Arslan bersiap berangkat bekerja seperti biasa, turun ke lantai dasar untuk sarapan, lalu pergi ke kantor. Keadaan kakinya lumayan membaik, meski masih pincang. Rasa nyeri masih tersisa, apalagi saat pria itu menuruni tangga. Benar-benar butuh perjuangan. Masuknya dia di dapur, pria itu terpaku untuk sesaat mendapati ada perempuan yang paling dibencinya di sama, tengah menyiapkan piring di atas meja. “Kamu nggak ada tulang yang patah Aliya?” tanya Arslan, langsung membuat perempuan berambut sepunggung itu menoleh. Ia melebarkan senyum dengan bibir tebalnya. “Aku beruntung, nggak lecet sama sekali. Ayo, sarapan.” Arslan duduk di meja makan, melihat menu di atasnya. Nasi goreng berwarna gelap. Entah dicampur cokelat, kecap, atau memang gosong. “Aku masak sendiri,” ujar Aliya member

