BOS AROGAN YANG MENAWAN

1771 Kata
Gadis cantik berwajah sederhana berjalan memasuki sebuah perusahaan terbesar di London. Netra coklat kehitamannya berbinar menatap interior perusahaan yang begitu menawan. Bahkan beberapa kali dia menatap heels yang menyentuh marmer kualitas terbaik yang dia pijak. Bibir tipisnya terus melengkung indah. Menciptakan sebuah lesung yang cukup dalam di pipi kanannya. Sungguh dia tak menyangka lamarannya bisa diterima oleh perusahaan ternama yang mendunia ini. Domino’s Corp. “Permisi... Saya Cantika. Saya datang untuk memenuhi panggilan interview di perusahaan ini.” Ucap Cantika dalam bahasa Inggris yang fasih. Sungguh dia bersyukur dikaruniai otak yang cerdas. Hingga dia bisa mendapatkan beasiswa di universitas London dan berkesempatan untuk melaksanakan interview penerimaan karyawan di perusahaan Domino’s Corp yang terkenal bonafit. “Boleh saya lihat berkas anda terlebih dahulu?” Ucap sang resepsionis cantik berambut gelombang berwarna pirang. Cantika pun segera memberikan map coklat yang berisi tentang data diri dan jenjang pendidikannya. Dengan ramah sang resepsionis cantik menerima map tersebut untuk memastikan kesesuaian berkas yang dibawa Cantika dengan data di komputer. Dengan jantung berdebar Cantika menunggu sang resepsionis mengecek datanya. Karena merasa harus bersabar menunggu, akhirnya Cantika pun memanjakan matanya dengan menatap ke sekeliling arah. Sungguh baru kali ini dia merasa kagum akan sekitarnya. Namun baru beberapa saat dia menikmati indahnya interior perusahaan, suara lembut mengejutkannya untuk kembali sadar. “Silakan anda masuk ke ruangan CEO untuk melakukan interview. Untuk aksesnya anda bisa menggunakan lift khusus tamu hingga lantai 30. Ruang CEO tepat berada di depan lift tersebut.” Ucap wanita itu ramah. “Terima kasih.” Ucap Cantika menundukkan kepalanya. Dengan langkah mantap gadis itu kembali melangkahkan kaki menuju lift yang ditunjukkan oleh sang resepsionis cantik. Sungguh saat ini jantungnya berdegup kencang. Seolah Cantika telah menghabiskan tenaganya untuk berlari ribuan kilometer. Bahkan saat di dalam lift dia merasa waktu bergerak layaknya slow motion, membuat jantungnya semakin gugup dan tak terkendali. Cantika akhirnya bisa bernafas lega saat denting lift berbunyi. Menandakan bahwa dirinya telah tiba di lantai yang ditujukan. Chief Eksecutief Officer Mr. Orlando Dominico Cantika membaca sebuah name tag yang terbuat dari emas murni terbaik yang dipahat. Sungguh luar biasa menyilaukan mata. Gadis itu merasa sangat gugup. Dan Cantika pun memastikan penampilannya sebelum masuk ke ruangan. Dengan tangan gemetar, jemari lentiknya mulai merapikan tatanan rambut dan pakaiannya. Berharap dia sudah berpenampilan semaksimal mungkin untuk bisa meyakinkan sang bos agar mempercayakan dirinya bekerja di perusahaan besar ini. Berkali-kali Cantika menarik nafas panjang. Dia berharap dengan menarik oksigen sebanyak-banyaknya, dia bisa meredam rasa gugup yang menyelimuti hatinya. TOK... TOK... TOK... Cantika mulai mengetuk pintu dengan ketukan yang sempurna dan teratur. Bahkan dari suara ketukannya pun semua orang tahu berdedikasi nya seorang Cantika. “Silakan masuk.” Ucap suara bariton dari dalam ruangan. Cantika pun mengusap lembut dadanya. Berusaha menetralkan jantungnya yang menggila. Sungguh ini adalah pengalaman pertama yang jauh lebih mendebarkan dibandingkan dengan sidang Pascasarjana. “Permisi.” Ucap Cantika sambil menunduk hormat. Cantika bisa melihat tatapan dingin dan arogan pria yang duduk di balik meja kebanggaannya. Pria itu memiliki netra abu-abu yang tajam. Seperti mata elang yang menemukan mangsanya. Bahkan tatapan Netra abu-abu itu berhasil membuatnya bergidik ngeri. Namun di balik tatapan dingin itu. Cantika menyadari betapa besar pesona sang CEO. Wajahnya begitu sempurna dengan pahatan yang pas dan tegas. Hidungnya begitu tinggi dengan garis tegas yang membuatnya semakin maskulin. Walau bibir tipisnya yang keunguan itu jelas menunjukkan bahwa dia perokok berat, namun tampak seksi di mata semua wanita. Baru kali ini Cantika melihat sosok pria dengan sejuta pesona seperti ini. Bahkan pesona itu bisa tetap memancar tanpa senyuman. “Perkenalkan nama, alamat, pendidikan terakhir dan apa tujuan anda bekerja di Domino’s Corp.” Ucap Orlando sang pemilik perusahaan sekaligus orang yang menduduki jabatan tertinggi di Domino’s Corp. Sejenak Cantika terpaku. Bahkan suara bariton pria itu membuatnya semakin kaku. Suara itu sangat mampu menggetarkan hatinya. Suara yang tegas dan begitu menampakkan bahwa dia adalah seorang penguasa. “Nama saya Cantika Putri, biasa dipanggil Cantika. Alamat saya di London street apartemen. Pendidikan terakhir saya Pascasarjana universitas London bidang Management bisnis. Tujuan saya bekerja adalah untuk mendapatkan sejumlah uang.” Ucap Cantika apa adanya. Orlando segera mengerutkan keningnya saat mendengar tujuan wanita itu bekerja di perusahaannya. Sungguh jujur. Jika biasanya para pelamar kerja mengatakan tujuan bekerja adalah untuk bisa menjadi bagian dari berkembangnya perusahaan nomor satu di dunia. Wanita ini memilih untuk mendapatkan uang. Orlando pun terkekeh. “Anda ingin bekerja untuk mendapatkan uang?” Ucap Orlando terkekeh. Hal itu sukses membuat Cantika tersenyum. Tawa ringan pria itu membuat kegugupannya mencair. “Ya. Karena saya yakin perusahaan yang terkenal mendunia ini pasti memberikan gaji yang luar biasa untuk karyawan nya. Dan saya akan memberikan kinerja terbaik saya untuk mendapatkan semua itu dan demi berkembangnya perusahaan dan masa depan hidup saya.” Ucap Cantika tegas. “Oke anda saya terima sebagai supervisor management bisinis.” Ucap Orlando tegas. “Anda serius?” Cantika sungguh terkejut dengan hasil wawancara singkat ini. Dia tak menyangka bisa di terima perusahaan besar ini dengan sangat mudah. “Tentu saja. Saya suka cara berpikir Anda yang logis, tegas dan tidak bertele-tele. Mulai besok pagi anda bisa mulai bekerja.” Ucap Orlando. “Terima kasih Sir...” Ucap Cantika. Kemudian gadis itu bergerak menuju pintu untuk keluar dari ruang CEO. “Tunggu!” Ucap Orlando dengan suara yang mampu menggelitik hatinya. Cantika pun terpaku. Dia bahkan sulit mengelola perasaannya sendiri. Entah apa yang terjadi dalam dirinya. Yang jelas baru kali ini ada pria yang membuatnya begitu kehilangan ekspresi. Cantika pun kembali menoleh dan berdiri menghadap pria dingin itu. Kini tatapan pria itu jauh lebih menusuk. Seolah ada kesalahan yang telah diperbuat oleh Cantika. “Yes Sir...” Ucap Cantika menunduk hormat. “Lain kali gunakan pakaian yang lebih menarik. Caramu berpakaian begitu kuno.” Ucap Orlando menatap penampilan Cantika dari ujung rambut hingga ujung kaki sambil mengusap dagunya yang seksi dengan bulu-bulu halus di sana. Cantika pun memperhatikan penampilannya. Dia merasa ini sangat pas untuk menjadi seorang wanita karir. Kemeja putih dengan blazer berwarna nude dan rok span di bawah lutut. Ditambah dengan high heels setinggi 6 cm. Cantika merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya. Tapi pria itu justru melangkahkan kakinya untuk bergerak mendekat ke arah Cantika. Pria itu mengitari tubuh cantiknya dengan tatapan menyelidik. Membuat tubuh Cantika gemetar. Jantungnya kini berdegup kencang, bahkan intonasinya bisa dia dengar dengan telinga nya sendiri. Dan beberapa detik kemudian, jemari pria itu menarik jepit rambut di kepalanya. Membuat tatanan rambut yang sudah rapi itu terlepas dan menampilkan rambut hitam gelombangnya yang bergoyang menawan. “Lebih cantik seperti ini.” Ucap Orlando mengedipkan sebelah matanya kemudian kembali ke kursi kebanggaannya. Walau pria itu sempat mengedipkan mata satunya, Cantika bahkan bisa merasakan bahwa pria itu tidaklah genit. Namun hanya sedikit mengekspresikan diri. Dan ekspresi itu sama sekali tidak mengurangi tampilan elegannya. Justru malah membuatnya semakin menawan. Cantika terpaku di tempatnya. Sungguh baru kali ini ada pria yang menyentuh rambutnya. Bahkan dengan berani melepaskan tatanan rambut yang sudah begitu rapi. Cantika pun menghela nafas panjang berusaha sabar. Dan hal yang membuatnya semakin menggila adalah kedipan mata itu. Kedipan mata yang membuatnya semakin kehilangan ekspresi diri. Cantika yakin kini dia menampakkan ekspresi bodohnya. Sungguh memalukan. “Kenapa masih diam di situ? Mau mencoba menggodaku?” ucap Orlando begitu arogan. Kali ini jangankan dengan kedipan, senyuman pun tidak tergambar di wajah tampannya. “Saya permisi Sir.” Ucap Cantika tak mau semakin salah tingkah. Wanita itu pun segera pergi meninggalkan Orlando. Sang bos Arogan yang menawan. Usai menjalankan interview dengan lancar. Cantika segera mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Sungguh dia merasa paru-parunya terasa sesak kekurangan oksigen karena gugup. Gadis itu pun keluar dari gedung pencakar langit yang megah itu. Kini gadis berwajah natural nan sederhana itu menangis terharu di depan perusahaan besar yang begitu megah. Perusahaan pencakar langit di London city. Netra coklat kehitaman itu terus meneteskan air mata. Dan sesaat kemudian gadis itu meraih handphone yang ada dalam tas Chanel jinjingnya. Tas Chanel yang dipinjamkan sahabatnya saat mengetahui Cantika hendak interview di perusahaan mendunia itu. Usai meraih handphonenya. Cantika pun segera mencari sebuah kontak pribadi seseorang. Seseorang yang begitu berharga dalam hidupnya. Seseorang yang begitu dia cinta dan mencintainya. Liana... Terhubung... “Hallo assalamualaikum...” ucap seseorang menjawab panggilan teleponnya. “Hallo waalaikum salam... Hiks... Hiks... Kakak...” Ucap Cantika sambil terisak. “Hei... Kamu kenapa? Ada apa? Jangan menangis... Apa kamu ada masalah? Tolong jangan buat Kakak khawatir...” Tanya Liana khawatir mendengar suara tangisan adiknya saat menelepon. “Kakak... Aku diterima bekerja... Hiks... Mulai besok aku sudah bekerja Kakak... Aku bahagia... Hiks... Hiks...” Tangis Cantika semakin pecah. Sungguh kali ini tak ada rasa sakit yang membuatnya membuang air mata. Tapi karena rasa bahagia yang begitu memuncak. “Syukurlah... Kakak ikut bahagia... Semoga kau sukses di sana.” Ucap Liana berdoa dengan begitu tulus. “Kakak... Aku berjanji... Aku akan berhemat agar bisa mengumpulkan uang agar kita bisa hidup normal. Aku ingin kita hidup bersama lagi seperti dulu... Hiks... Hiks...” Tangis Cantika semakin pecah. Gadis itu merasa sangat bersalah kepada saudara satu-satunya itu. Demi melindungi dirinya, sang kakak malah menceburkan diri dalam lautan masalah. “Hiks... Hiks... Hiks...” Liana hanya bisa menangis. Sudah tak ada kata yang bisa mewakili hancur perasaannya. Bukankah seorang kakak memang seharusnya berkorban untuk adiknya? “Maafkan aku Kak... Seharusnya aku yang di sana... Bukan Kakak... Hiks... Hiks... Hiks...” Ucap Cantika semakin terisak. “Sudah jangan seperti itu... Kamu pantas untuk sukses. Kamu cerdas. Kamu memiliki otak yang begitu cemerlang. Kakak tidak akan mungkin rela, adik Kakak yang cerdas dan membanggakan yang harus tinggal di tempat seperti ini. Kakak sudah pikirkan matang-matang. Jangan menangis lagi ya... Kakak sangat menyayangi mu... Hiks... Hiks...” Ucap Liana berbesar hati. “Iya Kakak... Kakak jaga kesehatan ya... Jangan telat makan.” Ucap Cantika. “Iya adikku sayang... Kamu juga ya... Jaga kesehatan. Jangan telat makan. Sudah kamu jangan nangis lagi. Nanti kamu jadi jelek...” Ucap Liana. “Hiks... hiks... kakak juga nangis... kita sama-sama nangis kok... Itu artinya kita sama-sama jelek dong... hiks... aku bahagia banget Kak... aku ingin kita kembali bersama seperti dulu lagi... hiks...” ucap Cantika sambil terisak pilu. “Iya Sayang... Kakak juga berharap kita kembali bersama. Sekarang kamu harus fokus bekerja dan jaga kesehatan ya...” Ucap Liana berusaha tersenyum. “Iya Kakak. Sudah dulu ya... Sampai jumpa... Assalamualaikum...” Ucap Cantika mengakhiri panggilan teleponnya. “Iya Sayang... Wa'alaikum salam...” Jawab Liana. Panggilan telepon mereka pun terputus. Cantika merasa begitu bersyukur memiliki saudara yang rela berkorban untuknya. Dan saat ini adalah masa di mana dia membalas Budi pada kakaknya itu. Dia harus bisa segera mengumpulkan uang untuk membebaskan kakaknya. Dan Cantika merasa ini adalah awal kehidupan cemerlang baginya dan saudara perempuannya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN