"Abang!" Deanova nyaris memaki saat suara keras itu menjadi yang pertama dia dengar setelah masuk rumah. Menoleh, dia menemukan sosok adiknya yang masih menggunakan baju yang sama dengan apa yang dipakai saat Deanova pergi tadi. "Apa?!" sentak Dean kesal. Adiknya ini memang kadang agak diluar nalar. suaranya yang mirip toa masjid itu adalah hal yang paling tidak Deanova sukai. "Aku punya sesuatu yang penting yang harus Abang dengar," kata Dea. Gadis itu langsung menarik tangan kakaknya. Bukan ke arah kursi rumah tamu atau ruang tengah, tapi justru membawanya ke kamar miliknya sendiri. "Duh, aku mau mandi dulu." Deanova sudah bersiap untuk berbalik badan, menuju ke kamarnya sendiri. Tapi Dealova menahannya begitu kuat, bahkan setengah melempar Deanova ke arah tempat tidur. "Tunggu

