"Andra, menyingkirlah," dengan siku Reva mendorong tubuh kekar Andra, tapi tubuh kekar itu tidak bergeming.
"Kamu cuma milikku, mengerti!" bisik Andra yang kemudian menggigit telinga Reva, membuat wanita itu memekik dan memukul kepala Andra pelan, bukannya marah Andra malah terkekeh dan memberikan kecupan bertubi-tubi pada seluruh wajah Reva.
"Sekarang kamu mau tinggal di mana?" Andra menarik tubuhnya dari atas tubuh Reva, sesaat Andra meringis kala Reva mencubit lengan nya.
"Aku mau pulang," jawab Reva sambil beringsut bangkit, mengibas-ngibaskan kaosnya yang sedikit basah karena ulah Andra.
"Kenapa ngga tinggal di sini saja?" Andra bertanya dengan tangan membelai rambut panjang dan hitam milik Reva.
"Sana pakai baju dan ganti celana dulu, basah ini sofanya," Reva memukul lengan lalu mendorong tubuh kekar Andra.
Andra beranjak menurunkan kakinya yang tadi dia naikkan keatas meja, kemudian mencuri kecupan singkat pada bibir Reva lalu melenggang pergi meninggalkan teriakan dari bibir Reva yang memekakkan gendang telinga, namun begitu menyenangkan bagi Andra.
Reva tersenyum miring, inilah langkah pertama untuk menghancurkan calon mantan suaminya dan kakak kandungnya. Langkah pertama yang akan dia ambil dengan bantuan Andra, saudara kembar Andre.
Selama ini tidak ada yang mengetahui Andre dan Andra adalah saudara kembar, mereka berfikir mereka adalah satu orang. Dan ini adalah keuntungan tersendiri bagi Reva.
Andra sebenarnya adalah kekasih Reva, dan entah bagaimana caranya dia bisa menikah dengan Andre. Karena dari segi pandangan manapun, mereka tampak mirip dan nyaris tidak ada perbedaan, terkecuali di iris mata.
"Melamunkan apa?" Andra bertanya setelah mendaratkan bokongnya di sofa sebelah Reva, kemudian mengecup pipi Reva yang malah mendapat pukulan di lengannya.
"Apa kau merindukan hentakan seorang Andra?" tanya Andra sambil mengedipkan satu mata dan tersenyum nakal.
Semenjak mengetahui Andre selingkuh, Reva dengan sembunyi-sembunyi menjalin hubungan dengan Andra dan sering melakukan hubungan suami istri.
Reva meminta Andra membuang cairan miliknya keluar setiap kali mereka melakukan hubungan suami istri tersebut agar dirinya tidak hamil.
Reva belum siap jika harus hamil anak Andra tetapi orang-orang mengira dirinya hamil anak Andre, suaminya.
"Ngga," jawab Reva santai, Andra begitu kesal lalu meletakkan kepalanya di pangkuan Reva, mengambil tangan wanita itu dan meletakkan di keningnya.
"Lalu kau minta apa?" tanya Andra dengan mata terpejam, menikmati sentuhan Reva.
"Pertama-tama aku ingin kau carikan aku rumah kecil saja, agar bisa aku tinggali," tangan Reva mengusap rahang Andra yang di tumbuhi jenggot tipis.
"Kenapa kau tidak tinggal di sini saja, kita bisa setiap hari dan setiap waktu bermain," tangan Andra mengambil tangan Reva dan menuntun kearah pusaka milik Andra yang terbungkus celana bahan.
Reva segera menarik dan memukul lengan Andra, membuat pria itu terkekeh. Andra menangkup kedua pipi Reva, dan sedikit menariknya agar menunduk.
"Aku yang bertemu dengan dirimu pertama kali, kenapa kau malah menikah dengan si b******k itu?" jempol kanan Andra mengusap bibir Reva lembut, Reva hanya menghela nafas panjang, menatap netra pria yang menjadi cinta kedua setelah ayahnya.
"Jangan salahkan aku, aku bahkan tidak tahu kalau kau kembar kala itu. Wajah serta suara kalian juga sama, walau suaramu terdengar lebih dingin seperti es, wajah mu juga," elak Reva.
Bukannya menyalahkan Andra, tetapi sungguh hanya sifat, iris mata dan kulit Andra dan Andre yang sedikit membedakan. Andra sangat dingin, kaku dan cuek sedang Andre lembut, perhatian dan sedikit cuek. Kulit Andra agak kecokelatan dan terkesan macho, sedang kulit Andre putih bersih.
Kala pertama bertemu Andre, Reva mengira Andra, sang kekasih merawat tubuhnya sehingga pria itu terlihat terawat dan memiliki kulit putih, oleh sebab itu Reva sempat terkecoh.
"Oya?" Andra tersenyum miring, "lalu siapa yang bisa membuat dirimu puas?" pancing Andra, tangan berotot itu merayap memasuki kaus yang dipakai Reva.
"Ndra!" Reva mendesis lirih, menggigit bibir bawah pelan kala Andra menyingkap kausnya dan membuka pembungkus gunung kembar miliknya.
Andra membuka kancing dan juga resleting Reva setelah berhasil membuat perempuan itu terlentang di bawah kukungannya, menarik lalu melepaskan celana jeans yang menempel pada kaki jenjang milik Reva, hanya tinggal segitiga pembungkus inti Reva yang menempel.
"Katakan, siapa yang bisa membuatmu melayang, hmm?" tangan Andra menyelusuri perut Reva kemudian turun kebawah sana, membuat Reva memejamkan kedua matanya dan menikmati sentuhan demi sentuhan yang Andra berikan.
"Ssshh, Ndraa," suara Reva tercekat kala jemari Andra yang besar menerobos masuk ke gua miliknya, pria itu tersenyum miring dan memainkan jemarinya di sana juga dibantu lidahnya menjelajah inti Reva yang semakin membuat wanita itu kalang kabut.
Mencintai wanita ini begitu dalam hingga apapun dia lakukan termasuk memberontak saat orang suruhan Andre menyekapnya dulu. Andra pernah melamar Reva, dan wanita itu menerima lamarannya dan mereka pun menentukan pertemuan mereka dengan orang tua mereka masing-masing.
Andra yang mendengar bahwa saudara kembarnya terobsesi pada Reva, yang dia sendiri tidak tahu kapan mereka bertemu, urung mempertemukan Reva dengan keluarganya. Dan Andra berniat menikah tanpa memberi tahu orang tuanya, hanya mereka berdua dan orang tua Reva.
Entah dari mana Andre tahu rencananya, tiba-tiba dia di culik dan di sekap hingga hari pernikahan Reva dan Andre terlaksana dirinya tidak sadarkan diri. Hingga seminggu setelah acara itu, Andra baru bisa lepas dan bertemu dengan Reva. Dia menjelaskan semua yang terjadi, dan Reva menerimanya.
Akan tetapi Reva tidak bisa kembali padanya seperti dahulu, hingga beberapa tahun kemudian Reva datang dan mengatakan kecurigaannya pada suaminya mempunyai wanita idaman lain.
Dengan senang hati Andra membantu mencari bukti perselingkuhan itu, dan Andra meminta imbalan Reva menyerahkan tubuhnya jika pria itu menginginkannya. Bagi Andra, seluruh tubuh Reva candu baginya. Dan semenjak itu mereka sering melakukan hubungan suami istri, dan membuang benihnya keluar sesuai keinginan wanitanya.
"Memohonlah, Sayang," bisik Andra setelah mengeluarkan jari tengah miliknya yang tadi bermain di inti Reva, kemudian tangannya sibuk melepaskan celananya sendiri dan batang berdaging itu berdiri tegak menantang.
Karena Reva masih terbawa suasana menyenangkan, dengan tidak sadar dia berkata, "Ndra, masuki aku. Hentak aku, dan buat aku melayang," pintanya dengan suara serak, Andra menyeringai senang. Segera di lepasnya segitiga pembungkus inti Reva dan mengelusnya sebentar, lalu terjadilah yang mereka inginkan. Suara desahan dan erangan juga teriakan menyenangkan dari bibir Reva menggema di ruang tamu tersebut.
Hingga beberapa menit berlalu, keduanya mengerang dan menyebut nama pasangan mereka.
"Ndraa!!" tubuh Reva terangkat sebentar dan kemudian terhempas kembali di sofa tersebut dan netranya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang Andra berikan. Baru tadi pagi dirinya bermain dengan Andre dan tidak merasa sesenang saat bermain dengan Andra. Pria dingin namun sangat mencintai Reva ini sangat tahu bagaimana membuat wanita ini bahagia.
"Reva," erang Andra sambil menyemburkan cairan kental di atas perut Reva, Andra tidak mau wanita itu marah karena hal sepele yaitu membuang cairan miliknya kedalam lubang inti Reva.