episode 2

1346 Kata
Dave terlihat mengamati rumah kucing yang baru selesai dibuatnya itu, ia bahkan menempelkan papan nama di bagian depan atapnya, nama yang ia ukir dengan begitu indah, Luna. Rumah kucing itu ia letakkan di teras kecil dekat pohon kaktus yang mulai berbunga. Dave bahkan membuat tempat makannya sekaligus, sehingga memudahkan Kanaya untuk memeliharanya. “Ya, Ma? Tentu aku baik – baik saja di sini, jangan cemas. Aku akan segera mendapatkan pekerjaan baru. Aku berjanji akan lebih sering memberi kabar. Aku sayang mama.” Kanaya menutup ponselnya, dan tersenyum melihat rumah kucing itu. “Mamamu pasti sangat mencemaskan putrinya,” Dave berdiri dan duduk di kursi teras itu, meraih teh hangat yang baru saja dibuat Kanaya. “Hmm, dia sangat cemas. Aku yang salah karena jarang memberi kabar.” “Kau harus lebih sering menelephonenya, Naya. Jangan membuatnya khawatir, oke?” “Tentu, aku akan menghubunginya,” ucap Kanaya, sembari mengusap Luna yang terus mendesak kakinya itu. “Kurasa Luna semakin menyukaimu, Naya. Aku membeli makanan kucing juga.” Dave memberikan bungkusan berisi makanan kucing itu kepada Naya, “Ini membantunya menaikkan berat badan.” “Wah, kau baik sekali, Dave.” Kanaya tersenyum senang, mengambil bungkusan itu dan menuang isinya ke dalam kotak makan yang sudah dibuat Dave di sana. Luna berlari dan segera menikmati makanan itu dengan lahap. “Naya..?” “Ya?” “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, sesuatu yang benar – benar serius.” “Oh, apa itu, Dave?” Kanaya memutar tubuhnya, menghadap Dave yang kini menatap ke dalam manik matanya itu. “Begini, aku mendapat kenaikan jabatan dari kantor. Sebenarnya sudah beberapa hari yang lalu, tapi aku menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya padamu, Naya.” Dave berhenti sejenak, lalu menatap Kanaya lagi. Gadis itu tersenyum dengan wajahnya yang berseri – seri, “Selamat untukmu, Dave. Aku tahu kau memang layak untuk mendapatkan itu, kau sudah bekerja sangat keras selama ini, bukan?” Dave mengangguk, “Ya, tapi aku bingung, Kanaya.” “Kenapa?” “Dengan menerima jabatan ini, aku harus...pindah ke kantor pusat, dan kau juga tahu di mana tempat itu, kan?” Kanaya membuang udara dari mulutnya, ia memalingkan wajah sejenak, menatap Luna yang telah menghabiskan makanan itu. Gadis itu kemudian tersenyum kecil, kembali menatap kekasihnya, Dave, “ Sumatera?” wajah Kanaya berubah, senyum di bibirnya lenyap seketika. Dave mengangguk pelan, “Ya, aku tidak bisa menolaknya, Naya.” Hening.... “Aku mengerti,” ucap Naya lirih, gadis itu kembali menunduk, menatap lantai putih di bawah kakinya. Itu artinya, tidak akan ada Dave lagi di sisinya, dan itu artinya dia akan sendirian di kota ini, Yogyakarta. “Ikutlah denganku, Naya.” Seketika Kanaya kembali mendongak, menatap Dave dengan bingung, “Aku ikut denganmu?” “Ya, kita pergi bersama. Aku tidak yakin bisa jauh darimu, Kanaya. Kau tahu itu, kan? Kita sudah bertahun – tahun menjalin hubungan, sejak di bangku kuliah. Aku ingin menikahimu, Naya, dengan begitu kau bisa ikut denganku.” “Dave, aku..” Kanaya terlihat bimbang. “Kenapa? Kau tidak mau, Naya?” “Bukan begitu, tapi aku baru saja akan mendapatkan pekerjaan di sini, pekerjaan yang menjadi impianku, Dave. Kau tahu, kan, sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan seperti itu?” Kanaya menjawab dengan serak, matanya terlihat sayu saat menatap kekasihnya itu. Dave menghela napas panjang, “Tidak bisakah kau lepaskan saja, Naya? Aku akan menjamin seluruh hidupmu, kau tahu aku mendapatkan gaji yang besar dengan kenaikan jabatan ini.” Dave meraih tangan Kanaya, menggenggam tangan itu erat. “Aku tidak bisa melakukannya, Dave. Aku baru saja berjanji untuk pekerjaan itu, dan jika tiba – tiba aku membatalkannya, rasanya tidak etis, kan? Aku bahkan belum memulainya, Dave.” Dave menunduk, melepaskan tangan Kanaya. Lelaki itu meraih minumannya, meneguknya hingga habis, lalu menatap Kanaya lesu, “Mereka memberiku waktu satu bulan sebelum berangkat. Rumah dan mobil sudah disediakan, kau tidak perlu cemas saat tinggal denganku nanti. Dalam waktu satu bulan itu, kita bisa menikah, Naya. Pikirkanlah lagi, aku mohon padamu.” Kanaya terdiam, ia tak bisa menjawab semua itu sekarang. Melepaskan impiannya, itu tidaklah mudah. Ia terlalu bersemangat saat Nadine mengatakan soal pekerjaan itu, terlebih lagi ketika ada peluang yang begitu besar untuknya. Kanaya tidak akan pernah memiliki kesempatan itu dua kali. Dan, apa yang bisa ia lakukan di Sumatera? Ia rasa, ibunya pun akan keberatan jika ia pergi sejauh itu. Bahkan ketika ia memutuskan untuk tinggal di kota ini, yang tidak begitu jauh dari kota asalnya, wanita paruh baya itu sudah cukup resah dengan keputusan Kanaya. “Entahlah, Dave, aku tidak bisa menjawabnya. Tapi aku juga tidak tahu apa yang harus kita lakukan. Aku tidak ingin menjadi penghalang untuk masa depanmu.” Kanaya berkata dengan begitu sedih, tapi ia tetap berusaha tersenyum. “Naya, kau membuatku putus asa. Haruskah aku pergi tanpamu?” Ucap Dave dengan sendu. “Dave, aku tidak mungkin meninggalkan ibuku terlalu jauh, kau tahu sendiri, kan?” “Lalu apakah kau tetap akan bersamaku, Naya? Apakah kau tetap akan menungguku?” Kanaya menatap Dave dengan senyum di bibirnya, “Dave, kau tahu jika aku sangat mencintaimu, kan? Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok, tapi aku tetap akan berusaha untuk menjaga hubungan kita. Apakah kau juga berjanji padaku untuk menjaganya?” Dave mengangguk, “Tentu saja, Naya. Aku pun sangat mencintaimu. Aku hanya menginginkanmu, tidak akan ada perempuan lain di dalam hidupku. Aku berjanji, aku pasti kembali, Naya. Aku akan berusaha sekeras mungkin, agar bisa kembali dipindahkan ke kota ini dan menikah denganmu,” Dave berjanji, sembari mengecup kening Kanaya lembut. .... “Hei, kemarilah!” Dave memanggil Luna, dan kucing kecil itu berlari ke arahnya dengan lincah. Lelaki itu mengusap Luna, membawanya ke dalam pangkuan, “Kau suka rumah barumu?” Kucing itu mengeong, seolah mengerti akan perkataan Dave. “Bagus, kau harus berjanji untuk menjaga Kanaya dengan baik. Jangan biarkan dia kesepian, karena aku tidak akan sering datang ke sini lagi. Luna, kau tidak boleh meninggalkan rumah ini, oke?” Kanaya tersenyum, senyum yang coba ia paksakan itu. Mendengar Dave akan pergi jauh, tentu bukan perkara yang mudah untuk diterima begitu saja, tapi ia tak ingin menjadi egois. Kanaya tahu, Dave sangat memimpikan ini, itulah mengapa ia bekerja keras selama itu, bahkan sangat keras. Kanaya tidak ingin membuat hati Dave hancur karena dirinya. Ia tahu, Dave adalah laki – laki yang baik, sangat baik. Ia tak akan pernah melupakan janjinya itu. Kanaya tidak pernah menduga, jika Dave akan pergi sejauh ini, apakah ini ujian bagi cinta mereka? “Naya, aku akan datang sesering mungkin. Maukah kau pergi ke suatu tempat denganku di akhir pekan nanti?” “Ya, kenapa tidak? Kau ingin ke mana?” Tanya Kanaya dengan senyum mengambang. “Ke mana saja, asalkan denganmu. Maaf, jika selama ini aku bekerja terlalu keras sehingga terkadang tidak bisa meluangkan waktu denganmu bahkan di akhir pekan.” “Dave, kenapa kau bicara begitu. Kau bahkan meluangkan waktu makan siangmu untuk melihatku, kan? Ayolah, kau harus bahagia. Akhirnya, impianmu untuk menjadi kepala terwujud, bukan? Kita harus merayakan prestasi ini. Tidak mudah untuk sampai di titik itu, kan? Kau tahu, aku sangat bahagia karena kau, Dave. Aku bangga padamu.” Kanaya terus mengatakan sesuatu yang membuat semangat Dave menyala, ia harus membuang kesedihannya demi kebahagiaan laki – laki itu. “Naya,” Dave meraih Kanaya, memeluk gadis itu erat, mengusap rambut Kanaya yang diikat ke belakang, “Aku beruntung memilikimu, Kanaya. Aku akan bekerja lebih keras lagi agar kau bahagia, aku ingin menjadikanmu ratu di istana kita.” “Tentu saja, Dave, aku sangat menantikan hari itu.” Dave mengecup kening Kanaya lembut, “Terima kasih, Naya, karena telah menjadi seseorang yang begitu berharga untukku. Aku tidak akan pergi terlalu lama, saat ada pemindahan kembali, aku akan mengajukan diri.” Kanaya mengangguk, “Hmm, jangan cemaskan soal itu. Kau bisa menelephoneku kapan saja.” “Ya, aku akan menelephone setiap hari, Kanaya.” Dave tertawa, sembari menatap Kanaya yang juga tersenyum itu. Ya, Dave, aku akan berusaha untuk hidup tanpa kau di sisiku, aku akan bertahan di kota ini meski tanpamu, aku akan menunggu, karena aku yakin kau adalah milikku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN