sebulan telah berlalu dari pengakuan Ana ia hamil. Sekarang kandunganya berada di angka 2 bulan. Leon, berubah menjadi sosok yang dangat protektif, penyayang, dan lembut
Ana tidak boleh melakukan apapun, jika ia ingin pergi harus di temani oleh bodyguard. Tetapi terkadang Ana merasa terbebani oleh sikap berlebihan Leon
"Ana, apakah kau merasakan sesuatu yang sakit?" Tanya Leon sambil mengelus perut Ana
"Tidak" Jawab Ana
"Jika ada merasa sakit, tolong jujur padaku" Kata Leon
Ana mengangguk dan Leon meneruskan kegiatannya dengan tenang. Mereka berdua terjaga karena sudah malam.
---
Pagi hari telah datang, Leon bersiap - siap ke kantor dan Ana menyiapkan sarapan untuk Leon
"Makanlah sebelum pergi" Kata Ana
Leon duduk di meja makan dan melahap makanan yang telah di siapkan Ana
"Bisakah kau nanti datang ke kantor ku?" Kata Leon
Ana terkejut. Selama ia menikah dengan Leon belum pernah Leon mengizinkannya menemuinya di kantor
"Bisa, jam berapa?" Tanya Ana tetap tenang
"Jam 12, nanti kamu akan di jemput" Kata Leon
"Baiklah, memang ada apa?" Tanya Ana
"Ada sesuatu yang harus ku luruskan" Kata Leon
Ana sudah dapat menebak, Ana akan menyiapkan hati. Lagi pula, sudah rencananya akan berpisah dengan Leon setelah anaknya lahir
"Baiklah, cepat habiskan sarapan mu" Kata Ana
Leon menghambiskan sarapannya dan langsung berangkat ke kantor. Ana kembali kekamar, ia membaringkan badannya
"Mungkin ini saatnya Leon akan jujur padaku"
Ana mengambil ponselnya yang berada di laci kamarnya. Ia membuka galery dan melihat kembali foto Leon dan Refina sedang bermesraan di depannya
Ia mengelus perutnya danohlhnb meneteskan air mata. Hanya janin ini yang menguatkan dirinya untuk bersama Leon
---
Leon mengelus perut Refina yang mulai membuncit. Hatinya tenang saat mengetahui Refina dan bayinya sehat - sehat
sekarang di ruangan Leon hanya ada mereka berdua
"Bagaimana dengan keinginanku?' Tanya Refina
"Sudah kupersiapkan" Kata Leon menatap Refina
Mereka berdua menyeruput kopi yang telah di sediakan
"Perempuan atau laki - laki?" Tanya Leon
"Perempuan" Kata Refina tersenyum
Pintu terbuka dan memperlihatkan sosok Ana yang sedang berjalan ke arah mereka, mimik wajahnya tidak dapat di tebak
"Silahkan duduk Ana" Kata Leon
"Ada apa kau suruh aku kemari?" Tanya Ana
"Ini Refina, silahkan berkenalan" Kata Leon
Ana memandanginya dengan tatapan tajam dan di balas tatapan Refina yang mengintimidasi
"Ana, mulai besok Refina akan tinggal bersama kita dan tidur di ruang tamu. Tolong perlakukan dia dengan baik" Kata Leon
Ana terdiam, dirinya tak mampu melalukan apapun
"Dia hamil, anak ku" Lanjut Leon
Ana memandangi Leon dengan tatapan tidak percaya sambil menahan air mata
"Apa maksud mu?" Tanya Ana
"Aku hamil anak Leon" Kata Refina
"Aku belum bisa menjelaskan semuanya Ana. Yang jelas, kau harus bersikap baik padanya" Kata Leon
Ana terdiam dan ia menunduk. Air matanya tak kuasa menahan tangis. Ia menyapu seluruh air matanya dan berdiri
"Baiklah, aku pulang" Pamit Ana
---
Selama perjalanan pulang kerumah Ana benar - benar tidak berhenti menangis. Ia merasa semuanya seperti telah di rencanakan. Tak mungkin dia berpisah dengan Leon dalam keadaan hamil muda
Ana menaiki anak tangga dengan hati terluka. Semua dugaannya benar, padahal ia berharap Leon tidak usah jujur padanya. Ia tidak bisa berfikir bahkan sedikit saja
Pertemuan singkat, pembicaraan singkat, penjelasan singkat tetapi menghasilkan luka yang sangat dalam
Hati yang telah ia siap kan, tidak dapat menahan sakitnya. Ia merasa bodoh telah mencintai Leon
---
Sudah satu jam berlalu, Leon masih di depan jendela memandangi jalanan dan lampu kota yang ramai. Keputusan yang di buat tadi bukan semata - mata ia ingin menyakiti Ana, tetapi tidak ada pilihan lagi
Terasa pinggang Leon di peluk oleh seseorang dan itu Refina. Perempuan yang Leon jaga selama ini, ia menyenderkan kepalanya di punggung Leon
"Terimakasih telah melakukan semuanya untuk ku" Kata Refina
Leon terdiam, dia tidak menjawab apapun. Difikirannya sekarang hanya Ana Ana dan Ana. Tidak ada sedikit pun di dirinya untuk menyakiti Ana, tetapi ia tidak bisa lari dari kenyataan dan menolak apa yang di berikan sang maha kuasa
"Pulang lah kerumahku, tidur di kamar tamu. Semua barang mu sudah di pindahkan" Kata Leon sambil mengelus tangan Refina
"Kau tidak pulang? ini sudah petang" Tanya Refina
"Pulanglah, aku akan menyusul" Kata Leon pada Refina
Refina melepas pelukannya dan mengambil tas juga mantel nya di kursi
"Aku pulang" Kata Refina pamit dengan senyuman manis
Leon memperhatikan tubuh Refina yang mulai menghilang. Ia mengacak rambutnya menandakan ia sangat pusing sekarang
ia mengambil kunci mobilnya dan mengemudi menuju cafe tempat dimana ia akan bertemu seseorang
dirinya sangat kacau sekarang, dia takut kehilangan Ana atau Ana akan meninggalkannya tetapi ia juga tidak bisa melepas Refina
Sekitar 15 menit di jalan, Leon sampai di cafe. Ia mencari orang itu di sekeliling cafe
Orang itu melambaikan tangan menandakan memanggil Leon
Orang itu adalah Cley, psikiater pribadi juga penasihat Leon dari kecil karena mereka sudah bersahabat
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Cley
"Sangat kacau, sekarang mereka berdua tinggal dirumah ku" Jawab Leon
"Keputusan mu sudah bulat?"
"Belum, tapi Refina terus memaksaku untuk tinggal bersama" Jawab Leon
"Bagaimana pun juga, kau harus memilih salah satu untuk kau cintai Leon" Kata Cley sambil menuangkan segelas bir di gelas Leon
"Bagaimana bisa memilih, mereka berdua tanggung jawabku terlebih Refina" Jawab Leon
"Ana?"
"Dia mengandung anakku sekarang"
Cley tertegun. Bahkan dirinya tidak dapat berfikir saat ini
"Kalau kau jadi aku apa yang akan kau lakukan?" Tanya Leon
Cley melipat tangannya di d**a dan memandang Leon
"Ku tinggalkan salah satu dari mereka. Bahkan dari sekarang kau harus berfikir matang - matang untuk memilih karena kalau tidak kau akan menyakiti keduanya secara perlahan"
"Ah tidak segampang itu!" Kata Leon
"Refina, kenapa kau tidak bisa meninggalkan dia?"
"Kau tahu dari awal dia perempuan yang sudah ku sumpahi untuk menjaga dia bagaimanapun kondisinya dan aku menyayanginya"
"Ana? bukannya kau tidak mencintainya, urusan anak bisa di urus kedepannya"
"Tidak, aku mencintainya sejak awal pertemuanku dengannya. Tidak mudah berpisah dengannya"
Cley tertawa kecil. Teman lamanya ini memang dari dulu tidak pernah berubah, sangat plin plan dan tidak bisa mencintai satu orang saja
"Bagaimanapun alasanmu Leon, kau harus memilih salah satu dari mereka karena itu akan membuat semuanya selesai" Jawab Cley
"Tidak bisakah aku menghidupi keduanya?"
"Bisa kalau memang mereka berdua tidak merasa keberatan. Tapi coba kau bayangkan apa reaksi mereka saat kau bilang akan poligami atau semacamnya"
Leon menuduk. Pikirannya sangat kacau. Semua salahnya dan semua harus dia tanggung
---
lanjut ga?