab mama meninggal. Nah karena itu, dia jadi benci banget sama gue," ucap Sena tersenyum sinis. Sena masih ingat betul bagaimana ayahnya itu menyebutnya anak s****n waktu ia masih kecil. "Lo nggak ada niatan mau pergi gitu dari rumah?" Tanya Indri. "Apa Lo tinggal di apartemen gue aja, Sen," tawar Dela. Mereka semua setuju dengan usulan Dela. "Thanks girls, kalian semua udah peduli sama gue, tapi gue nggak mau ngerepotin kalian. Tenang aja selama ini gue udah nabung kok buat bangun rumah dan setelah rumah gue jadi, gue pasti bakalan pergi," ucap Sena tersenyum. Semua teman-temannya melongo mendengar ucapan Sena. "Lo serius, Sen?!" Tanya Kiki tak percaya. "Emang sejak kapan gue bohong?" "Nggak gitu, maksud gue gini. kan selama ini bokap Lo nggak pernah ngasih Lo uang sepeser pun dan yang membiayai Lo sekolah aja kan nenek Lo, sebelum nenek Rita meninggal. Terus Lo dapet uang darimana?" Tanya Kiki, ia memang tau semua tentang keluarga Sena karena Kiki adalah teman Sena dari SD. "Lo pernah nanya kan? Kenapa dulu gue saat masih SMA sering ketiduran dikelas? Karena setelah pulang sekolah gue kerja part time. Dan jam 10 malem gue baru sampai rumah, itu aja gue masih dimarahin bokap, dia pikir kerjaan gue bisanya cuma nyusahin dia, tanpa mau dengerin penjelasan gue, bokap gue bilang kalau gue perempuan nggak bener. Karena itu gue udah merencanakan mau pergi dari rumah itu sejak dulu," ucap Sena menahan emosi. Rasa benci itu semakin hari semakin bertambah, dan saat itu Sena tidak pernah memanggil ayahnya dengan sebutan ayah. Ia selalu diam saat di rumah, dan mengurung diri dikamar. Bahkan ia bagaikan anak pungut yang tidak dianggap keberadaanya, dibandingkan Risa saudara tirinya yang hanya lebih muda satu tahun darinya. Ayahnya selalu memberikan kasih sayang yang berlimpah kepada Risa, dan perlakuannya 180 derajat berbeda saat dengan Sena. tapi sekarang Sena tidak peduli, karena ia sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Dan karena itu juga Sena menjadi wanita tangguh yang mandiri, dan tidak bergantung kepada orang lain. Semua teman-teman Sena salut dengannya. Walaupun Sena berasal dari keluarga kaya raya, tapi Sena mau bekerja keras, dan mereka berfikir seharusnya Sena bisa menikmati kekayaan Ayahnya, bukan malah saudara tirinya itu. "Semangat Sena!!!!" Teriak teman-temanya kompak, dan mengepalkan tangannya keatas. Sena tertawa melihat tingkah laku teman-temannya itu. Ia sangat bersyukur karena mempunyai teman-teman yang baik. Ternyata masih ada orang-orang yang peduli dengannya. ***** Setelah tiba di depan rumah Sena, teman-teman Sena langsung pamit pulang. "Kita langsung pulang aja ya," pamit Kiki. "Yaudah, hati-hati ya girls. Makasih udah nganter gue." "Oke, dahhhh ketua," ledek mereka kompak. Sena hanya memutar bola matanya malas. "Awas Lo pada kalau ketemu," ancam Sena. Mereka hanya tertawa terbahak-bahak, dan Kiki langsung melajukan mobilnya cepat. Saat Sena masuk ke rumah, diruang tamu ternyata ada Surya, Meriam, dan Risa sedang menonton tv bersama, dan bercanda tawa. Sudah seperti keluarga yang sangat bahagia. Sena hanya menatap mereka datar. "Kamu sudah pulang sayang?" Tanya Meriam lembut. "Iya ma," jawab Sena seadanya. Mama tirinya itu memang baik dengannya. "Sini Sen gabung," tawar Risa riang seperti anak kecil. Walaupun hanya beda 1 tahun dengan Sena, tapi Risa memang sangat manja. Sedangkan Surya hanya fokus menonton tv. "Enggak, makasih," jawab Sena datar. "Jadi atlet aja belagu," ucap Surya pelan, tapi masih bisa di dengar Sena. Sena tersenyum sinis. Lalu ia mengeluarkan majalah dari tasnya, dan melemparnya di meja. "Anda tidak tau apa-apa tentang saya, jadi lebih baik anda diam," ucap Sena dingin, dan langsung pergi menuju kamarnya. Surya sudah ingin memukul Sena, karena tidak sopan, tapi ditahan oleh Meriam. Sedangkan Risa mengambil majalah itu, saat melihat sampul majalah Risa sangat terkejut. "Wow! Sena masuk majalah Ma, jadi selama ini atlet yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu Sena. Aku nggak tau kalau dia ternyata ketua dari tim bola volley putri yang terkenal itu," ucap Risa antusias. Sedangkan Surya hanya diam saja, ia masih memikirkan ucapannya kepada Sena tadi. Surya memang selalu membeda-bedakan Sena dan Risa. Ia meremehkan Sena yang hanya seorang atlet, dan selalu memuji Risa karena menjadi artis. Surya tidak tau jika Sena adalah ketua dari tim bola volley putri paling populer, dan ditakuti oleh lawannya, karena pukulannya yang tajam. Dan sudah berapa kali penghargaan yang Sena dapatkan dari hasil jerih payahnya selama ini. Bukan seperti Risa yang dengan mudah menjadi artis bukan karena usahanya sendiri, tapi karena bantuan Surya. Surya rela mengeluarkan banyak uang agar Risa bisa menjadi artis terkenal. Tentu saja Surya tidak tau apa-apa tentang Sena putri kandungnya, karena ia lebih peduli dengan Risa yang hanya anak tirinya. TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN