Akhir Mimpi Burukku

2256 Kata
Kehidupan percintaan tidaklah selamanya seindah n****+ ataupun film romantis. Hal itu yang pernah dialami Lekha waktu itu bersama seorang laki-laki bernama Galih. Awalnya hubungan antara Lekha dan Galih baik-baik saja karena mereka saling jatuh cinta satu sama lain. Mereka juga belajar untuk menerima perbedaan sifat dan sikap yang ada di antara mereka. Sebagai pihak penurut, Lekha merasa mudah melakukannya. Namun hampir dua tahun berjalan, dengan hitungan hari yang semakin bertambah, hubungan percintaan mereka menjadi semakin rumit. Galih malah sering menguntit Lekha dan memanipulasi secara emosional untuk membuat apa yang dilakukan laki-laki itu selalu tampak benar. Walaupun memperlihatkan kisah cinta yang manis, kisah cinta yang dialami oleh Lekha penuh dengan konflik yang tidak sehat dan membuat relasi hubungan romantisnya menjadi toxic. Lekha mulai menganggap hubungan romansanya sebagai bencana. Beberapa kali Galih berlaku kasar pada Lekha, seperti menarik, mendorong dan berkata kasar pada Lekha. Demi menghindari keributan, Lekha memilih tidak memperpanjang masalah dan menganggap bahwa perbuatan Galih hanya karena terdorong oleh emosi semata. Menurut Lekha sifat tempramen Galih itu datang dari tuntutan orang tuanya yang ingin melihat anak laki-laki mereka segera menyelesaikan kuliah. Padahal menurut Galih menyelesaikan kuliah di jurusan Teknik Informatika tidak semudah yang orang kira. Ditambah lagi kesibukannya sebagai anggota BEM di fakultasnya terkadang membuat seorang mahasiswa kehilangan kewarasannya. Lekha mulai merasa ada yang janggal dalam diri Galih ketika kekasihnya itu tampak manis, tetapi di sisi lain sikap pemarah dan gila hormat dalam diri Galih semakin tidak terkendali. Bahkan, ia tak segan melakukan kekerasan fisik dan mulai memperlihatkan secara jelas bagaimana relasi dalam pacaran kemudian tampak timpang. Dan hal itu mulai membuat Lekha frustrasi. Rasa frustrasi itu kian bertambah saat mendapati kekasihnya itu berselingkuh dengan perempuan berbeda lagi dengan perempuan yang katanya cuma teman setiap kali Lekha bertanya siapa perempuan yang sering diantar dan dijemput oleh Galih. Hari itu Lekha sedang fokus belajar untuk persiapan ujian OSCE, Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Sahabatnya, Syfo, memaksa agar Lekha ikut menemaninya ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado ulang tahun yang akan diberikan pada kekasihnya malam ini. Lekha sudah berusaha menolak dengan cara sehalus mungkin. Namun dia memang paling tidak bisa menolak keinginan orang yang sangat disayanginya, salah satunya Syfo. “Tapi janji cuma bentaran doang, ya, Fo!” ujar Lekha ketika Syfo sudah berhasil menyeretnya ke mobil. “Iya, Bu Dokter. Lagian ujian OSCE masih seminggu lagi.” “Ya, tapi masih banyak yang harus gue persiapin, Fo.” “Iya, paham. Gue juga diburu waktu. Jadi nggak bakal lama-lama. Sebelum jam delapan malam gue sudah harus ada di Singapore lagi.” “Lo juga aneh. Di SG serba ada, ngapain repot-repot nyari kado buat Aries di Jakarta, sih? Kayak di negara itu kekurangan outlet barang-barang branded aja.” “Iya, bener. Yang bikin beda itu sensasi belanja sama elo.” “Emang apa bedanya?” “Lo itu honest review, Lek. Dan gue suka banget setiap kali lo berkomentar dengan kata-kata sarkas lo itu.” “Kenapa? Karena lo nggak bisa ngelakuin itu?” Syfo tergelak sambil mengangguk setuju. Lekha sendiri hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi bip sekali. Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Dari Galih. Laki-laki itu menuliskan di pesannya bahwa saat ini sedang berada di kampus untuk persiapan magang yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Lekha pun mengatakan sedang sibuk belajar untuk mempersiapkan ujian OSCE. Ketika lelah berkeliling di pusat perbelanjaan Syfo mengajak Lekha istirahat untuk makan. Lekha menurut saja saran Syfo yang ingin makan di sebuah kafe modern yang terletak di dalam pusat perbelanjaan. Kemudian di sanalah Lekha melihat dengan mata kepala sendiri Galih sedang bersama seorang perempuan. Di kursi sudut kafe modern itu Lekha melihat Galih mencium seorang perempuan dengan penuh hasrat. Cara mencium Galih bahkan lebih terlihat b*******h daripada ketika mencium Lekha. Sengaja ingin mengganggu Galih yang sedang melakukan adegan mesra di tempat umum, Lekha mendekati kursi tempat kekasihnya itu sedang memadu kasih dengan perempuan lain. “Gal?” panggil Lekha dengan suara tertahan dan sedikit gemetar. “Jadi beneran kamu? Aku tadi berdoa dari lubuk hati yang terdalam, berharap kalo aku salah lihat dan udah mempersiapkan diri disemprot orang gara-gara mengganggu kesenangan orang itu,” ujarnya sambil tersenyum getir. Galih tidak bisa berkata-kata. Dia hanya membuat jarak dengan perempuan yang baru saja diciumnya dengan mesra, lalu bangkit dari kursi itu dan berjalan mendekati Lekha. Sementara itu Lekha refleks mundur dari posisi berdirinya. “Kamu dengerin dulu penjelasanku, Lek,” ujar Galih berusaha mendekati Lekha. “Nggak ada yang perlu dijelasin lagi, Gal. Aku udah lihat semuanya.” “Kamu sendiri kenapa bisa ada di mall bukannya belajar buat persiapan OSCE? Kamu bohong sama aku demi bisa jalan sama Syfo? Padahal tiap kali aku ajak kamu jalan, kamu sering nolak dengan alasan minta dingertiin waktu buat belajar. Giliran sama Syfo aja kamu nggak bisa nolak. Kenapa. Lek? Kamu merasa berjasa sama dia karena yayasan milik keluarganya yang ngasih kamu bisa kuliah? Makanya kamu nggak pernah bisa nolak kalo sahabatmu yang kaya raya itu yang ngajak?!” tuduh Galih dengan nada bicara yang naik beberapa tingkat. “Heh! Jangan sembarangan lo kalo ngomong! Udah kepergok selingkuh masih mau ngebela diri dengan cara busuk.” Galih menatap penuh amarah pada Syfo. Kemudian dia mengalihkan pandangannya lagi pada Lekha. “Mending kamu pulang sekarang ke kosan ya. Nanti aku jemput dan akan aku jelasin semuanya sama kamu,” ujar Galih. Kali ini nada bicaranya terdengar begitu lembut. Lekha selalu mudah luluh dan menurut pada semua perkataan Galih. Apalagi jika Galih mengatakan dengan nada bicara yang begitu lembut dan merayu. Segera saja Lekha berbalik badan dan pergi dari hadapan Galih detik itu juga. Sebenarnya tubuhnya terlalu tak berdaya untuk melangkah. Namun dia harus melakukannya karena tak ingin berada di tempat umum dalam kondisi terpuruk. Syfo kemudian mengantarkan Lekha kembali ke kosannya. “Lo harus tinggalin cowok toxic kayak Galih, Lek. Gue yakin abis ini lo bakal digebukin sama dia,” ujar Syfo mengingatkan. “Ini bukan perselingkuhan pertama dia kan? Gue inget dia juga pernah lo pergokin ngebiarin cewek lain duduk di atas pahanya.” “Gue ngerasa berat ninggalin Galih. Gue kasihan sama dia.” “Tapi dia nggak kasihan sama lo!” “Gue akan coba pertimbangkan saran lo, Fo,” balas Lekha tak ingin memperpanjang pembahasan soal hubungan asmaranya dengan Galih. Lekha tahu Syfo tidak bisa berlama-lama menemaninya karena dia juga diburu jadwal tiket penerbangan yang sudah terlanjur dibelinya. Lekha berkata semuanya akan baik-baik saja, lalu meminta Syfo untuk melanjutkan aktivitas sesuai jadwal yang telah direncanakan sebelumnya. Baru saja Lekha merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah melepas kepergian Syfo, pintu kamarnya diketuk pelan. Dengan langkah lemas dan perut yang terasa sakit dia melangkah gontai ke arah pintu. “Ada apa?” tanya Lekha setelah membuka pintu dan mendapati salah satu teman kosnya berdiri di depan pintu. “Ada cowok lo di depan,” ujar teman kos Lekha. Lekha mengangguk. Dia kembali ke kamarnya untuk mengambil jaket dan ponsel. Ditariknya napas dalam, lalu berjalan menuju teras ruang tamu tempat Galih sedang menunggunya. Sesekali Lekha memegangi perutnya karena tak lama kemudian perutnya kembali sakit. Mungkin mau datang bulan yang terlambat, pikir Lekha. Stress karena mempersiapkan ujian OSCE membuat jadwal bulanan Lekha ikut berantakan. Kadang dua bulan sekali, kadang hanya terlambat, malah bulan kemarin sepertinya dia hanya keluar flek di periode menstruasinya. “Lama banget? Sengaja bikin aku nunggu ya?” tanya Galih dengan tatapan penuh selidik. “Aku masih di kamar mandi, Gal. Ada apa kamu ke sini?” “Aku mau ngomongin soal yang tadi, Lek. Tapi jangan di sini ya. Kurang private rasanya. Di kosanku aja, yuk.” “Aku capek, Gal. Aku mau istirahat. Nanti sore atau besok pagi aja aku ke kosmu ya.” “Alasan, terooos! Besok apa lagi alasan kamu? Sakit? Dosen mendadak minta ketemuan? Apa lagi, Lekha?” Nada bicara Galih mulai naik beberapa oktaf dan Lekha tidak tahan mendengar suara itu karena yakin setelah ini dia akan menjadi bahan pembicaraan teman-teman satu kosannya. “Ya, udah. Ya, udah. Kita ke kosanmu sekarang. Jangan teriak-teriak. Bikin malu aja.” “Jadi kamu malu punya pacar aku? Kenapa? Karena aku nggak sekaya pacarnya Syfo atau Syfo?” “Bisa nggak, sih, kalo lagi berantem nggak usah bawa-bawa sahabat aku?” Galih tidak menggubris kata-kata yang disampaikan oleh Lekha. Dia bangkit lalu berjalan sambil menghentakkan kaki menuju mobil jeep miliknya yang diparkir di depan pagar kosan Lekha. Selama perjalanan sikap Galih menjadi dingin dan tidak banyak bicara. Dia lebih dari konsentrasi dalam mengemudikan jeep-nya. Bahkan cenderung ugal-ugalan. Lekha sampai berpegangan pada gagang yang ada di bagian atas pintu mobil. Meski ketakutan tapi Lekha tidak berani protes macam-macam. Dia takut protesnya akan membuat emosi Galih yang sedang tidak stabil semakin terusik. Sesampainya di kosannya laki-laki itu keluar duluan dari mobil. Sama sekali tidak ada sikap ramah tamah yang biasa dia tunjukkan jika mengajak Lekha berkunjung ke kosannya. Salah satunya menunggu Lekha keluar dari mobil dengan tidak masuk duluan ke dalam kosan seperti yang sedang dia lakukan sekarang ini. Lekha hanya mengikuti saja langkah cepat Galih menuju kamar laki-laki itu berada tanpa menggerutu sedikitpun. “Bisa to the point aja jelasin kali ini ada hubungan apa lagi kamu dengan perempuan yang tadi aku temui di mall bareng kamu,” ujar Lekha karena Galih tak mengacuhkan kehadirannya selama hampir lima belas menit dia berada di dalam kamar Galih. “Dia kakak angkatanku, asdos juga. Aku deketin dia karena butuh kisi-kisi untuk ujian mata kuliah yang paling sulit selama perkuliahan. Kebetulan dia ngasdos di dosen yang pegang matkul itu.” “Harus banget ya deketin kakak kelas buat dapetin nilai bagus sampai harus ciuman di tempat umum tanpa tahu malu kayak tadi?” “Aku cuma ciuman doang. Nggak lebih dari itu. Apanya yang mesti diributin, sih? Kalau sudah kelar ujian akhir semester aku juga bakal jaga jarak sama dia. Lagian juga kamu lagi nggak bisa diganggu banget gitu. Aku juga butuh teman main tapi bukan temen-temen cowok,” jawab Galih dengan entengnya. “Enak banget kamu ngomongnya, Galih. Itu cuma pembelaan. Aslinya kamu udah selingkuh sama dia!” Emosi Lekha mulai tidak terkendali. “Dibilangin aku nggak selingkuh. Kamu ngerti kata-kataku nggak sih? Apa perlu aku jelasin lagi bentuk hubungan aku sama cewek itu?” “Sekali selingkuh tetap aja selingkuh. Kamu kayak gini bukan pertama kalinya, Galih. Mau sampai kapan kamu mempermainkan perasaanku kayak gini?” “Aku nggak selingkuh, Lekha! Aku juga sama sekali nggak mempermainkan perasaan kamu. Kamu aja yang terlalu lebay nanggapin apa yang kamu lihat.” “Lebay kamu bilang? Aku mergokin kamu ciuman sama cewek lain, loh, Gal! Bukan selingkuh namanya?” “Aku nggak selingkuh. Kamu nggak ngerti juga ya! g****k banget, sih!” “Lebih baik kita putus aja, Gal. Kita mending fokus sama urusan kuliah masing-masing. Lagian aku juga nggak mau pacaran sama cowok tukang selingkuh.” Galih terdiam di pinggiran ranjang. Tangannya mengepal penuh emosi mendengar pernyataan Lekha yang sepihak menurutnya. “Kalau gitu aku balik ke kosan sekarang. Semoga kita nggak pernah ketemu lagi setelah ini,” ujar Lekha sekuat hati, kemudian berjalan gontai menuju pintu kamar. Secepat kilat Galih sudah berada di depan pintu kamar yang masih dalam keadaan tertutup. Dia melebarkan kedua tangannya menunjukkan tanda sedang menghalau jalan Lekha. “Kamu nggak boleh mutusin aku gitu aja,” ujar Galih dengan tatapan dingin dan mengerikan. Lekha tertunduk karena sama sekali tidak berani memandang tatapan itu. “Kenapa nggak boleh? Aku juga punya hak untuk mengakhiri hubungan ini,” ujar Lekha akhirnya sembari memberanikan diri menatap Galih. Detik itu juga bogem mentah milik Galih melayang ke wajah Lekha hingga membuat gadis itu oleng dan terjatuh di lantai. Ketika hendak bangkit Galih sudah lebih dulu menduduki perutnya. “Kamu mau apa, Galih?” pekik Lekha di tengah rasa nyilu di pipi dan rasa takutnya menghadapi Galih yang sedang dipenuhi amarah. “Dasar l***e! Lo pikir siapa berani mutusin gue seenaknya?!” bentak Galih kemudian menampar pipi yang tadi terbebas dari bogem mentahnya. Tak perlu menunggu lama darah segar mengalir di sudut bibir Lekha. Galih menarik rambut Lekha lalu melempar tubuh gadis itu ke sisi dinding. Entah sudah berapa pukulan dan tendangan penuh emosi yang dilayangkan oleh Galih ke tubuh Lekha. Sampai akhirnya membuat Lekha benar-benar tak berdaya dan hampir pingsan. Seolah tak puas dengan segala penyiksaan yang diberikan pada Lekha, Galih menyekap kekasihnya di sebuah ruangan gelap dan kedap udara di rumah kosnya. Saat itu di rumah kos hanya ada dia dan Lekha. Sedangkan teman-teman kos yang lain sedang sibuk dengan urusan di kampus masing-masing. Kalau saja sahabatnya itu tidak muncul tepat waktu di rumah kos Galih keesokan harinya, Lekha yakin sekarang sudah berada di neraka. Neraka dalam artian harfiah. Entah sudah separah apa fisiknya akibat pukulan membabi buta dari laki-laki itu. Telat sepuluh menit saja Syfo membawa Lekha ke rumah sakit… Ach! Lekha tidak berani membayangkan nasibnya kala itu. Dan di situlah awal mula Lekha mengalami pahitnya sebuah hubungan asmara. Sejak hari mengerikan itu Lekha tidak pernah benar-benar mencoba membuka hati untuk cinta yang baru. Setiap kali ada yang mencoba mendekati, Lekha akan senantiasa membangun tembok tinggi untuk melindungi hatinya. Dia benar-benar trauma menjalin hubungan asmara dengan laki-laki manapun. Dia bertekad untuk tidak terjebak dalam hubungan asmara jenis apa pun. Akibat pernah terjebak toxic relationship itulah Lekha menjadi trauma akan cinta bahkan enggan menikah di usianya yang beberapa tahun lagi memasuki kepala empat. At least sampai Lekha bertemu dengan laki-laki yang berhasil mencuri perhatian dan mengganggu pikirannya. Laki-laki itu bernama Bayu yang memiliki masa lalu pernah terlibat perselingkuhan dengan istri orang lain. Hal yang paling Lekha benci dan tak mudah dimaafkan dalam hidupnya. ~~~ ^vee^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN