SATU

1106 Kata
cerita untuk umur 21+ keatasss Tangannya dengan lincah memotong dan mengupas beberapa siung bawang merah dan bawang putih yang akan Bulan masukan ke dalam tumis kangkungnya. Tapi, gerakan tangan Bulan yang sedang mengiris tipis-tipis bawang merah harus terhenti sejenak di saat tengkuk Bulan di belakang sana terasa merinding. Karena terasa merinding, tengkuknya juga menjadi terasa gatal, membuat Bulan meletakkan begitu saja pisau dan bawang putih itu di atas talenan, dan Bulan berjalan menuju westafel untuk mencuci tangannya lalu menggaruk tengkuknya sampai tidak gatal lagi. Dan Bulan mendesah lega, di saat tengkuknya sudah tidak terasa gatal lagi, dan Bulan sudah kembali mengiris bawangnya. Tapi, sekali lagi, gerakan tangan Bulan yang akan mengiris satu siung bawang putih yang tersisa itu untuk dimasukan ke dalam kumis kangkungnya, harus terhenti di saat alarm yang Bulan pasang di ponselnya berbunyi dengan suara yang sangat nyaring, membuat Bulan cepat-cepat berjalan menuju meja makan yang hanya di isi dua kursi itu. Bulan mematikan alarm yang sengaja Bulan setel untuk membangunkan ia jam 9 pagi, tapi nyatanya Bulan malah bangun lebih awal dua jam yaitu jam 7 pagi untuk menyiapkan makan siang kekasihnya, Damar. "Astaga, Damar ada chat juga,"Ucap Bulan panik. Karena di saat Bulan mengotak-ngatik ponselnnya, ternyata Damar mengiriminya 6 chat. Chat yang isinya sama, kalau siang ini, Damar ingin makan tumis kangkung, telur gulung, paha ayam yang di goreng dengan tepung, sama sambal kecap yang super pedas. Dan melihat isi chat kekasihnya, Damar. Bulan menggigit bibir bawahnya merasa bersalah. Nasi sudah matang, telur gulung sudah Bulan masak, sambal kecap super pedas sudah Bulan buatkan juga, tapi ayam goreng dan tumis belum selesai Bulan masak, sedang Damar sedang ada dalam perjalanan saat ini. "Semangat, Bulan. Jangan buat Damar kecewa. Dari kemarin pagi kekasihmu itu merengek, ingin kamu memasak menu yang sangat gampang kamu olah itu."Ucap Bulan menyemati dirinya. Tapi, sial! Telapak kakinya di bawah sana terasa sangat sakit, telapak kaki kiri Bulan yang entah bagaimana bisa menginjak paku di saat Bulan menjemur pakaiannya di depan rumah 2 jam yang lalu . Dari mana paku itu berasal? Bulan selama ngekos di rumah ini, tidak pernan membeli paku dan membuang paku sembarangan di rumahnya. Dan karena ada insiden ia yang menginjak paku, membuat Bulan yang ingin memasak makan siang Damar setelah ia selesai jemur pakaiannya, harus istrahat dulu dan mengobati kakinya. 4 menit berlalu... "Yey, tinggal goreng ayam..."Girang Bulan karena tumis kangkung sudah selesai Bulan masak, dan sedang Bulan hidangkan di atas piring yang sudah Bulan tata di atas meja makan. Melihat masakan sederhannya yang sudah tertata rapi di atas meja makan, Bulan tersenyum senang dan bangga melihatnya. "Semoga rasanya enak di lidah, Damar..."Bisik Bulan penuh harapan, masih dengan senyum senang yang terbit begitu lebar di kedua bibir Bulan. Tapi, saat ini, detik ini, senyum lebar yang terbit di kedua bibir Bulan, harus lenyap di saat tiba-tiba ada sepasang tangan kokoh yang sudah melingkari pinggangnya dari belakang saat ini. Bahkan tubuh Bulan menegang kaku, tapi tubuh mungil Bulan perlahan merileks di saat aroma yang sudah Bulan hapal mati selama 4 tahun ini, menyapa indera pencium Bulan. "Damar..."Bisik Bulan pelan, dan bisikan Bulan mendapat jawaban berupa kecupan yang super mesra yang Damar labuhkan pada tengkuk yang Bulan garuk tadi, dan kecupan Damar barusan, membuat Bulan bergidik geli. "Aroma tumis kangkungmu kecium sampai di depan rumah, pasti rasanya enak..."Bisik Damar lirih tepat di depan telinga samping kanan Bulan kali ini. Dan bisikan Damar, yang memuji masakannya berhasil membuat kedua pipi Bulan memerah. Bulan tersenyum malu-malu, tapi senyum Bulan lenyap di saat Bulan ingat, kalau masih ada ayam yang harus ia goreng. Bahkan Bulan sudah melepaskan paksa pelukan Damar pada tubuhnya saat ini, dan syukurnya Damar tidak protes akan kelakuan frontalnya barusan. "Kenapa?"Tanya Damar masih dengan suara lirihnya. Menatap wajah Bulan dengan tatapan yang super-super dalam dan penuh arti. "Maaf, acara masakku belum selesai. Masih ada ayam yang belum aku goreng, Mar...."Bisik Bulan merasa bersalah, Bulan juga bahkan menundukkan kepalanya dalam, tidak mau dan berani melihat raut kecewa pada wajah kekasihnya. Tapi, 3 detik kemudian, tubuh Bulan menegang kaku di saat dengan tiba-tiba Damar sudah kembali mendekap tubuhnya erat saat ini dari arah depan. Bahkan... Bahkan milik Damar yang ada di balik celana levis selutut yang Damar pakai saat ini sudah siap.... sudah memberikan kode kalau Damar saat ini sangat menginginkannya, membuat Bulan mencelus mengetahui fakta kalau... kalau kekasihnya Damar dalam keadaan sedang bernafsu saat ini. "Tolong, Sayang. Aku... melihatmu yang mondar-mandir sejak 8 menit yang lalu, sudah menginginkanmu, sangat menginginkanmu, tolong aku, kamu tahu bukan, apabila aku tidak menuntaskan apa yang aku inginkan yang satu ini, maka aku akan sakit kepala sepanjang hari, hari ini. Tolong, Sayang."Bisik Damar parau tepat di depan kedua bibir Bulan yang sedikit terbuka karena kaget akan semua ucapan yang barusan keluar dengan lirih dari mulut kekasihnya. Dan sejak 8 menit yang lalu? Artinya dari tadi Damar sudah ada di rumah ini dan dalam diam mengintipnya yang sedang masak? "Ya, aku mengintip kamu sedari tadi yang sedang sibuk masak makan siang untukku,"Jawab Damar pertanyaan Bulan yang belum Bulan ucapkan dengan mulutnya. "Rasanya sakit kalau aku tidak segera melakukan apa yang aku inginkan saat ini..."Bisik Damar dengan nada suara yang terdengar sangat tersiksa dan frustasi. Wajahnya sudah Damar jauhkan dari wajah Bulan. Damar ingin melihat ekspresi Bulan. Ingin melihat apakah Bulan mengangguk atau menggeleng menolak permintannya. Dan Bulan... "Boleh, tapi main pelan-pelan ya, soalnya perutku sedikit sakit sejak semalam,"Ucap Bulan dengan senyum hangatnya. Damar? Tanpa menjawab ucapan Bulan barusan. Laki-laki itu langsung melepaskan baju dan celananya tergesa. "Main di sofa,"Ucap Damar di sela melepas pakainnya. Bulan yang mendengar ucapan Damar mengangguk malu dan lebih dulu melenggang menuju sofa yang ada di ruang keluarga. Damar? Laki-laki itu saat ini terlihat tercekat di tempatnya. Gerakannya yang membuka celananya terhenti. Tatapan matanya menatap dalam dan penuh arti pada tubuh Bulan yang sudah di telan oleh tembok dan lorong. Dan Damar detik ini, terlihat mengusap wajahnya frustasi. "Nggak apa-apa kan, aku meneguk tubuhnya sekali saja sebelum aku mencampakkannya nanti?" "Ah, nggak apa-apa, Mar. Kamu nggak jahat, toh per*wannya Bulan bahkan sudah kamu ambil sejak 4 tahun yang lalu, meni*urinya sekali lagi, nggak apa-apa. Itu bukan dosa besar...."Ucap Damar dengan senyum tipisnya. Dan Damar dengan langkah tak sabar, segera menyusul Bulan. Tadi. Damar datang hanya niat untuk makan masakan Bulan dan juga untuk memutuskan hubungannya dengan Bulan. Entah kenapa Damar sangat ingin makan tumis kangkung hasil masakan Bulan. Dan ia menginginkan hal itu? Salahkan saja Bulan yang pakai celana super pendek tadi. Memperlihatkan kedua pahanya yang putih bersih dan terlihat agak montok dan berisi. Ya, ini salah, Bulan. Coba ia pakai pakaian tertutup. Pasti Damar tidak akan memanfaatkan tubuhnya untuk terakhir kalinya sebelum Damar memutuskan hubungan mereka nanti. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN