03: Gubrak!

754 Kata
Pernikahan gue pun tiba. Tidak di rayain, sih. Gue dan Nathan cukup datang ke Catatan Sipil. Tanda tangan, dan kami resmi menjadi suami istri. Tak terjadi apapun setelah itu. Hanya kejadian Nath pindah ke apartemen gue. Malam pertama kami lalui dengan tidur berpelukan doang. Apa sih yang lo harapkan dari seorang gay? Dia gak tertarik lubang lo. Dia lebih demen sama lubang pant*t. Dan gue masih waras, jadi gue tidak beriat menawarkan diri untuk disodomi Nath. BTW gue lupa tanya, Nath itu uke atau seme? Dia itu yang disodok atau yang menyodok? Yah, gue jadi penasaran. RHS ya, sebenarnya gue ini penulis cerita YAOI yang terkenal. Cuma identitas ini sengaja gue tutup rapat-rapat. Gue suka membuat cerita boyxboy, manxman. Yang termasuk kategori triple X. Dan pembaca gue bejibun. Itu sebabnya walau gue seperti pengangguran milenial, pundi-pundi duit gue tak pernah kosong. Kalau untuk miara seorang Nathan saja, gue masih sangguplah. Drrrttt... drrttt... Hape gue berdering di pagi buta. Papi calling. Dengan separuh nyawa tersisa, gue menerima panggilan telepon Papi. "Yes, Pap?" "............" "Oh, urusan nikah. Bukannya udah beres?" "........." "Iya, Olga kesana sekarang deh." Gue menguap lebar setelah menutup telpon dari Papi. "What’s up, Beb?" Nath bertanya tanpa membuka matanya, hanya tangannya yang bergerak memeluk gue semakin erat. "Gapapa. Papi meminta gue mengambil surat nikah kita." "Lho, sudah jadi? Cepat sekali. Bukannya masih perlu dilegalisir?" "Gak tahu deh. Gue pergi dulu, Nath. " Gue melepas pelukan Nathan. "Perlu gue temenin?" tanya Nathan menawarkan. "Enggak usah. Lo tunggu disini saja. Nanti sekitar jam 10 akan ada orang yang mengantar paket buat gue. Tolong terimain Nath." Nathan mengacungkan jempolnya. "Beb, mandi bareng yuk, " ajak Nath sambil tersenyum merayu. Gue menatap d**a telanjang Nathan. Dia tidur hanya memakai celana panjang training doang, sekseh banget! Ah, biar homo ‘itu’nya Nath bisa ngaceng juga ya. Gue melongo melihatnya. Nath tertawa mengetahui arah pandangan gue. Tanpa malu dia sengaja mengelus asetnya dengan provokatif. "Ini wajar lagi Say. Meski homo, gue juga bisa ngaceng di pagi hari. Masa lo mau ceraiin gue gegara gue morning h***y?" ledek Nath. Candaan jayus. Gue lempar ‘itu’nya Nath dengan guling. Dia mengaduh. Rasain! "Beb, jadi gak mandi bareng?" goda Nath. "Ogah! Itu lo ngaceng!" "Gue gak bakal ngapa-ngapain lo! Suwerrrr.." "Gue yang takut bakal ngapa-ngapain lo," balas gue. "Oh, kalau itu gue pasrah. Hayuk, apa-apain gue." Gue meletin lidah sebelum menutup pintu kamar mandi. BLAAAM!! *** Saat gue tiba di hotel yang diinfo Papi, gue merasa heran. Siapa yang married disini? Semarak banget nuansanya. "Haissshhh! Olga, kenapa kamu datang terlambat?! Ayo buruan!" Papi menggandeng gue dengan tergesa-gesa menuju ke suatu tempat. "Buat apa buruan, Pap?" tanya gue bingung. "Dandanlah. Hari ini kan perayaan nikahmu," jawab Papi gemas. "Hah? Bukannya Olga disuruh kemari karena mau mengambil surat nikah?" "Yah itu juga. Sekalian merayakan pernikahan kamu." "Tapi laki Olga masih di rumah, Pap!" Gue teringat Nathan. Jangan-jangan dia masih bobok ganteng! Kok tadi Nath gak ngomong hal ini sih? "Bentar lagi dia datang kok," sahut Papi. Oh, mungkin Nathan berniat membuat surprise. Gue menurut saja saat didandani mengenakan baju pengantin yang udah disiapkan. Ih, bajunya keren.. pasti mahal harganya! Siapa yang membelikannya? Nath kere. Papi sebelas-duabelas dengan Nath. Masa Mami? Tapi Mami kan lagi keluar negeri, dia menjalani pengobatan di Singapura. "Pap, kok Olga dirayainnya hari ini sih? Kan Mami gak bisa datang!" protes gue. "Yah baguslah. Biar gak ribut sama Papi. Dilihat tamu juga kurang bagus!" timpal Papi lega. Gue jadi curiga. Papi pasti sengaja melakukan ini supaya Mami gak bisa datang! Cih. Mereka ini childish banget. Saling benci dan menelikung! Tapi kok dulu mereka bisa nikah dan punya anak kayak gue sih? Akhirnya gue selesai didandanin dan siap di dekat altar gereja. Papi menggandeng gue hingga dekat ke tempat Nathan berdiri. Singkat kata gue mengikuti prosesi pernikahan gereja dengan khusyuk. Btw, kok suara Nathan agak beda ya? Lebih dalam dan berwibawa. Lebih maskulin. Sekarang saatnya Nathan membuka kerudung pengantin gue. Sesaat gue memicingkan mata untuk menyesuaikan dengan penerangan lampu. Lalu gue melihat suami gue. Dia tersenyum mesra pada gue. Tapi dia bukan Nathan!! Gubrak!! Gue diam membeku saking syoknya. "Pengantin lelaki boleh mencium pengantin wanita," ucap Pastur. "Cium!" "Cium!" "Cium!" Terdengar sorakan menyemangati. Suami gue itu, entah siapa namanya, dia mendekatkan bibirnya ke bibir gue. Dia mencium gue dengan lembut. Bibirnya manis. Lalu dia melumat bibir gue penuh gairah. Jantung gue berdenyut liar. Hati gue berdebar kencang. Demi Tuhan. Masa gue jatuh cinta padanya? Sial! Dia begitu ganteng dan sempurna. Bagaimana bisa gue jatuh ke perangkap cintanya? Gubrak!! Please help me.. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN