Bab 41

4231 Kata
Jensen memang nya apa salahnya menjadi vampire . bukankah semua itu sudah di atur. kalau kalian tidak senang dengan keberadaan kami ya sudahlah. " salah satu alasan adalah untuk pengobatan. Sejarah mencatat sejumlah kasus di mana darah diyakini sebagai pengobatan medis atau obat awet muda -- yang memberikan vitalitas pada peminumnya. Namun, tak selamanya berakhir menyenangkan. Pada Pada 2011 seorang pria berusia 19 tahun asal Texas bernama Lyle Bensley, diduga menyelinap masuk ke apartemen seorang wanita dan kemudian menggigit lehernya. Bensley mengklaim bahwa dirinya adalah vampir berusia ratusan tahun yang membutuhkan darah untuk tetap hidup. Wanita tersebut kemudian kabur dan menelpon polisi. 'Vampir jadi-jadian' itu akhirnya ditahan atas tindakan yang telah dilakukannya. Namun, apakah meminum darah merupakan hal yang aman? Darah Bisa Membunuh Dalam jumlah yang sangat kecil -- beberapa sendok teh, dan jika bebas dari patogen, maka darah tak akan membahayakan jika dikonsumsi. Namun, lebih dari itu, Anda harus berhati-hati. Ketika diminum, darah merupakan racun. Fakta tersebut memang aneh, mengingat manusia tak dapat hidup jika darah tak mengalir di jantung, pembuluh, dan bagian tubuh lainnya. Namun lain halnya jika darah kita konsumsi. Setiap racun punya dosisnya sendiri, semakin banyak darah yang kita konsumsi maka akan semakin besar kemungkinan keracunan terjadi. Karena darah sangat kaya akan zat besi, manusia yang mengonsumsi darah secara rutin akan berisiko overdosis zat besi, di mana dalam jumlah yang banyak akan berubah menjadi racun. Kondisi tersebut disebut hemokromatosis, yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, di antaranya kerusakan hati, penumpukan cairan di paru-paru, kerusakan liver, dehidrasi, tekanan darah rendah, dan gangguan saraf. Meski begitu, meminum darah tampaknya merupakan hal lebih umum daripada yang kita duga. aku juga suka membaca novel remaja cerita marcus ika waktu bisa diputar kembali aku berharap ini semua takan pernah terjadi. Lee Hyesang. Jika kau bertanya apa aku ikhlas melepaskan putra kita pergi begitu saja, maka kau salah karena aku benar-benar sangat terpukul. Aku mengatakan padamu agar hiduplah dengan baik bukan berarti aku berharap kita melupakannya, hanya saja karena aku tak mau terus menangisinya namun pada kenyataannya jalan yang kuambil membuatku terperosok kedalam jurang yang sangat dalam hingga tak dapat menemukan cahaya untuk dapat bertahan.       @Pemakaman   Marcus.   Aku menatap pusara tempat peristirahatan terakhir putraku dengan pedih, tak ada yang mau kehilangan seorang anak bukan? apalagi ia darah dagingku sendiri. Aku tak akan pernah menyalahkan siapapun atas kejadian ini bahkan aku tak berhak menyalahkan Tuhan, karena ini bukti kalau aku belum benar-benar pantas menjadi sosok Ayah yang baik hingga Tuhan mengambilnya kembali dariku tapi kenapa disaat aku sedang bahagia menjadi sosok Ayah ia merenggut kebahagiaanku. "Jihyo maafkan Ayah hmmm, Ayahmu ini belum bisa menjadi yang terbaik untukmu, Ayah sangat mencintaimu beristirahatlah dengan tenang."   Pov. Lee Hyesang.   "Jihyo maafkan ibu hmmm, ibu bersalah padamu. Maafkan ibu karena tidak bisa menjadi Ibu yang baik untukmu, jika kau marah maka datanglah dan hukum ibu mu ,ibu mencintaimu." Aku menatap pusara putraku dengan airmata yang terus mengalir seharusnya ini tak pernah terjadi padanya. Aku melihat Marcus terus menundukan kepalanya dalam aku tau ia begitu terpukul, akupun begitu tapi apa yang harus kulakukan jika Tuhan sudah bertindak.   Pov.   Orang-orang mulai membubarkan diri karena matahari sudah mulai akan terbenam aku masih terus duduk didekat pusara makam putraku disamping kananku Ibuku yang merangkulku dan disamping kiriku ada ibu mertuaku yang selalu menggenggam tanganku untuk mencoba menguatkanku. "Hyesang ayo pulang malam akan datang udara juga semakin dingin kau akan sakit jika masih bertahan disini, ibu tau kau sangat terpukul tapi fikirkan juga kesehatanmu kau belum makan dari semalam hmmm ayo pulang."Ucap Ibuku, aku tau ia begitu menghawatirkanku tapi aku tak bisa meninggalkan Jihyo sendirian ia pun kedinginan bahkan ia juga belum mengisi perutnya. Aku hanya diam tak ingin merespon apapun. "Hyesang betul kata ibu mu ayo kita pulang biarkan Jihyo pergi dengan tenang, ia akan sedih kalau melihatmu seperti ini." Ucap Ibu mertuaku. "Kalian pulanglah duluan, aku akan menyusul nanti."Ucapku masih terus memandang pusara Jihyo. "Baiklah ibu siapkan makan malam, jangan terlalu lama berada disini udara sangat dingin, ibu tidak ingin kau sakit." Ucap Ibuku lalu mengusap punggungku sesaat sebelum berdiri dan melangkahkan kakinya disusul dengan Ayah dan saudari laki-laki ku Lee Jihwan. Ibuku dan keluarga yang lain mulai meninggalkan pemakaman. "Marc pulanglah dengan istrimu nanti, karena ia masih ingin disini Eomma akan menyiapkan makan malam, jangan terlalu lama disini udara semakin dingin."Ucap Ibu mertuaku pada Suamiku lalu mengusap kepalaku perlahan, lalu perlahan bangkit dan meninggalkan pemakaman dan menyisakan aku dengannya yang hanya saling diam dan meratapi apa yang terjadi sekarang.   Pov.   Marcus. Aku menatapnya. Istriku Lee Hyesang aku bahkan tak bisa memeluknya karena takut hanya penolakan yang akan kudapat aku tau ia paling terpukul akan hal ini, pada kenyataannya akupun begitu. Aku berjalan menghampirinya lalu berdiri tepat di sampingnya yang masih mengeluarkan air matanya dan membuatku yang melihatnya dapat merasakan kepedihan yang ada di dalam hatinya. "Sayang, ayo pulang udara semakin dingin."Ucapku menyentuh bahunya. "Jangan menyentuhku, aku tak ingin di sentuh oleh tangan kotormu."Ucapnya menatap kearahku dengan tatapan benci. Aku tau ini pasti akan terjadi. Aku masih menatapnya dengan tatapan senduku. Hyesang andai kau tau yang sebenarnya kau tak akan memandang benci kearahku karena aku sangat sakit melihatnya ini pertama kalinya kau menatapku seolah aku adalah bangkai yang harus dihindari. "Kalau kau marah ingin memukulku atau kau tidak ingin melihat wajahku tidak apa. Karena aku hanya ingin kita pulang udara semakin dingin kau bisa sakit."Ucapku. "Pulang? Pulang kemana yang kau maksud aku tak mengerti." "Hyesang sadarlah jangan seperti ini aku tau kau belum bisa menerimanya tapi ingatlah Jihyo sudah tidak ada." "Jihyo mu mungkin sudah tidak ada. Tapi Jihyo ku masih ada dan ini rumahku sekarang karena Jika Jihyo ku ada disini lalu untuk apa aku pulang hmmm pergilah sana dan jangan pernah memperlihatkan wajahmu lagi dihadapanku."Ucapnya yang membuatku menatapnya dengan nanar dan air mata yang sejak tadi kutahan akhirnya jatuh juga. Aku menghapus air mataku dengan punggung tanganku secara kasar lalu menarik lengannya agar ia menatapku. "Sadarlah Sayang kenapa kau seperti ini ayo pulang besok kita masih bisa datang lagi untuk menengok Jihyo." Ucapku dengan lembut, ia masih menatapku dengan datar lalu membuang pandangannya kearah lain. "Kau tidak tau perasaanku, Putraku terkubur didalam sana ia kedinginan ia juga belum memakan apapun, bahkan ia takut akan kegelapan lalu kau menyuruhku untuk meninggalkannya di mana hati nuranimu. Kau bilang kau Ayahnya apa ada Ayah yang akan meninggalkan putranya sendirian???."Ucapnya dengan menangis terisak. Aku ikut menangis bersamanya masih terus memegang kedua bahunya lalu menariknya kepelukanku dan memeluknya dengan sangat erat, tak ingin melepasnya. Pov. Hyesang.   Aku menangis dengan kencang di pelukannya karena masih tidak percaya Jihyo ku pergi meninggalkanku untuk selamanya. Aku bahkan masih mengingatnya saat ia pertama kali memanggilku dengan sebutan ibu betapa bahagiannya hari itu yang tak akan pernah bisa terulang karena semua hanya tinggal kenangan yang sudah terkubur dengan kaku bersama nya. Bersama jasad Jihyo ku yang kucintai. Jihyo maukah kau berjanji pada ibu. Jika suatu saat nanti Tuhan memberikanmu kesempatan untuk bereinkarnasi kau akan tetap terlahir sebagai Putra ibu dan akan tetap selalu mengingat nama ibu mu ini Lee Hyesang di hatimu. Lee Hyesang ibu mu yang selalu mencintaimu sampai kapanpun bahkan sampai ajal menjemput ibu akan selalu mencintaimu karena kau adalah harta berharga yang harus selalu di jaga. Ibu mencintaimu Jihyo tidurlah dengan tenang dan damai. Hyesang Pov. Jihyo Putra Ayah yang sangat tampan, Ayah menyayangimu, mencintaimu dengan segenap jiwa dan raga. Tidurlah dengan tenang Ayah selalu mencintaimu dan Ayah akan selalu berjanji untuk menjaga ibumu dan tak akan pernah membuatnya menangis ataupun terluka. Ingatlah nama Ayah mu ini Marcus dan ibu mu yang paling cantik Lee Hyesang karena jika kau bereinkarnasi maka jadilah Putra Marcus Cho dan Lee Hyesang. Tidurlah yang nyenyak karena ibu dan Ayah akan selalu menjagamu dan berdoa untukmu. Marcus Aku melakukan rutinitasku sebagai manager di perusahaan ayah mertuaku jika kalian ingin tau perusahaan apa ini, perusahaan ayah mertuaku bergerak di bidang farmasi dan aku merupakan bagian manager keuangan disini awalnya aku pun merasa ragu untuk bergabung tapi ayah mertuaku terus mendesak agar aku masuk jajaran petinggi perusahaan dan memintaku secara terus menerus untuk memerima posisi yang ia berikan. Karena Mark dan Nana tidak ingin ikut campur dalam bisnis ini maka aku yang harus masuk, apa boleh buat fikirku yang terpenting pekerjaan ku yang lain tetap berjalan dengan baik. Sebenarnya bukan hanya aku yang berada di sini tapi Paman dan Bibi Marc pun bekerja disini karena yang aku dengar mereka juga mempunyai asset disini maka mereka juga berhak bekerja disini dan, mempunyai jabatan yang setara denganku tapi aku pun tidak terlalu akrab dengan mereka karena sifatnya aneh dan terkesan angkuh jadi aku memutuskan lebih baik menghindar saja toh mereka belum mengusikku jadi biarkan saja . Tok tok tok. Aku mendengar seseorang mengetuk pintu ruanganku. "Masuklah."Jawabku. Kulihat seorang wanita memasuki ruanganku. "Hyesang."panggilnya padaku lalu aku menoleh ke arah pintu dan menemukan Ibu mertuaku berdiri menatapku dengan memegang sebuah tas yang ku tau itu sudah pasti makan siang. "Ibu."Ucapku, lalu berdiri dari kursiku dan menghampirinya lalu memeluknya. Aku mengajaknya untuk duduk di sofa yang berada di ruanganku. "Kenapa tidak menelfonku jika ingin datang?."Tanyaku padanya. Ia menatapku lalu tersenyum. "Tak apa-apa, takut mengganggumu nanti."Ucapnya. "Aku tidak sibuk juga."Ucapku. Ia menyerahkan tas yang berisi makan siang kepadaku. "Makanlah ini kau tidak boleh sakit, makanlah yang banyak mengerti."Ucapnya lalu menaruhnya di atas meja. "Ibu, kenapa repot-repot sekali aku bisa membeli makan siang nanti jadi ibu tak repot menyiapkan ini semua." "Tidak apa-apa karena lebih baik makan-makanan yang di buat ini bahkan lebih sehat." "Baiklah kita makan bersama."Ucapku "Kau makanlah Hyesang Ibu harus pulang karena Aira sedang berada di rumah. Nana menitipkannya tadi pagi jadi aku tidak bisa lama-lama."Ucapnya berdiri dari duduknya dan aku menyusulnya berdiri lalu ia memelukku. "Jaga dirimu dan kesehatanmu hmmm Ibu pulang dulu." "Hati-hati sampaikan salamku untuk Nana dan Aira yang cantik."ucapku dan mengantarnya sampai depan pintu ruanganku. Aku membuka bekal dari Ibu mertuaku makanan kesukaanku ia selalu ingat itu terkadang aku merasa beruntung memiliki ibu mertua sepertinya penyayang dan selalu sabar menghadapi sifatku yang terkadang menyebalkan dan keras kepala. Berbeda ketika aku berhadapan dengan Marc ia akan senang hati mencubit hidungku sampai memerah karena keras kepala akutku dan aku dengan senang hati membalasnya dengan lemparan benda apapun yang berada didekatku, agar mengenai kepala ataupun punggungnya dan itu membuatku puas melihatnya kesakitan dan matanya mulai mendelik kesal kepadaku bahkan dia selalu berkata bahwa aku ini seorang istri yang tidak memiliki rasa kemanusiaan terhadap suami jika sedang marah. Kenangan yang indah bukan?.   Pov.   Marcus. Ingin mengajak Hyesang makan siang saja rasanya begitu sulit. Kenyataanya ia istriku sendiri harusnya tak masalah bagiku tapi karena aku terlalu pengecut ya begini jadinya. Atau aku makan di dekat kantornya saja fikirku siapa tau kami tak sengaja bertemu ya. Aku akan berangkat menuju ke kantornya, aku memutuskan makan di restoran samping kantor Hyesang yang aku tau ia sering kesini aku duduk dan mulai memesan dan tak lupa melihat kesekelilingku siapa tau Hyesang sedang duduk bersama rekan-rekannya. Tapi aku tak mememukannya di setiap penjuru restoran apa ia melewatkan makan siangnya fikirku, Haish Wanita ini terkadang membuat rindu dan sakit kepala disaat yang bersamaan kenapa ia suka sekali membuat orang yang berada disekelilingnya menjadi khawatir berlebihan sudah tau mempunyai penyakit lambung akut tapi masih saja menahan lapar. Aku saja sebagai suami merasa tidak berguna sekarang. Aku mengeluarkan ponselku dari jas yang kupakai dan mulai menekan dial no Hyesang. "Hallo."H "Sayang."M "Hmmmm."H "Dimana?."M "Kantor, kenapa memangnya?."H "Sudah makan?."M "Ini sedang makan."H "Dimana?."M "Diruanganku."H "Pesan?."M "Tidak Ibu datang membawa makan siang dia tidak cerita padamu kalau datang."H "Tidak."M "Kau Dimana?."H "Restoran dekat kantormu."M "Apa kau serius?."H "Ye, turunlah aku menunggumu."M "Baiklah pesankan aku hot chocolate."H "Iya turunlah aku menunggumu."M "Tunggulah aku turun sekarang."H Aku memutuskan sambungan telepon dengan Hyesang. Dan mulai memakan pesananku yang sudah datang dan tak lupa memesankan minuman kesukaannya yaitu Hot Chocolate. Aku melihatnya mulai memasuki restoran dan mengedarkan pandangannya aku mengangkat satu tanganku untuk memberi isyarat padanya bahwa aku disini ia melihatku lalu berjalan kearahku. Ia mulai duduk didepanku lalu meminum minumannya yang telah datang. "Sayang."Panggilnya padaku. "Hmmm."Jawabku menatapnya. "Kau tidak mau bertemu Ayah?."Tanyanya. "Tidak aku datang ingin menemui istriku bukan dia."Jawabku tanpa menatapnya. Maaf Hyesang aku tak suka membahasnya kaupun tau selama ini hubunganku dengannya begitu sangat buruk. Aku melihatnya hanya menatap ku sekilas lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.   Pov.   Hyesang.   Ia menelefon ku dan mengatakan sedang berada di restoran dekat sini, akupun menemuinya lalu duduk tepat di depannya. Aku mulai bertanya padanya apakah ia datang untuk menemui Ayah tapi jawabannya tidak dan jangan pernah menanyakan bagaimana raut wajahnya yang terkesan tak suka jika aku membawa nama Ayah dalam pembicaraan. Aku memutuskan diam, aku tau ia seperti tak enak padaku atas respon yang ia berikan untukku akupun mengerti makanya aku tak mau bertanya kembali kenapa ia tak mau bertemu dengan Ayah karena mood nya akan hancur seketika. "Bagaimana pekerjaanmu, apa ia memberikan pekerjaan yang banyak??."Tanyanya. Aku memandangnya, lalu menggelengkan kepalaku. "Tidak ia tak pernah memberikanku pekerjaan yang sampai membuatku sakit kepala."jawabku Aku melihat Marc hanya menggelengkan kepalanya padaku, lalu kembali melanjutkan makannya. "Makanlah ini."Ucapnya menawariku. " Tidak Aku sudah kenyang makanlah." Ucapku menolaknya. "Marcus."Panggil seseorang pada Suamiku. Aku dan Marc menoleh ke arah si pemanggil tadi dan kulihat seorang wanita berdress soft sedang melihat kearah kami berdua dan mulai berjalan mendekat. Aku melihat ekspresi wajah Suamiku yang terkesan tak suka saat melihatnya. Wanita itu mendekat lalu tanpa permisi duduk di dekatku diantara aku dan Marc, Marc memandang datar ke arahnya, lalu mulai memandangku dengan isyarat matanya agar aku tak memperdulikan wanita itu. "Oh Seolri."Ucap Marc "kau masih mengingatku?."tanyanya padaku. "Ya begitulah."Jawab Marc dengan singkat tanpa menatapnya. "Sayang ini Seolri kita satu kampus dulu dan dia juga juniorku di kampus."Ucap Marc padaku. Aku menatap wanita tadi yang sepertinya terlihat menampakan raut wajah yang aneh ada apa dengannya? fikirku aku tersenyum dengan ramah lalu mengulurkan tanganku padanya sekedar berbasa-basi karena kalau aku hanya tersenyum ia akan mengatakan aku ini orang yang sombong. "Lee Hyesang."Ucapku saat ia sudah menjabat tanganku. "Kwon Seolri."Jawabnya. Lalu menatapku lama. Aku balas menatapnya masih dengan senyuman, lalu melepaskan tanganku darinya. "Ah Seolri senang berkenalan denganmu."Ucapku. Kulihat ia hanya menganggukan kepalanya dengan pelan, ada dengannya apa wajahku terlihat aneh ckkk bahkan ekspresi wajah nya berbeda dari pertama kali ia datang entahlah. "Seolri dia Hyesang istriku."Ucap Marc padanya, dan membuatnya memandang datar padaku, apalagi sekarang ini fikirku kenapa Marc sangat suka sekali bergaul dengan orang-orang tak jelas dan dengan mimik ekspresi berbeda-beda di setiap wajahnya membuatku sakit kepala saja, aku akan menegurnya nanti agar mencari teman yang benar dan jelas. "Sayang, aku membayar yang makanan dulu tunggu disini aku akan mengantarmu sampai ruanganmu nanti."Ucapnya lalu bangkit dan menuju ke arah kasir, meninggalkan aku dan Seolri yang sejak tadi diam. Aku menghela nafas sesaat lalu mulai mencari topik pembicaraan saat aku mau mulai membuka suara ia sudah bertanya padaku terlebih dahulu. "Hyesang, sejak kapan kalian menikah?."Tanyanya padaku. Aku menatapnya. Apa ia tidak datang ke pernikahan ku dengan Marc atau jangan-jangan sengaja Marc tidak mengundangnya karena ekspresi yang suamiku tunjukan tadi seperti tak menyukainya. Aku berdehem sejenak lalu kembali menatapnya. "Apa kau tidak di undang Seolri?."Tanyaku padanya. "Maksudnya, aku tak mengerti."Ucapnya . "Aku memang tak tau semua teman suamiku tapi aku rasa ia mengundang semua rekannya ketika kami menikah dulu."Ucapku. "Tapi aku tak diundang."Jawabnya. Aku hanya membeo dan bingung merespon seperti apa. "Ehmm Seolri aku tak tau apa alasannya kau tidak di undang, kalau kau ingin tau alasannya langsung tanyakan saja pada Marc, tapi untuk pertanyaan mu yang menanyakan sejak kapan kami menikah maka aku yang akan menjawabnya kurang lebih usia pernikahan kami sudah 8 Tahun."Jawabku dengan tenang. Ia menatapku lalu kembali membuang pandangannya ke arah lain. Dan aku hanya Acuh. Tak lama Marc datang, dan kembali duduk di sampingku, ia bahkan menggeser kursinya agar menempel padaku, ada apa sebenarnya dengan kedua manusia ini. "Seolri apa kau mantan pacar suamiku?."tanyaku membuatnya menatapku dengan kaget, dan Marc juga memandang ku dengan tatapan tak mengerti. "Jangan mengada-ngada hanya kau satu-satunya wanita yang selalu membuatku berlari-lari untuk mengejarmu, aku sudah pernah bilang bukan bahwa aku tak punya pacar. Kau satu-satunya wanita yang singgah padaku jadi jangan berfikiran yang aneh-aneh."Ucapnya lalu seperti biasa menarik hidungku dengan keras. Aku memukulnya dengan kencang lalu meliriknya dengan tatapan membunuhku. "Sakit ckk."Ucapku padanya. Ia melirikku lalu tersenyum dengan geli kalian lihat ia bahkan sangat jail padaku, aku selalu kesal dibuatnya. Seolri menatapku tidak suka. Kenapa lagi, dia ini bahkan bukan mantan pacarnya kenapa ia marah ah aku tau atau jangan-jangan ia Fans suamiku, sudah pasti itu Marc pernah bercerita bahwa saat kuliah ia sangat digilai oleh para wanita. Terkadang aku heran Marc memang tampan tapi tidak dengan sifatnya yang sangat amat menyebalkan.   Tbc.....   Pov. Aku melakukan rutinitasku sebagai manager di perusahaan ayah mertuaku jika kalian ingin tau perusahaan apa ini, perusahaan ayah mertuaku bergerak di bidang farmasi dan aku merupakan bagian manager keuangan disini awalnya aku pun merasa ragu untuk bergabung tapi ayah mertuaku terus mendesak agar aku masuk jajaran petinggi perusahaan dan memintaku secara terus menerus untuk memerima posisi yang ia berikan. Karena Mark dan Nana tidak ingin ikut campur dalam bisnis ini maka aku yang harus masuk, apa boleh buat fikirku yang terpenting pekerjaan ku yang lain tetap berjalan dengan baik. Sebenarnya bukan hanya aku yang berada di sini tapi Paman dan Bibi Marc pun bekerja disini karena yang aku dengar mereka juga mempunyai asset disini maka mereka juga berhak bekerja disini dan, mempunyai jabatan yang setara denganku tapi aku pun tidak terlalu akrab dengan mereka karena sifatnya aneh dan terkesan angkuh jadi aku memutuskan lebih baik menghindar saja toh mereka belum mengusikku jadi biarkan saja . Tok tok tok. Aku mendengar seseorang mengetuk pintu ruanganku. "Masuklah."Jawabku. Kulihat seorang wanita memasuki ruanganku. "Hyesang."panggilnya padaku lalu aku menoleh ke arah pintu dan menemukan Ibu mertuaku berdiri menatapku dengan memegang sebuah tas yang ku tau itu sudah pasti makan siang. "Ibu."Ucapku, lalu berdiri dari kursiku dan menghampirinya lalu memeluknya. Aku mengajaknya untuk duduk di sofa yang berada di ruanganku. "Kenapa tidak menelfonku jika ingin datang?."Tanyaku padanya. Ia menatapku lalu tersenyum. "Tak apa-apa, takut mengganggumu nanti."Ucapnya. "Aku tidak sibuk juga."Ucapku. Ia menyerahkan tas yang berisi makan siang kepadaku. "Makanlah ini kau tidak boleh sakit, makanlah yang banyak mengerti."Ucapnya lalu menaruhnya di atas meja. "Ibu, kenapa repot-repot sekali aku bisa membeli makan siang nanti jadi ibu tak repot menyiapkan ini semua." "Tidak apa-apa karena lebih baik makan-makanan yang di buat ini bahkan lebih sehat." "Baiklah kita makan bersama."Ucapku "Kau makanlah Hyesang Ibu harus pulang karena Aira sedang berada di rumah. Nana menitipkannya tadi pagi jadi aku tidak bisa lama-lama."Ucapnya berdiri dari duduknya dan aku menyusulnya berdiri lalu ia memelukku. "Jaga dirimu dan kesehatanmu hmmm Ibu pulang dulu." "Hati-hati sampaikan salamku untuk Nana dan Aira yang cantik."ucapku dan mengantarnya sampai depan pintu ruanganku. Aku membuka bekal dari Ibu mertuaku makanan kesukaanku ia selalu ingat itu terkadang aku merasa beruntung memiliki ibu mertua sepertinya penyayang dan selalu sabar menghadapi sifatku yang terkadang menyebalkan dan keras kepala. Berbeda ketika aku berhadapan dengan Marc ia akan senang hati mencubit hidungku sampai memerah karena keras kepala akutku dan aku dengan senang hati membalasnya dengan lemparan benda apapun yang berada didekatku, agar mengenai kepala ataupun punggungnya dan itu membuatku puas melihatnya kesakitan dan matanya mulai mendelik kesal kepadaku bahkan dia selalu berkata bahwa aku ini seorang istri yang tidak memiliki rasa kemanusiaan terhadap suami jika sedang marah. Kenangan yang indah bukan?.   Pov.   Marcus. Ingin mengajak Hyesang makan siang saja rasanya begitu sulit. Kenyataanya ia istriku sendiri harusnya tak masalah bagiku tapi karena aku terlalu pengecut ya begini jadinya. Atau aku makan di dekat kantornya saja fikirku siapa tau kami tak sengaja bertemu ya. Aku akan berangkat menuju ke kantornya, aku memutuskan makan di restoran samping kantor Hyesang yang aku tau ia sering kesini aku duduk dan mulai memesan dan tak lupa melihat kesekelilingku siapa tau Hyesang sedang duduk bersama rekan-rekannya. Tapi aku tak mememukannya di setiap penjuru restoran apa ia melewatkan makan siangnya fikirku, Haish Wanita ini terkadang membuat rindu dan sakit kepala disaat yang bersamaan kenapa ia suka sekali membuat orang yang berada disekelilingnya menjadi khawatir berlebihan sudah tau mempunyai penyakit lambung akut tapi masih saja menahan lapar. Aku saja sebagai suami merasa tidak berguna sekarang. Aku mengeluarkan ponselku dari jas yang kupakai dan mulai menekan dial no Hyesang. "Hallo."H "Sayang."M "Hmmmm."H "Dimana?."M "Kantor, kenapa memangnya?."H "Sudah makan?."M "Ini sedang makan."H "Dimana?."M "Diruanganku."H "Pesan?."M "Tidak Ibu datang membawa makan siang dia tidak cerita padamu kalau datang."H "Tidak."M "Kau Dimana?."H "Restoran dekat kantormu."M "Apa kau serius?."H "Ye, turunlah aku menunggumu."M "Baiklah pesankan aku hot chocolate."H "Iya turunlah aku menunggumu."M "Tunggulah aku turun sekarang."H Aku memutuskan sambungan telepon dengan Hyesang. Dan mulai memakan pesananku yang sudah datang dan tak lupa memesankan minuman kesukaannya yaitu Hot Chocolate. Aku melihatnya mulai memasuki restoran dan mengedarkan pandangannya aku mengangkat satu tanganku untuk memberi isyarat padanya bahwa aku disini ia melihatku lalu berjalan kearahku. Ia mulai duduk didepanku lalu meminum minumannya yang telah datang. "Sayang."Panggilnya padaku. "Hmmm."Jawabku menatapnya. "Kau tidak mau bertemu Ayah?."Tanyanya. "Tidak aku datang ingin menemui istriku bukan dia."Jawabku tanpa menatapnya. Maaf Hyesang aku tak suka membahasnya kaupun tau selama ini hubunganku dengannya begitu sangat buruk. Aku melihatnya hanya menatap ku sekilas lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.   Pov.   Hyesang.   Ia menelefon ku dan mengatakan sedang berada di restoran dekat sini, akupun menemuinya lalu duduk tepat di depannya. Aku mulai bertanya padanya apakah ia datang untuk menemui Ayah tapi jawabannya tidak dan jangan pernah menanyakan bagaimana raut wajahnya yang terkesan tak suka jika aku membawa nama Ayah dalam pembicaraan. Aku memutuskan diam, aku tau ia seperti tak enak padaku atas respon yang ia berikan untukku akupun mengerti makanya aku tak mau bertanya kembali kenapa ia tak mau bertemu dengan Ayah karena mood nya akan hancur seketika. "Bagaimana pekerjaanmu, apa ia memberikan pekerjaan yang banyak??."Tanyanya. Aku memandangnya, lalu menggelengkan kepalaku. "Tidak ia tak pernah memberikanku pekerjaan yang sampai membuatku sakit kepala."jawabku Aku melihat Marc hanya menggelengkan kepalanya padaku, lalu kembali melanjutkan makannya. "Makanlah ini."Ucapnya menawariku. " Tidak Aku sudah kenyang makanlah." Ucapku menolaknya. "Marcus."Panggil seseorang pada Suamiku. Aku dan Marc menoleh ke arah si pemanggil tadi dan kulihat seorang wanita berdress soft sedang melihat kearah kami berdua dan mulai berjalan mendekat. Aku melihat ekspresi wajah Suamiku yang terkesan tak suka saat melihatnya. Wanita itu mendekat lalu tanpa permisi duduk di dekatku diantara aku dan Marc, Marc memandang datar ke arahnya, lalu mulai memandangku dengan isyarat matanya agar aku tak memperdulikan wanita itu. "Oh Seolri."Ucap Marc "kau masih mengingatku?."tanyanya padaku. "Ya begitulah."Jawab Marc dengan singkat tanpa menatapnya. "Sayang ini Seolri kita satu kampus dulu dan dia juga juniorku di kampus."Ucap Marc padaku. Aku menatap wanita tadi yang sepertinya terlihat menampakan raut wajah yang aneh ada apa dengannya? fikirku aku tersenyum dengan ramah lalu mengulurkan tanganku padanya sekedar berbasa-basi karena kalau aku hanya tersenyum ia akan mengatakan aku ini orang yang sombong. "Lee Hyesang."Ucapku saat ia sudah menjabat tanganku. "Kwon Seolri."Jawabnya. Lalu menatapku lama. Aku balas menatapnya masih dengan senyuman, lalu melepaskan tanganku darinya. "Ah Seolri senang berkenalan denganmu."Ucapku. Kulihat ia hanya menganggukan kepalanya dengan pelan, ada dengannya apa wajahku terlihat aneh ckkk bahkan ekspresi wajah nya berbeda dari pertama kali ia datang entahlah. "Seolri dia Hyesang istriku."Ucap Marc padanya, dan membuatnya memandang datar padaku, apalagi sekarang ini fikirku kenapa Marc sangat suka sekali bergaul dengan orang-orang tak jelas dan dengan mimik ekspresi berbeda-beda di setiap wajahnya membuatku sakit kepala saja, aku akan menegurnya nanti agar mencari teman yang benar dan jelas. "Sayang, aku membayar yang makanan dulu tunggu disini aku akan mengantarmu sampai ruanganmu nanti."Ucapnya lalu bangkit dan menuju ke arah kasir, meninggalkan aku dan Seolri yang sejak tadi diam. Aku menghela nafas sesaat lalu mulai mencari topik pembicaraan saat aku mau mulai membuka suara ia sudah bertanya padaku terlebih dahulu. "Hyesang, sejak kapan kalian menikah?."Tanyanya padaku. Aku menatapnya. Apa ia tidak datang ke pernikahan ku dengan Marc atau jangan-jangan sengaja Marc tidak mengundangnya karena ekspresi yang suamiku tunjukan tadi seperti tak menyukainya. Aku berdehem sejenak lalu kembali menatapnya. "Apa kau tidak di undang Seolri?."Tanyaku padanya. "Maksudnya, aku tak mengerti."Ucapnya . "Aku memang tak tau semua teman suamiku tapi aku rasa ia mengundang semua rekannya ketika kami menikah dulu."Ucapku. "Tapi aku tak diundang."Jawabnya. Aku hanya membeo dan bingung merespon seperti apa. "Ehmm Seolri aku tak tau apa alasannya kau tidak di undang, kalau kau ingin tau alasannya langsung tanyakan saja pada Marc, tapi untuk pertanyaan mu yang menanyakan sejak kapan kami menikah maka aku yang akan menjawabnya kurang lebih usia pernikahan kami sudah 8 Tahun."Jawabku dengan tenang. Ia menatapku lalu kembali membuang pandangannya ke arah lain. Dan aku hanya Acuh. Tak lama Marc datang, dan kembali duduk di sampingku, ia bahkan menggeser kursinya agar menempel padaku, ada apa sebenarnya dengan kedua manusia ini. "Seolri apa kau mantan pacar suamiku?."tanyaku membuatnya menatapku dengan kaget, dan Marc juga memandang ku dengan tatapan tak mengerti. "Jangan mengada-ngada hanya kau satu-satunya wanita yang selalu membuatku berlari-lari untuk mengejarmu, aku sudah pernah bilang bukan bahwa aku tak punya pacar. Kau satu-satunya wanita yang singgah padaku jadi jangan berfikiran yang aneh-aneh."Ucapnya lalu seperti biasa menarik hidungku dengan keras. Aku memukulnya dengan kencang lalu meliriknya dengan tatapan membunuhku. "Sakit ckk."Ucapku padanya. Ia melirikku lalu tersenyum dengan geli kalian lihat ia bahkan sangat jail padaku, aku selalu kesal dibuatnya. Seolri menatapku tidak suka. Kenapa lagi, dia ini bahkan bukan mantan pacarnya kenapa ia marah ah aku tau atau jangan-jangan ia Fans suamiku, sudah pasti itu Marc pernah bercerita bahwa saat kuliah ia sangat digilai oleh para wanita. Terkadang aku heran Marc memang tampan tapi tidak dengan sifatnya yang sangat amat menyebalkan.   Tbc.....   Tbc.............
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN