My Prince Season 2 - 83

2687 Kata
“Ya, kita adalah Teriana, salah satu ras yang cukup menggemaskan sekaligus menyeramkan, karena kita memiliki dua tanduk iblis di kepala dan ekor kelinci yang imut di p****t, bukankah itu menarik, perpaduan antara hitam dan putih.” Jelas Jiola pada Arga agar anak itu merasa bangga terhadap rasnya sendiri, seperti dirinya yang tampak begitu bangga mengagung—gungkan rasnya sendiri dan menganggap bahwa rasnyalah yang paling keren dan menarik dibandingkan dengan ras-ras lain. Tapi itu bukanlah hal yang aneh, sebab manusia-manusia yang berasal dari ras-ras lain pun memiliki sikap yang serupa seperti Jiola, yaitu memuja-muja rasnya sendiri bagaikan sebuah berkat dari Tuhan. “Menggemaskan dan menyeramkan, ya?” Arga mencoba untuk berpikir terlebih dahulu sebelum ikut-ikutan mengagung-agungkan ras dirinya, karena dia merasa ada yang salah jika ia berperilaku seperti Jiola, rasanya seperti kurang tepat jika mengganggap bahwa ras dirinya adalah yang paling superior sedangkan ras lain adalah rendahan. “Ya, aku senang karena terlahir sebagai Teriana, tapi terlepas dari itu semua, aku tidak ingin menyebut ras-ras selain ras kita adalah buruk atau tidak penting, karena bagiku semua manusia itu berharga, apa pun latar belakangnya.” Sebenarnya Arga berat mengatakan ini, karena dia juga punya rasa kebencian kepada ras lain, yaitu ras Saura, tapi dia harus mengungkapkannya agar tidak ada lagi orang yang membenci sesama manusia hanya karena perbedaan ras. Mendengar itu, Jiola sedikit termenung dan terkejut, tidak menyangka mendengar hal itu dari adiknya sendiri, itu membuat dirinya merasa menjadi contoh yang tidak baik di depan Arga. Seharusnya seorang kakak menjadi panutan bagi adiknya dalam bersikap dan menjalani hidup, bukan malah diceramahi atau dinasehati oleh adiknya sendiri karena bertingkah tidak baik. Ini memalukan. Sangat memalukan. Jiola jadi begitu merasa bersalah dan malu telah bersikap demikian. Berkat kejadian ini, Jiola mulai sedikit membuka pikirannya untuk menganggap bahwa semua orang itu penting dan berharga, mau apa pun ras mereka. “Aku minta maaf karena telah bersikap buruk terhadap ras lain, aku benar-benar minta maaf. Terima kasih karena telah menegurku, aku senang memiliki adik yang baik hati dan cerdas sepertimu, aku sangat bangga pada pola pikirmu yang begitu luas dan terbuka, tidak sempit dan picik sepertiku.” “Lupakan saja, lagipula itu hanya ucapanku di saat  sedang melamun, dan ingatlah, kau bukan kakakku dan aku bukan adikmu, berhentilah beranggapan kita berdua adalah saudara kandung. Itu menggangguku!” bentak Arga dengan menepuk permukaan ranjang secara kasar menggunakan dua tangannya. Setelah itu, dia kembali  bersuara, “Ngomong-ngomong, ras mana saja yang sering dieksekusi di tengah kota?” “Banyak, tapi yang sering sekali dieksekusi adalah ras kita, Teriana,” kata Jiola dengan meneguk ludahnya sendiri saking tegangnya, membuat Arga yang mendengarnya agak sedikit kaget karena tidak menyangka kalau rasnya sering melakukan pelanggaran dan berakhir disiksa di hadapan semua orang di kota ini. “Aku juga tidak tahu apa penyebabnya selain mereka melakukan pelanggaran, karena aku merasa manusia-manusia yang berasal dari ras Teriana adalah orang-orang yang baik dan  polos, mereka tidak mungkin melakukan pelanggaran hukum. Tapi itu sudah bukan lagi hal yang aneh, karena banyak sekali manusia-manusia yang berasal dari ras lain, tampak begitu membenci Ras Teriana, karena memiliki keturunan dari iblis yang dibenci semua ras.” “Sudah kuduga, pasti alasannya begitu. Karena kita memiliki darah iblis di tubuh kita, ras-ras lain merasa tidak nyaman berbaur dengan kita. Mungkin mereka menganggap bahwa kita memiliki kecenderungan bertingkah seperti iblis jadi bukan hal yang sulit untuk melakukan sebuah kejahatan. Tapi faktanya tidak begitu, kan?” tanya Arga pada Jiola untuk memastikan hal tersebut, karena bisa saja memang sebenarnya begitu, bahwa Ras Teriana punya sifat jahat seperti Iblis karena berasal dari keturunan makhluk keji tersebut. “Tentu saja tidak begitu! Ras Teriana adalah ras yang sangat lemah dan tidak bisa membela diri ketika sedang disudutkan, karena terlepas dari darah iblis yang melekat di tubuh kita, kita juga punya keturunan kelinci yang mungil dan lembut. Seharusnya mereka juga melihat sisi lain dari kita, yaitu sifat kelinci yang juga melekat di diri kita. Aku benar-benar sedih jika melihat Para Teriana dieksekusi di tengah kota, dan ras-ras lain pun terlihat begitu senang melihatnya. Itu membuat hatiku sakit. Itulah kenapa aku tidak mau melihat acara eksekusi seperti itu lagi. Aku sangat trauma.” “Simpan tangisanmu untuk nanti, sekarang beritahu aku ras-ras apa yang menghuni kota ini selain ras Teriana dan Saura?” tanya Arga secara langsung agar bisa mendapatkan jawaban yang cepat karena sejujurnya dia sudah sangat bosan mendengar Jiola yang berlagak sedih seperti seorang korban, karena bisa saja ras-ras lain punya sesuatu yang membuat mereka dibenci oleh yang lainnya. “Yang aku tahu, selain Teriana: ras campuran iblis-kelinci dan Saura: ras meteor, juga ada Viola: ras kupu-kupu, Etina: ras ular, Onola: ras kucing, Hurimsa: ras rumput, Giyo: ras pedang, Xianika: ras bintang, dan terakhir Devile: ras Vampire.” Setelah mendengar nama-nama dari ras-ras yang menghuni kota ini, Arga terdiam dalam sesaat sebelum akhirnya tersenyum senang dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Tampaknya Arga telah menemukan  cara agar dia bisa membongkar siapa yang telah membuat Ras Teriana begitu dibenci oleh ras-ras lain dan juga cara agar semua ras yang menghuni kota ini bisa lebih ramah terhadap semua ras. “Teriana?” Setelah mendengar nama ras dari dirinya, Arga agak terkejut karena namanya begitu cantik dan indah, tapi  arti dari nama itu cukup menyeramkan karena ternyata ras Teriana adalah ras yang berasal dari campuran iblis dan kelinci. Apa maksudnya itu? Apakah dulunya ada seorang iblis yang mengawini kelinci sehingga terciptalah ras Teriana? Kembali bertanya-tanya, Arga semakin penasaran dengan hal tersebut. Pasti ada alasan dan sejarahnya dari terbentuknya Ras Teriana, juga ras-ras lain yang masih belum diketahui oleh Arga. “Ya, kita adalah Teriana, salah satu ras yang cukup menggemaskan sekaligus menyeramkan, karena kita memiliki dua tanduk iblis di kepala dan ekor kelinci yang imut di p****t, bukankah itu menarik, perpaduan antara hitam dan putih.” Jelas Jiola pada Arga agar anak itu merasa bangga terhadap rasnya sendiri, seperti dirinya yang tampak begitu bangga mengagung—gungkan rasnya sendiri dan menganggap bahwa rasnyalah yang paling keren dan menarik dibandingkan dengan ras-ras lain. Tapi itu bukanlah hal yang aneh, sebab manusia-manusia yang berasal dari ras-ras lain pun memiliki sikap yang serupa seperti Jiola, yaitu memuja-muja rasnya sendiri bagaikan sebuah berkat dari Tuhan. “Menggemaskan dan menyeramkan, ya?” Arga mencoba untuk berpikir terlebih dahulu sebelum ikut-ikutan mengagung-agungkan ras dirinya, karena dia merasa ada yang salah jika ia berperilaku seperti Jiola, rasanya seperti kurang tepat jika mengganggap bahwa ras dirinya adalah yang paling superior sedangkan ras lain adalah rendahan. “Ya, aku senang karena terlahir sebagai Teriana, tapi terlepas dari itu semua, aku tidak ingin menyebut ras-ras selain ras kita adalah buruk atau tidak penting, karena bagiku semua manusia itu berharga, apa pun latar belakangnya.” Sebenarnya Arga berat mengatakan ini, karena dia juga punya rasa kebencian kepada ras lain, yaitu ras Saura, tapi dia harus mengungkapkannya agar tidak ada lagi orang yang membenci sesama manusia hanya karena perbedaan ras. Mendengar itu, Jiola sedikit termenung dan terkejut, tidak menyangka mendengar hal itu dari adiknya sendiri, itu membuat dirinya merasa menjadi contoh yang tidak baik di depan Arga. Seharusnya seorang kakak menjadi panutan bagi adiknya dalam bersikap dan menjalani hidup, bukan malah diceramahi atau dinasehati oleh adiknya sendiri karena bertingkah tidak baik. Ini memalukan. Sangat memalukan. Jiola jadi begitu merasa bersalah dan malu telah bersikap demikian. Berkat kejadian ini, Jiola mulai sedikit membuka pikirannya untuk menganggap bahwa semua orang itu penting dan berharga, mau apa pun ras mereka. “Aku minta maaf karena telah bersikap buruk terhadap ras lain, aku benar-benar minta maaf. Terima kasih karena telah menegurku, aku senang memiliki adik yang baik hati dan cerdas sepertimu, aku sangat bangga pada pola pikirmu yang begitu luas dan terbuka, tidak sempit dan picik sepertiku.” “Lupakan saja, lagipula itu hanya ucapanku di saat  sedang melamun, dan ingatlah, kau bukan kakakku dan aku bukan adikmu, berhentilah beranggapan kita berdua adalah saudara kandung. Itu menggangguku!” bentak Arga dengan menepuk permukaan ranjang secara kasar menggunakan dua tangannya. Setelah itu, dia kembali  bersuara, “Ngomong-ngomong, ras mana saja yang sering dieksekusi di tengah kota?” “Banyak, tapi yang sering sekali dieksekusi adalah ras kita, Teriana,” kata Jiola dengan meneguk ludahnya sendiri saking tegangnya, membuat Arga yang mendengarnya agak sedikit kaget karena tidak menyangka kalau rasnya sering melakukan pelanggaran dan berakhir disiksa di hadapan semua orang di kota ini. “Aku juga tidak tahu apa penyebabnya selain mereka melakukan pelanggaran, karena aku merasa manusia-manusia yang berasal dari ras Teriana adalah orang-orang yang baik dan  polos, mereka tidak mungkin melakukan pelanggaran hukum. Tapi itu sudah bukan lagi hal yang aneh, karena banyak sekali manusia-manusia yang berasal dari ras lain, tampak begitu membenci Ras Teriana, karena memiliki keturunan dari iblis yang dibenci semua ras.” “Sudah kuduga, pasti alasannya begitu. Karena kita memiliki darah iblis di tubuh kita, ras-ras lain merasa tidak nyaman berbaur dengan kita. Mungkin mereka menganggap bahwa kita memiliki kecenderungan bertingkah seperti iblis jadi bukan hal yang sulit untuk melakukan sebuah kejahatan. Tapi faktanya tidak begitu, kan?” tanya Arga pada Jiola untuk memastikan hal tersebut, karena bisa saja memang sebenarnya begitu, bahwa Ras Teriana punya sifat jahat seperti Iblis karena berasal dari keturunan makhluk keji tersebut. “Tentu saja tidak begitu! Ras Teriana adalah ras yang sangat lemah dan tidak bisa membela diri ketika sedang disudutkan, karena terlepas dari darah iblis yang melekat di tubuh kita, kita juga punya keturunan kelinci yang mungil dan lembut. Seharusnya mereka juga melihat sisi lain dari kita, yaitu sifat kelinci yang juga melekat di diri kita. Aku benar-benar sedih jika melihat Para Teriana dieksekusi di tengah kota, dan ras-ras lain pun terlihat begitu senang melihatnya. Itu membuat hatiku sakit. Itulah kenapa aku tidak mau melihat acara eksekusi seperti itu lagi. Aku sangat trauma.” “Simpan tangisanmu untuk nanti, sekarang beritahu aku ras-ras apa yang menghuni kota ini selain ras Teriana dan Saura?” tanya Arga secara langsung agar bisa mendapatkan jawaban yang cepat karena sejujurnya dia sudah sangat bosan mendengar Jiola yang berlagak sedih seperti seorang korban, karena bisa saja ras-ras lain punya sesuatu yang membuat mereka dibenci oleh yang lainnya. “Yang aku tahu, selain Teriana: ras campuran iblis-kelinci dan Saura: ras meteor, juga ada Viola: ras kupu-kupu, Etina: ras ular, Onola: ras kucing, Hurimsa: ras rumput, Giyo: ras pedang, Xianika: ras bintang, dan terakhir Devile: ras Vampire.” Setelah mendengar nama-nama dari ras-ras yang menghuni kota ini, Arga terdiam dalam sesaat sebelum akhirnya tersenyum senang dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Tampaknya Arga telah menemukan  cara agar dia bisa membongkar siapa yang telah membuat Ras Teriana begitu dibenci oleh ras-ras lain dan juga cara agar semua ras yang menghuni kota ini bisa lebih ramah terhadap semua ras. “Teriana?” Setelah mendengar nama ras dari dirinya, Arga agak terkejut karena namanya begitu cantik dan indah, tapi  arti dari nama itu cukup menyeramkan karena ternyata ras Teriana adalah ras yang berasal dari campuran iblis dan kelinci. Apa maksudnya itu? Apakah dulunya ada seorang iblis yang mengawini kelinci sehingga terciptalah ras Teriana? Kembali bertanya-tanya, Arga semakin penasaran dengan hal tersebut. Pasti ada alasan dan sejarahnya dari terbentuknya Ras Teriana, juga ras-ras lain yang masih belum diketahui oleh Arga. “Ya, kita adalah Teriana, salah satu ras yang cukup menggemaskan sekaligus menyeramkan, karena kita memiliki dua tanduk iblis di kepala dan ekor kelinci yang imut di p****t, bukankah itu menarik, perpaduan antara hitam dan putih.” Jelas Jiola pada Arga agar anak itu merasa bangga terhadap rasnya sendiri, seperti dirinya yang tampak begitu bangga mengagung—gungkan rasnya sendiri dan menganggap bahwa rasnyalah yang paling keren dan menarik dibandingkan dengan ras-ras lain. Tapi itu bukanlah hal yang aneh, sebab manusia-manusia yang berasal dari ras-ras lain pun memiliki sikap yang serupa seperti Jiola, yaitu memuja-muja rasnya sendiri bagaikan sebuah berkat dari Tuhan. “Menggemaskan dan menyeramkan, ya?” Arga mencoba untuk berpikir terlebih dahulu sebelum ikut-ikutan mengagung-agungkan ras dirinya, karena dia merasa ada yang salah jika ia berperilaku seperti Jiola, rasanya seperti kurang tepat jika mengganggap bahwa ras dirinya adalah yang paling superior sedangkan ras lain adalah rendahan. “Ya, aku senang karena terlahir sebagai Teriana, tapi terlepas dari itu semua, aku tidak ingin menyebut ras-ras selain ras kita adalah buruk atau tidak penting, karena bagiku semua manusia itu berharga, apa pun latar belakangnya.” Sebenarnya Arga berat mengatakan ini, karena dia juga punya rasa kebencian kepada ras lain, yaitu ras Saura, tapi dia harus mengungkapkannya agar tidak ada lagi orang yang membenci sesama manusia hanya karena perbedaan ras. Mendengar itu, Jiola sedikit termenung dan terkejut, tidak menyangka mendengar hal itu dari adiknya sendiri, itu membuat dirinya merasa menjadi contoh yang tidak baik di depan Arga. Seharusnya seorang kakak menjadi panutan bagi adiknya dalam bersikap dan menjalani hidup, bukan malah diceramahi atau dinasehati oleh adiknya sendiri karena bertingkah tidak baik. Ini memalukan. Sangat memalukan. Jiola jadi begitu merasa bersalah dan malu telah bersikap demikian. Berkat kejadian ini, Jiola mulai sedikit membuka pikirannya untuk menganggap bahwa semua orang itu penting dan berharga, mau apa pun ras mereka. “Aku minta maaf karena telah bersikap buruk terhadap ras lain, aku benar-benar minta maaf. Terima kasih karena telah menegurku, aku senang memiliki adik yang baik hati dan cerdas sepertimu, aku sangat bangga pada pola pikirmu yang begitu luas dan terbuka, tidak sempit dan picik sepertiku.” “Lupakan saja, lagipula itu hanya ucapanku di saat  sedang melamun, dan ingatlah, kau bukan kakakku dan aku bukan adikmu, berhentilah beranggapan kita berdua adalah saudara kandung. Itu menggangguku!” bentak Arga dengan menepuk permukaan ranjang secara kasar menggunakan dua tangannya. Setelah itu, dia kembali  bersuara, “Ngomong-ngomong, ras mana saja yang sering dieksekusi di tengah kota?” “Banyak, tapi yang sering sekali dieksekusi adalah ras kita, Teriana,” kata Jiola dengan meneguk ludahnya sendiri saking tegangnya, membuat Arga yang mendengarnya agak sedikit kaget karena tidak menyangka kalau rasnya sering melakukan pelanggaran dan berakhir disiksa di hadapan semua orang di kota ini. “Aku juga tidak tahu apa penyebabnya selain mereka melakukan pelanggaran, karena aku merasa manusia-manusia yang berasal dari ras Teriana adalah orang-orang yang baik dan  polos, mereka tidak mungkin melakukan pelanggaran hukum. Tapi itu sudah bukan lagi hal yang aneh, karena banyak sekali manusia-manusia yang berasal dari ras lain, tampak begitu membenci Ras Teriana, karena memiliki keturunan dari iblis yang dibenci semua ras.” “Sudah kuduga, pasti alasannya begitu. Karena kita memiliki darah iblis di tubuh kita, ras-ras lain merasa tidak nyaman berbaur dengan kita. Mungkin mereka menganggap bahwa kita memiliki kecenderungan bertingkah seperti iblis jadi bukan hal yang sulit untuk melakukan sebuah kejahatan. Tapi faktanya tidak begitu, kan?” tanya Arga pada Jiola untuk memastikan hal tersebut, karena bisa saja memang sebenarnya begitu, bahwa Ras Teriana punya sifat jahat seperti Iblis karena berasal dari keturunan makhluk keji tersebut. “Tentu saja tidak begitu! Ras Teriana adalah ras yang sangat lemah dan tidak bisa membela diri ketika sedang disudutkan, karena terlepas dari darah iblis yang melekat di tubuh kita, kita juga punya keturunan kelinci yang mungil dan lembut. Seharusnya mereka juga melihat sisi lain dari kita, yaitu sifat kelinci yang juga melekat di diri kita. Aku benar-benar sedih jika melihat Para Teriana dieksekusi di tengah kota, dan ras-ras lain pun terlihat begitu senang melihatnya. Itu membuat hatiku sakit. Itulah kenapa aku tidak mau melihat acara eksekusi seperti itu lagi. Aku sangat trauma.” “Simpan tangisanmu untuk nanti, sekarang beritahu aku ras-ras apa yang menghuni kota ini selain ras Teriana dan Saura?” tanya Arga secara langsung agar bisa mendapatkan jawaban yang cepat karena sejujurnya dia sudah sangat bosan mendengar Jiola yang berlagak sedih seperti seorang korban, karena bisa saja ras-ras lain punya sesuatu yang membuat mereka dibenci oleh yang lainnya. “Yang aku tahu, selain Teriana: ras campuran iblis-kelinci dan Saura: ras meteor, juga ada Viola: ras kupu-kupu, Etina: ras ular, Onola: ras kucing, Hurimsa: ras rumput, Giyo: ras pedang, Xianika: ras bintang, dan terakhir Devile: ras Vampire.” Setelah mendengar nama-nama dari ras-ras yang menghuni kota ini, Arga terdiam dalam sesaat sebelum akhirnya tersenyum senang dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Tampaknya Arga telah menemukan  cara agar dia bisa membongkar siapa yang telah membuat Ras Teriana begitu dibenci oleh ras-ras lain dan juga cara agar semua ras yang menghuni kota ini bisa lebih ramah terhadap semua ras.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN