Bab 6 - Uang di bantal dan waktu mundur

1586 Kata
Tn. Dan Ny. Pratja pun membuat perjanjian dengan pihak Homeschooling bahwa Wish akan mendapat pengajaran selama 3 tahun dan akan direkomendasikan masuk ke sekolah Gifted International School. Beberapa kali Tn. Pratja ragu bahwa Wish tidak akan diterima masuk karena besarnya biaya sekolah yang ditanggung. Ny. Pratja berupaya menyakinkan suaminya bahwa Wish pasti bisa melakukannya dan pasti bisa tamat dari sekolah itu. Ada banyak pengorbanan yang dilakukan orang tua Wish untuk memasukkan Wish ke Homeschooling itu. Mereka harus menguras tabungan mereka dan beberapa aset harus dijual untuk biaya yang dikeluarkan. Meski mereka sudah mengumpulkan semua harta mereka tetapi, masih saja kurang. Besok mereka akan mencoba meminjam uang untuk menutupi kekurangan itu. Jadi malam ini, Tn. Pratja berencana menyelesaikan pekerjaan kantornya sehingga besok pagi bisa dengan tenang mencari pinjaman. Tn. Pratja yang sedang mengerjakan beberapa file di kamarnya merasa kelelahan. Matanya sesekali ia kucek karena sakit yang dirasakan. Ia menghentakkan lehernya karena kram yang dirasakan begitu sakit. Tiba-tiba sesuatu mengalihkan perhatiannya. Ia merasakan ada lintasan kilat kecil dari belakang pundaknya - sepertinya cahaya kilat itu berada di tempat tidur. Ia melihat ke belakang tetapi yang ada hanya Ny. Pratja yang tertidur. Ia melihat ke bantal yang ada di sebelah Ny. Pratja seperti ada yang aneh. Bantal miliknya itu terasa lebih besar dibanding biasanya. Ia curiga bahwa ada binatang yang masuk ke dalam bantal untuk bersembunyi. Ia berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah bantal. Jantungnya berdebar kencang karena takut bahwa yang di dalam bantal itu - tepat di sebelah kepala istrinya, ada binatang ataupun sesuatu yang tidak bisa diungkapkan akan menyakiti mereka. Sempat juga ia merasa itu hantu. Ia berjalan lambat dan berdiri melihat bantal dengan ragu-ragu. Ia tidak melihat apapun yang aneh karena tidak ada gerakan. Karena kalau itu adalah binatang, seharusnya bergerak, tetapi, ini tidak. Ia angkat bantal sedikit dan merasakan bahwa bantal terasa berat saat diangkat. Ia membuka sarung bantal, dan kapas yang ada di dalam bantal berubah menjadi uang yang banyak. "Apakah ini uang sungguhan? Dimana kapas bantal ini?" Pikir Tn. Pratja dalam hati tetapi ia tidak berbuat apa-apa. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kuat berharap bahwa ini hanya halusinasinya. Ia hanya mengerutkan wajah dan tidak menyentuhnya untuk memastikan apakah itu uang asli. “Baiklah.. Baiklah, ini hanya mimpi.” ucapnya sambil menarik napas. Ia menyisihkan bantal itu di sudut meja rias, karena ia tahu bisa jadi itu hanya khayalan saja. Ia pergi ke meja kerjanya dan menutup laptopnya. Ia ingat bahwa ia punya masalah dengan matanya mungkin karena kelelahan mengerjakan tugas kantor. Meski belum selesai, ia pun pergi tidur di sebelah Ny. pratja. Ia tidur dengan bantal guling di kepalanya dan merasa dirinya sedang berada di dalam mimpi. Esok paginya adalah hari Wish memulai sekolahnya. Tn. Pratja ingat itu. Ia pun bangun lebih pagi karena akan harus melanjutkan pekerjaan kantornya yang belum selesai semalam dan dengan segera mencari pinjaman. Belum sempat beranjak dari tempat tidur, ia melihat bantal yang semalam ia sisihkan dengan tajam dan ingin membuktikan bahwa tadi malam itu hanyalah khayalan saja. Jika itu mimpi, mengapa ia bangun tanpa bantal? Kemungkinan bahwa itu nyata ada di dalam benak Tn. Pratja. Ny. Pratja terbangun dan melihat suaminya mendekati bantal yang diletakkan di meja rias dan berkata, ”Kenapa bantal Ayah di meja rias?” Tanya-nya membuat Tn. pratja terkejut. Ia melihat ke arah istrinya yang berbaring di ranjang dengan mata sayup-sayup. “Bu, ibu percaya sihir?” Tanya Tn.Pratja bertele-tele. Wajah Tn. Pratja menjadi lembab. “Kamu kenapa sih, Yah? Anehlah,” ucap Ny. Pratja dan duduk di ranjangnya. Tn. Pratja punya ide, “Coba Ibu lihat di dalam bantal itu.” “Kenapa?” ucap Ny. Pratja lalu berdiri menuju Tn. Pratja. Ny. Pratja langsung melakukan apa yang diminta suaminya. Ia mengangkat bantal yang terletak di meja riasnya, “Berat! Kenapa ini berat sekali?" Kata Ny. Pratja heran. Ia buka sarungnya dan "JENGJENG" - berisi uang. “Uang? Banyak sekali! Dari mana ini?” Ny. Pratja terbengong melihat uang yang banyak yang ada di dalam sarung bantal. Ia menggeledah isi sarung bantal itu untuk memastikan apakah itu benar-benar uang. Ia melihat suaminya dengan mulut terbuka. Tn. Pratja merebut kantung bantal dari tangan Ny. Pratja untuk memastikan sendiri bahwa yang ia lihat di malam hari kemarin bukanlah mimpi. Ia beberapa kali menyentuhnya dan tidak bisa menyangkal lagi. Apa yang ia lihat tadi subuh ternyata tidaklah salah. “Itu benar-benar uang kah?” Tn. Pratja memberikan selembar uang yang ia pegang kepada Ny. Pratja. Ia melihat uang itu dari dekat, mengangkatnya ke atas melihat dari arah datangnya cahaya dan meremasnya. Tn. Pratja menceritakan apa yang terjadi saat subuh kepada istrinya. Mereka saling bertanya-tanya darimana uang itu berasal. “Ini sangat banyak. Kita bisa bayar uang sekolah Wish.” Ucap gembira Ny. Pratja dan melupakan untuk mencari asal usul uang yang banyak itu. *** Metode yang dipakai homeschooling ini adalah online. Tidak ada guru pengajar yang datang ke rumah Wish untuk mengajarnya. Jadi Wish hanya berada di kamarnya dan belajar sesuai jadwal yang diberikan. Mengapa mereka menggunakan metode online adalah karena mereka tidak ingin identitas mereka diketahui oleh orang banyak. Ini salah satu cara yang baik bagi mereka jika seseorang pada akhirnya setelah mengikuti kursus ini, tetapi tidak dapat masuk ke sekolah bergengsi itu. Ada banyak waktu yang harus disisihkan untuk belajar. Biasanya, untuk sekolah reguler waktu belajar hanyalah 5 hingga 6 jam. Tetapi, untuk pelajaran online ini, ia harus menghabiskan waktu 8 jam dan di hari minggu - 5 jam. Waktunya begitu padat bahkan untuk mengurus diri sendiri. Ia sudah menyiapkan laptopnya, alat belaajrnya dan juga menyetel alarm untuk bisa bangun tepat waktu. Ny. Pratja mengetuk pintu Wish untuk membangunkannya. Ini adalah hari pelajaran daring pertamanya. Ny. Pratja tidak ingin anaknya terlambat di hari pertama ia memulai kelas.  Wish terbangun karena suara Ny. Partja. "WISH, SUDAH BANGUN??" Teriak Ny. Pratja lagi lalu masuk ke dalam kamar Wish yang tidak terkunci. "Iya Bu." teriak Wish menuju kamar mandi. Ia bergadang semalaman karena mempersiapkan keperluan yang akan diperlukan untuk hari pertama belajarnya. "Wah, kamu belum siap-siap. Cepat!” ucap Ny. Pratja melihat Wish berlambat-lambat berdiri dari kasurnya. Wish melihat jam dinding menunjuk 7.45 Am. Jam dinding melihat ke arah Wish dan sedikit terbawa emosi dengan bertindak berlebihan. Ia berkata, 'Cepat.. Cepat.. Mandi..' meski tidak terdengar. "ADUH!!!" Teriaknya karena terbentur pintu kamar mandi. Melihat kepala Wish yang terbentur kamar mandi, Ny. Pratja hanya mengangguk. Ia pun membereskan tempat tidur Wish dengan cepat.  Selesai membereskan ranjang, Ny. Pratja mempersiapkan alat-alat yang ia butuhkan seperti meletakkan laptop di meja belajar dan membereskan buku-bukunya yang berserakan. Ia kembali ke bawah setelah melihat Wish di kamar mandi. "Cepat wish!" Ucap Ny. Pratja sebelum pergi. Tujuh menit kemudian Ny. Pratja mengantarkan sarapan Wish ke kamar. Ia tahu bahwa Wish tidak mungkin lagi sempat sarapan di ruang makan. Ia meletakkan roti dan s**u di atas meja. Wish keluar dari kamar mandi dan jam menunjuk pukul 8.05 AM. Ia benar-benar terlambat. Lalu ia berkata selama berpakaian, "Semoga jangan terlambat. Ayolah waktu, mundurlah kau!" Ia berulang kali mengatakan kata-kata itu sambil berpakaian. Selesai berpakaian, Wish menghidupkan laptop dan mencari aplikasi belajar yang ia instal kemarin dan memasukkan ID dan password. Tangannya kemudian mengambil roti di sebelah laptop. Matanya tertuju kepada jam laptop di sudut kanan layar. "7.45 AM" ucapnya dalam hati. Ia mengucek matanya kembali. Jam itu masih menunjukkan jam yang sama lalu berganti maju semenit. Ia kemudian melihat jam dinding. Ia ingat sewaktu bangun, ia benar-benar melihat jam dan menunjuk pukul 7.45 AM. "Apakah jam ini salah? Ini masih jam saat aku bangun tadi," Ia benar-benar kebingungan. Sewaktu berpakaian ia yakin melihat jam dan waktu telah menunjuk pukul 8.05 Am. Wish terbengong sebentar. Apakah otaknya ada yang salah. Mengapa ia bisa salah melihat jam hingga dua kali? "Wish, ayo cepat. Kok diam aja?" Ucap Ny. Pratja yang membawakan botol besar berisi air putih. Ia meletakkannya di meja belajar Wish. Ny. Pratja sudah memutuskan bahwa setiap dua jam ia akan melihat Wish untuk memastikan kenyamanannya selama belajar. Wish membalikkan wajahnya perlahan seperti tindakan aktor film horor yang baru saja terkejut melihat hantu. "Bu, jam berapa sekarang?" Wish melihat sisi kanan ke arah ibunya. "7.50 AM Wish. Kamu gak lihat itu besar di laptop. Ada apa?” Wajah Ny. Pratja tampak heran. Wish masih kebingungan. Ia bertanya-tanya, apa mungkin ia yang salah melihat jam. "Tadi Ibu ke kamar aku jam berapa?" Tanya Wish menyelidik lagi. 'Ini benar-benar aneh.' Pikir Wish. "Jam delapan kurang. Seingat Ibu begitu." Jawab Ny. Pratja. "Tepatnya?" "Ibu gak ingat." Jawab Ny. Pratja. "Kalau diterka-terka sejak Ibu datang dengan perbandingan lama aku mandi, apakah aku akan terlambat?" Tanya Wish lagi. Ny. Pratja bingung untuk menjawab. "Sambil di buka aplikasinya, Wish! Nanti kamu beneran terlambat." Kata Ny. Pratja memperingati. Wish berbalik melihat laptopnya sambil menunggu jawaban Ny. Pratja. "Enggak juga. Lagian kamu memang gak terlambat. Masih ada 10 menit lagi ini." jawab ibunya. 'Ibu benar-benar tidak melihat tepatnya jam ia masuk ke dalam kamar.' Bisik Wish dalam hati. "Kamu kenapa? Sudah, belajarlah! Ibu di dapur ya." Kata Ny. Pratja sambil menutup pintu. "Ibu gak pergi nanti?" tanya Wish mengenai, apakah mereka jadi pergi mencari pinjaman duit. "Oh, tidak jadi," suara Ny. Pratja semakin pelan seraya ia berjalan menuruni tangga. "Uangnya sudah cukup." lanjutnya. Wish bisa memprediksikan bahwa ibunya sudah di lantai dasar rumah. Tanpa tanggapan ia memikirkan yang terjadi. 'Apa aku yang salah? Waktu yang aku lihat tadi adalah benar-benar salah?' Masih dalam perasaan kebingungan. Jam dinding memerhatikan Wish. Ia tahu sesuatu. "Hai Wish, senang bertemu dengan kamu. Saya tutor kamu untuk hari ini. Bisa kita mulai?"  Wish pun memulai pelajarannya.  ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN