Drop Out

1631 Kata
Setelah percakapan Via terakhir, tak ada lagi yang ingin memulai pembicaraan. Hanya terdengar suara bising kendaraan dari luar dan suara musik yang sedang Via dengarkan lewat ponselnya. “Vi!” Panggil Al seraya melirik ke arah Via. “Kenapa?” Sahut Via. “Kalo ketemu sama pelakunya, lo mau apain dia?” Tanya Al yang langsung membuat Via menatap balik ke arahnya. "Random banget sih. " Ketus Sivia.  "Serius." Ujar Al.  Via terdiam beberapa saat kemudian menghela nafas, “bersihin nama gue.” Ucap Via singkat, "tanggung jawab sama perbuatan. " “Lo bakal bawa dia ke jalur hukum?” Tanya Al merasakan aura di dalam mobil sudah berubah.  Via tersenyum sinis, “kita lihat nanti.” Ucap Via.  Al menganggukkan kepalanya, “kalo misalnya ternyata yang fitnah lo itu orang paling deket, gimana?” “Yang paling deket gimana maksudnya? Lo contohnya?” Tanya Via. ‘UHUK’ ‘UHUK’ ‘UHUK’ Via menyodorkan botol minum yang berada di dashboard mobil, “pelan – pelan dong.” Ujarnya seraya membukakan tutup botolnya kemudian diberikan kepada Al. “Bukan lo kan?” Pancing Via, "jujur." “Lo gila ya? Masa iya gue sih..” Protes Al seraya menepuk – nepuk d**a nya. “Terus siapa? Geva gitu? Chandra? Atau Amber? Gak mungkin Silvi kan, dia ada di Indonesia gak di sini. Itu maksud lo orang terdekat? Atau ini ulah Nenek ya?” “Ah, kayaknya ini ulah lo deh Al. Soalnya kan yang punya kenalan sama anak – anak yang sering make kan lo doang.” Ujar Sivia melihat keterdiaman Al.  “Lah, kok kamu jadi nuduh Al? Gak ada kerjaan banget gue jahilin sepupu kayak gitu, mending gue gantung lo di pohon deket rumah aja kalo iya gue gabut.” Ujar Al seraya menatap Via. “Ya udah, berarti di antara Geva, Chandra, sama Amber kan?” Tanya Via. Al terdiam, hal itu membuat Via tersenyum melihatnya. Via melirik ke arah Al sekilas, “kayaknya lo udah tau deh.” Ujar Via menebak. “Gak kok.” Geleng Al. “Mau dia orang terdekat Via sekalipun itu tuh gak mencerminkan banget hal baik, secara hal kayak gitu masuk ke pencemaran nama loh.” Ujar Via pada Al, “tapi tenang Via gak akan bawa dia ke jalur hukum mungkin, cuman ya Via mau kasih dia pelajaran aja biar ngerasain gimana kalo dia ada di posisi Via saat ini maupun saat kemarin. " “Menurut lo keterlaluan gak sih kalo niatnya cuman mau ngerjain lo aja?” Tanya Al. Via semakin menatap Al curiga, “Al, lo boleh jujur kok kalo misalnya ini perbuatan lo. Gak papa Via terima, asal kan Via bisa pegang perut kotak - kotak lo itu Via rela di Drop Out dari sekolah kok, bahkan Via rela hapusin dosa lo sama Via selama ini.” Ucap Via penuh harap, “lo ngaku aja, Via gak papa kok.” Lanjut Sivia merapatkan kedua tangannya di depan d**a seraya menatap ke arah perut Al yang masih tertutupi kaos. “Bukan gue untungnya.” Seru Al senang seraya mengusap – ngusap perutnya dari luar, “tenang ya, kamu gak akan di sentuh sama dia kok.” Lanjut Al. “Yah.” Via memasang ekspresi cemberut, “sayang banget, padahal Via harap itu ulah lo.” “Lo belum jawab yang tadi.” Ucap Al mengingatkan Via. Via menghela nafas kasar, “hmm gini aja.. lo ketahuan nyimpen barang haram kayak gitu di tas sekolah, apa itu cocok buat disebut usil?” Tanya Via, “padahal gue gak tahu gimana cara pakenya benda itu, pas digeledah aja gue bingung gak tahu itu apaan.” Jelas Via. “Al juga tahu kan senakal – nakal nya Via, keluar malem pulang pagi, hobinya balapan liar, temennya cowok berandal semua tetep aja Via bisa jaga diri, Via tahu yang mana baik – yang mana buruk, Via gak pilih – pilih dalam berteman hanya saja Via harus bisa membatasi semuanya.” Tutur Via, “kalo lo sebut ini Cuma usil doang mending mikir lagi, bisa aja lo bikin hidup seseorang hancur gara – gara kelakuan lo.” "Atau lo pikir aja Al, gimana kalo keusilan lo bisa bikin mental seseorang lemah? Gimana kalo kemarin gue khilaf? Gimana kalo gue gak kuat nerima hal itu? Lo harusnya mikir dulu sebelum bertindak, omongin baik - baik kalo lo kesel sama gue. " Tutur Via.  “Lagian lo cemen banget sih, masa mau jailin gue maennya kayak gitu. Lo emangnya ada masalah apa sih sama gue? Lo iri gue menang balapan terus? Atau lo takut gue rebut posisi ketua The Fast dari lo? Atau jangan – jangan ...” Via memberikan jeda sebentar, “jangan – jangan lo gak terima kalo gue cucu kesayangan nenek ya.” Teriak Via seraya menunjuk Al. “Loh, kok lo jadi nyolot banget sama gue.” Protes Al. “Enggak kok, siapa tahu kan lo emang punya dendam sama gue.” Kekeh Via. “Gak lah, lo tuh cewek kedua setelah mama gue yang kalo bikin kesel tuh gue gak bisa marah lama – lama ataupun nyimpen dendam.” Jujur Al. “Whoaaaa, suatu kehormatan bagi saya. Terima kasih tuan Alvaro sudah memberikan saya gelar perempuan kedua setelah tante Afa, sekali lagi terima kasih.” Kekeh Via seraya memeluk lengan Al. “Iya - iya tapi lepasin deh Vi.” Ucap Al kesal seraya menghempaskan tangan Via. “Abisnya ada ototnya.” Kekeh Via meremas lengan Al, "keras ya. " “Iyalah, makanya harus rajin olahraga tiap pagi jangan malah maen game terus apalagi nonton drama.” Ejek Al. Via terkekeh mendengarnya, “pasti ini semua ulah Amber kan?” Tanya Via langsung tanpa basa – basi, yang sepertinya tepat sasaran karena Al tiba – tiba saja menghentikan mobilnya. “Kita langsung pulang aja ke rumah Nenek.” Ucap Al mengabaikan Via. “Lo gak mau nemuin gue sama Amber?” Tanya Via menampilkan senyumnya. “Gue anterin lo pulang, kalo lo kekeuh kayak gini mending turun aja.” Putus Al. “Oke.” Pasrah Via. “Kapan lo ke Indonesia?” Tanya Al. Via menggelengkan kepalanya, “kayaknya Via ke rumah Oma aja deh, gak jadi balik ke Indonesia. Via lanjut sekolah di Korea aja.” Ucap Via. “Kenapa?” Tanya Al, “bukannya lo kangen sama Tante Dera, Om Evan sama Jason ya.” Via mengangguk, “kangen lah, udah dua tahun gue gak ketemu mereka.” Ucapnya seraya memandangi jalan. “Om Evan tahu kan kalo lo di D.O gara – gara kasus kemarin?” “Entahlah.” Ujar Via mengangkat bahunya acuh. “Kenapa gak lo kasih tahu?” “Bentar lagi juga bakal tahu, abis lo anterin gue juga pasti mereka udah tahu.” Cibir Via seraya menatap Al kesal. Al hanya terkekeh, “yah udah ketahuan dulu deh.” Kekeh Al seraya menepuk – nepuk puncak kepala Via. “Nanti kalo gue pindah ke Indonesia, lo ikut ya Al.” Rengek Via seraya mengeluarkan jurus tatapannya yang akan membuat siapapun luluh saat melihatnya. Al berdecak kesal, “lo udah tahu jawabannya kalo gitu.” “Yeayyy!” Seru Via senang, “gue double seneng pokoknya, pertama gue bakalan ketemu lagi sama cowok itu.” Ujar Via senang. “Kedua?” Tanya Al. “Al bakalan ikut ke Indonesia, hehe.” Cengir Via. “Tapi ada syaratnya.” Ujar Al. “Apa?” “Apartemen.” Ujar Al yang langsung membuat Via mengerucutkan bibirnya cemberut. “Kenapa harus nyewa apart sih, kan lo bisa tinggal di rumah gue sekalian.” Rajuk Via. “Gak ah, nanti lo keenakan lagi liat gue gak pake atasan.” Protes Al, “gue udah tahu isi otak lo ya.” Lanjutnya dengan kesal. Via mengeluarkan cengiran khasnya, “tau aja sih.” Cengir Via seraya menepuk – nepuk perut Al. ‘PLAK’ Al menggeplak tangan Via yang berada di perutnya, “Via!” Geram Al seraya menatap Via yang sedang mengeluarkan cengirannya, “singkirin tangan lo sekarang!.” Via menggelengkan kepalanya, “gak mau, wleeee.” Kekeuh Via seraya menepuk – nepukkan tangannya pada perut Al, “ini ada berapa kotak ya?” Tanya Via terkekeh geli. “Vi! Lo mau gue turunin di sini?” Via langsung menatap ke sekelilingnya, jalanan itu sepi hal itu membuat Via menjauhkan tangannya dari perut Al. “Astaga, punya sepupu cewek kok gini amat ya.” Gerutu Al seraya menaruh bantal leher di depan perutnya. “Gue itu spesies langka loh, jarang – jarang yang kayak gini.” Kekeh Via seraya mengusap – ngusap rambutnya. Al menatap Via yang sedang mengusap – ngusap rambutnya, “lo udah ngantuk ya, sini sama gue aja.” Ujar Al bergantian mengusap kepala Via. Al sudah tahu bagaimana Via setiap harinya, kebiasaan apa saja yang akan Via lakukan, apa saja yang disukainya dan apa yang tidak gadis itu sukai. “Tapi gak papa deng, lo sewa apartemen aja. Lo ikut ke Indo aja udah bikin gue seneng.” Ucap Via seraya tersenyum, “udah gak sabar pengen pulang, wkwkw.” ‘Gue mau nepatin janji yang udah dua tahun lalu gue buat.’ Batin Via seraya tersenyum. Seperti saat ini, saat Via sudah merasakan ngantuk dia akan mengusap – ngusap rambut dengan tangannya dan tak butuh waktu lama dia akan tertidur begitu lelap. “Pilihan gue terlalu sulit.” Ucap Al pelan, “lo dan Amber sama – sama berharga di hidup gue.” Lanjut Al. Tanpa Al sadari ternyata Via meneteskan air mata mendengar ucapannya, “Gue tahu.” gumam Via pelan kemudian terlelap tidur. Al tersenyum melihat Via sudah tertidur di sampingnya, dia mengeluarkan ponsel kemudian menghubungi seseorang. “Dia udah tidur.” Ucap Al saat panggilan tersambung, “gue ke sana sekarang.” Putus Al seraya memutuskan panggilannya kemudian berbalik arah. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN