Aku dan Bara bahkan masih terpaku ketika Mas Surya keluar mencari Pak Dirga. "Gue benar-benar enggak nyangka kalau hari ini kedua mata dan telinga mendengar sesuatu yang bikin jantungan dua-duanya," ucap Bara sambil beberapa kali menepuk pundakku. "Ini masih di kantor, Bar," ujarku mengingatkan kalau kita selama berada di kawasan kantor, tidak boleh berkata kasar. Tapi di luar pun tidak boleh selama ada Pak Dirga. Aneh bukan? Tapi itulah kenyataannya. "Iya ... iya, maaf. Lagian heran aja, kok bisa Surya anak tertua dari Mama angkatmu itu menjadi direktur?" tanya Bara lagi. "Aku juga tidak tahu, yang jelas dia itu sombongnya kebangetan kalau ada yang dua punya baru," jawabku gusar. "Eh, bubar!" teriak Erik, dia adalah asisten Pak Dirga. Kupikir tadi dia ikut sama bosnya, ternyata ma

